Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Dia Tidak Bisa Kabur



Dia Tidak Bisa Kabur

0Sheng Nanxuan memeluknya dari belakang, "Aku yang tidak cukup baik. Aku bahkan belum mengajakmu bulan madu. Pertama kali kita pergi keluar negeri bersama justru di saat seperti ini…"     

Gong Mo memegang tangannya, "Tidak ada yang menginginkan hal seperti ini terjadi."     

Dug!     

Dari belakang terdengar suara sesuatu yang terjatuh.     

Mereka berdua menegang dan berkata dalam hati, 'Itu tidak seperti yang aku pikirkan, kan?'     

"Uwaaaaa!!" suara tangis Huzi terdengar.     

Keduanya buru-buru berbalik dan melihat Huzi sudah tergeletak di atas lantai.     

Sheng Nanxuan bergegas mengangkatnya. Huzi menangis sambil mendorongnya, lalu merangkak ke tubuh Gong Mo.     

Gong Mo merasa sangat sedih. Ia memeluk Huzi sambil terus menghiburnya.     

Sheng Nanxuan berkeringat dingin, "Untung saja ada karpet, jadi seharusnya tidak terlalu sakit"     

"Jangan menangis, jangan menangis." Gong Mo tidak punya waktu untuk memedulikan Sheng Nanxuan dan fokus pada Huzi, "Ini salah Ibu. Lain kali Ibu akan memelukmu, ya…"     

Sheng Nanxuan membandingkan lebar tempat tidur, lalu sontak berkata, "Sebenarnya berapa kali dia berguling?"     

"Bisa-bisanya kamu masih bertanya seperti itu?!" Gong Mo memelototinya.     

Sheng Nanxuan tercekat, "Aku yang salah."     

Gong Mo tercekat dan berkata dengan merasa bersalah, "Aku juga tidak menyalahkanmu. Ini salahku."     

Sheng Nanxuan memeluk Gong Mo. Huzi menoleh sambil menangis, lalu mengulurkan tangan dan mendorongnya.     

Sheng Nanxuan sontak tertegun, "Jadi sekarang kamu membenci Ayah?"     

"Sudah, sudah!" Gong Mo berkata, "Apa yang kamu perdebatkan dengan anakmu? Apa sudah ada kabar tentang Ibu?"     

"Aku sudah menyuruh orang untuk mengawasi kamar Gambino."     

"Masih mengawasi? Bagaimana kalau dia tidak ada di dalam kamar itu?" Gong Mo teringat akan jebakan Gambino yang terakhir kali. Tiba-tiba ia bertanya, "Apa jangan-jangan dia sama sekali tidak naik kapal?"     

"Tenang saja. Kali ini ada orang yang mengawasinya. Dia tidak akan bisa kabur."     

Setelah kapal meninggalkan kota, mereka seperti jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.      

Di sekitar kapal tidak ada apa-apa selain lautan. Sebuah kapal sudah seperti sebuah dunia kecil, sementara orang-orang di kapal mulai beradaptasi dengan dunia ini, terlepas dari seperti apa dunia di luar.     

Fang Yang tinggal di kabin kelas dua dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya, setelah memastikan anak buahnya sudah diatur dengan benar.     

Dalam perjalanan menuju kamar, Fang Yang melihat Jason berdiri sendirian di depan pagar. Baru saja hendak naik, lagi-lagi ia melihat Primo datang ke arah sini.     

Jason buru-buru bersembunyi. Ketika Primo datang, ia tidak melihat Jason. Jadi ia langsung berjalan melewatinya.      

Tiba-tiba langkah Primo terhenti. Ia berbalik kembali dan langsung berjalan ke sisi Jason.     

Jason meliriknya, "Kamu tidak bersama bos?"     

"Bisa-bisanya kamu masih bertanya!"     

Jason terdiam. Apa kesalahan yang sudah dilakukannya? Dulu bosnya sangat mengandalkannya. Hanya saja begitu terbangun, tiba-tiba gayanya berubah. Ditambah lagi, tiba-tiba bosnya itu tidak menyukainya.     

Sejujurnya Jason merasa tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimanapun juga, ia sudah berada di sisi Gambino selama lebih dari sepuluh tahun.     

Ia tahu dirinya memang tidak cakap seperti Primo, tetapi ia masih termasuk cerdik dalam menangani masalah pribadi. Selama mengikuti Bos setiap harinya, ia sudah termasuk sebagai pelayan dan pembantunya.     

Sekarang, tiba-tiba Bos justru tidak menyukainya.     

Ia merasa dikucilkan karena tidak bisa menjadi pelayan dan pembantu bosnya. Ke depannya bisa-bisa ia bisa menjadi tidak berguna.     

Primo berdiri di sampingnya tanpa berbicara sambil memandang jauh ke laut.     

Mereka berdua adalah tangan kanan Gambino. Meskipun mereka tidak pernah berpikir untuk bersaing.     

Tapi Primo merasa apa yang dilakukan Jason tidak cekatan, jadi ia memandang rendah Jason.     

Jason merasa, meskipun pekerjaan Primo lebih menyangkut bagian yang lebih dalam, tapi Bos selalu membawanya kemanapun ia pergi.     

Keduanya berpikir seperti ini, jadi ketika bertemu mereka merasa tidak nyaman. Jason ingin lebih ramah padanya, tetapi Primo mengabaikannya, jadi Jason pun tidak mau membuang-buang tenaganya untuk orang yang bersikap dingin padanya.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.