Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Bajingan!



Bajingan!

0"Apa yang kamu katakan?" Gong Mo mengerutkan keningnya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu?"     

Gong Bai memegang cangkir teh dan menatap gelombang teh yang bergoyang di cangkirnya, tetapi tidak berbicara.     

Pada saat Gong Mo menatapnya, tiba-tiba ia teringat saat bertemu Yu Xinran di rumah sakit kemarin.     

Ekspresi Yu Xinran tampak kuyu. Gadis yang cerdas dan elegan ini bahkan berbicara berputar-putar untuk mencari tahu tentang Gong Bai padanya.     

Gong Mo tahu pasti ada yang tidak beres di antara mereka. Sekarang ketika mendengar Gong Bai berkata seperti ini, tiba-tiba Gong Mo paham apa yang terjadi.     

Tampaknya Gong Bai juga memiliki pemikiran seperti ini saat berhadapan dengan Yu Xinran.     

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabarmu dan Xinran?" tanya Gong Mo.     

Tubuh Gong Bai membeku. Sesudah itu ia menjawab dengan wajah yang datar, "Apanya? Memangnya ada apa di antara aku dan dia? Aku dan dia hanya teman biasa. Perkataanmu ini bisa membuat orang salah paham."     

"Salah paham?" Gong Mo sontak meninggikan suaranya dan marah, "Apa itu salah paham? Terakhir kali aku melihat kalian bersama, kalian bahkan saling menggoda. Berani-beraninya kamu bilang tidak ada hubungan spesial dengannya?"     

"Identitasnya…" Gong Mo berkata dengan suara yang pelan, "Aku tidak layak untuknya."     

"Bajingan!" Gong Mo memarahinya, "Jika kamu merasa tidak kayak untuknya, sejak awal kamu seharusnya tidak memprovokasi dia selama itu! Permintaan maaf darimu tidak penting, tapi apa kamu sudah menjelaskan padanya dengan jelas?"     

Tangan Gong Bai sedikit gemetar saat memegang cangkir.     

Gong Mo dengan lembut berkata, "Aku bertemu dengannya di rumah sakit kemarin."     

Setelah mengatakannya, Gong Mo tertegun menatapnya. Ia mengira Gong Bai akan menanyakan kondisi Yu Xinran padanya.     

Tapi setelah menunggu begitu lama, Gong Bai meletakkan cangkir dan melihat sekeliling, lalu berkata, "Ngomong-ngomong tentang rumah sakit, aku tidak melihat Bibi Kedua, apa lagi-lagi dia pergi menjenguk orang asing itu?"     

Gong Mo tercengang dan menatapnya dengan tidak percaya.     

'Bukankah pengalihan topiknya ini terlalu tiba-tiba?' pikir Gong Mo.     

"Kedepannya Bibi kedua benar-benar berencana untuk menikahi orang asing itu?" tanyanya lagi.     

"Memangnya kenapa kalau Ibu menikah dengan orang asing?" Gong Mo berseru, "Aku saja tidak keberatan, apa kamu bahkan keberatan?!"     

"Bukan… Aku merasa itu cukup baik. Sejak awal sudah seharusnya Bibi Kedua mencari seseorang yang bisa menjaganya."     

"Kamu…!" Gong Mo kesal, "Aku terlalu malas untuk berbicara denganmu! Pengecut!"     

Ia benar-benar pengecut dan sangat jelas sedang melarikan diri.     

Setelah makan malam, Gong Bai kembali ke apartemen sambil memikirkan kata-kata Gong Mo sepanjang jalan.     

Gong Mo benar, ia memang bajingan.     

Kalau memang begitu ragu, seharusnya sejak awal Gong Bai tidak memprovokasi Yu Xinran. Jika sudah memprovokasinya, sudah seharusnya Gong Bai bertanggung jawab sampai akhir.     

Kalaupun harus diselesaikan. Ia juga harus melakukannya dengan cepat. Jika langsung main menghilang begitu saja dan tidak menghubunginya, mana mungkin Yu Xinran tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran Gong Bai dan itu benar-benar sikap yang tidak bertanggung jawab sama sekali.     

Namun ia sendiri juga tidak tahu harus berbuat apa.     

Ia benar-benar tidak percaya diri.     

Tidak, ia tidak menganggap ini sebagai ketidak percayaan diri, tetapi kesadaran diri. Ia bisa melihat kesenjangan di antara dirinya dan Yu Xinran. Itu sebabnya ia tidak ingin terus terlibat dengan Yu Xinran lagi.     

Tapi Gong Bai benar-benar menyukainya dan tidak rela melepaskan wanita ini.     

Jadi ia ingin langsung menghilang begitu saja dan ingin menunggu Yu Xinran melupakannya, lalu menganggap ini sebagai sebuah mimpi saja.     

Gong Bai berpikir akan menemuinya dan mengatakan dengan jelas padanya besok.     

Apakah mereka harus berakhir di sini atau memulai babak baru. Ia sendiri juga tidak tahu.     

Secara logika, seharusnya ia memilih yang pertama, tapi secara emosional ia lebih memilih yang terakhir.     

Ia perlu berpikir baik-baik, sebenarnya harus melihat kenyataan dengan jelas dan hidup selangkah demi selangkah ataukah harus berjuang untuk cinta.     

Pada saat tiba di depan lift, ia mendapati lampu lift mati.     

'Kenapa bisa rusak lagi?!'     

Sepertinya sudah waktunya untuk pindah ke tempat lain. Kompleks apartemen di sini benar-benar tidak bagus sama sekali.     

Gong Bai berbalik dan berjalan menuju tangga.     

Selangkah demi selangkah, menghabiskan waktu yang lama, tetapi juga memberinya waktu untuk berpikir.     

…      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.