Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Ingin Tidur dengan Ibu!



Ingin Tidur dengan Ibu!

0Huzi sedang berbaring di tempat tidur sambil memegangi kaki kecilnya dan menatap Gong Mo.      

Gong Mo yang mengenakan piyama, menutupi wajahnya dengan tangannya, dan bermain cilukba dengannya.     

"Kekeke…" Huzi tertawa senang.     

Sheng Nanxuan keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan wajah yang sedih, "Masih belum mengantarnya kembali ke kamar?"     

Gong Mo menatapnya dengan sedih, "Bagaimana jika dia menangis lagi?"     

Ketika berada di Nanjiang, setiap hari mereka tidur bersama. Itu membuat Huzi jadi kecanduan dan setelah pulang ia selalu tidak mau lepas dari Gong Mo. Siapa pun yang berani memisahkannya dari ibunya, ia akan langsung menangis.     

Jadi kemarin mereka berkompromi.     

"Dia tidak bisa tidur dengan kita sepanjang waktu, kan? Dua hari lagi dia akan terbiasa."     

Gong Mo mengatupkan mulutnya, lalu dengan tidak tega berkata, "Dia masih begitu kecil, seharusnya dia memang tidur bersama kita."     

"Sebelumnya saat lebih kecil dari ini, dia tidak tidur bersama kita. Sekarang jangan membiasakannya." Sheng Nanxuan mengulurkan tangannya dan menggendong Huzi.     

Huzi menatapnya dan tersenyum girang.     

Sheng Nanxuan berkata, "Tidak ada gunanya tertawa. Kamu tidak boleh berebut Ibu dengan Ayah!"     

"Brrrftttt!!" Huzi menyemburkan gelembung air liur.     

"Kamu menjijikkan sekali!" Sheng Nanxuan membawanya ke kamar bayi dan meletakkannya di tempat tidur bayi.     

Huzi menatapnya dengan kebingungan dengan pandangan mata yang menyedihkan.     

"Tidak ada gunanya berpura-pura menyedihkan." Sheng Nanxuan mencolek wajah Huzi dan berkata, "Pria terhormat harus tidur seorang diri!"     

Huzi menarik kaki kecilnya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

Sheng Nanxuan melepaskannya dan menyelimutinya, lalu meninggalkan ruangan.     

Huzi menggerakkan kakinya dan menendang selimut, lalu menatap punggungnya dengan kebingungan.     

Begitu pintu tertutup, Huzi ingin merangkak bangun, tetapi pengasuh berjalan untuk membaringkannya dan menutupinya dengan selimut lagi, "Anak pintar… Kita tidur, ya…"     

Setelah pengasuh selesai berbicara, ia mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu tidur kecil di samping tempat tidur yang memancarkan cahaya berwarna kuning.     

"Huhu…" Huzi berbalik dan merangkak berdiri, lalu meraih pagar tempat tidur dengan kedua tangannya. Ia melihat sekeliling dengan panik, lalu berteriak sekencang-kencangnya, "Huwaaaaaa!!!"     

Pengasuh buru-buru menyalakan lampu dan menggendongnya untuk menenangkannya.     

Gong Mo dan Sheng Nanxuan bergegas mendatanginya. Pengasuh pun menjelaskan, "Ketika Tuan pergi, dia langsung menangis."     

Gong Mo melirik Sheng Nanxuan dan berkata dengan nada mencela, "Aku sudah bilang, kita harus tidur bersama!" Sesudah mengatakannya, Gong Mo menggendong Huzi.     

Begitu Huzi tiba di pelukannya, ia segera berhenti menangis dan terisak dengan begitu menyedihkan.     

Shan Rong juga bangun dan berdiri di depan pintu, lalu berkata, "Bujuk dia tidur, kemudian taruh dia kembali."     

"Ya." Sheng Nanxuan segera setuju dan berkata pada Gong Mo, "Begitu saja."     

Setelah membawa Huzi ke kamar tidur mereka, tidak sampai setengah jam, Huzi sudah tertidur.     

Sheng Nanxuan dengan hati-hati mengangkatnya seperti sebuah bom waktu.     

Gong Mo berbaring di tempat tidur dan menatapnya tanpa daya.     

Setelah beberapa saat, Sheng Nanxuan berlari kembali ke kamar seperti berhasil melarikan diri dari bahaya, "Sudah! Tidur!"     

"Bagaimana jika dia bangun?" Gong Mo masih khawatir.     

"Ada aku, kan? Nanti aku akan membujuknya. Cepat tidurlah. Bagaimana kalau besok kamu kelelahan?"     

"Tapi kalau kamu terbangun, kamu juga akan kelelahan."     

"Siapa aku? Staminaku sangat bagus! Tenang saja."     

"Baiklah kalau begitu." Gong Mo menghela napas.     

Pagi harinya, Sheng Nanxuan baru saja bangun dan hendak lari pagi ketika ia mendengar tangisan keras Huzi.     

Ia segera memasuki kamar bayi dan melihat pengasuh mondar-mandir di kamar sambil menggendong Huzi.     

"Ada apa?" tanyanya.     

Pengasuh berkata, "Terbangun. Baru mengedipkan matanya dua kali, tiba-tiba dia langsung menangis. Sepertinya karena tidak melihat Tuan dan Nyonya."     

Sheng Nanxuan memandang Huzi dan berkata dengan muram, "Kamu sangat merepotkan." Setelah mengatakan itu, ia meraihnya ke dalam pelukannya, lalu berbalik dan berjalan keluar dari kamar.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.