Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Lagi-lagi Pamer Kemesraan!



Lagi-lagi Pamer Kemesraan!

0Gong Mo berkata bahwa nanti malam ia akan pulang untuk makan malam di rumah. Wu Surong sangat tidak ingin mereka pulang, tetapi ia juga tidak bisa memaksa mereka untuk tinggal. Bagaimanapun juga, hari ini adalah Festival Pertengahan Musim Gugur. Semua orang pasti ingin berkumpul bersama, begitu juga dengan Shan Rong.     

Jadi Wu Surong hanya menahan mereka hingga pukul lima sore sebelum akhirnya membiarkan mereka pergi.     

Ketika Gong Mo dan Sheng Nanxuan pulang, orang-orang rumah sedang memasak makan malam, sementara Shan Rong dan Gambino sedang membuat kue beras ketan di meja ruang makan.     

Tradisi Festival Pertengahan Musim Gugur di Nanjiang adalah makan kue beras ketan dan makan kepiting. Tradisi ini baru muncul beberapa tahun terakhir.     

Gong Mo sangat suka makan makanan manis seperti kue beras ketan semacam ini. Dalam ingatannya, saat masih kecil dulu, Shan Rong membuat kue ketan beras sendiri.     

Pada saat itu mereka hidup dengan sangat kekurangan, jadi Shan Rong enggan membeli kue beras dan memilih untuk membuatnya sendiri agar lebih murah. Setelah Gong Mo lebih besar, kondisi ekonominya bertambah bagus, jadi Shan Rong langsung pergi membelinya ke pasar.     

Namun di dalam hati Gong Mo, kue beras ketan yang dibuat oleh Shan Rong ketika ia masih kecil memiliki rasa yang berbeda yang tidak dapat digantikan oleh makanan lezat lainnya.     

"Ibu! Ayah!" Gong Mo menghampiri mereka sambil menggendong Huzi, "Kapan Ayah datang?"     

"Wayaaa!" Hu Zi menyapa mereka berdua.     

"Datang tadi pagi." Shan Rong berkata sambil tersenyum, "Ibu kira kalian baru akan pulang lebih malam lagi."     

"Di sana sudah hampir tiba saatnya makan malam, jadi kami pulang." Gong Mo duduk di samping, "Lagi-lagi aku bisa makan kue beras ketan lagi! Ayah, apa Ayah pernah makan ini di Italia?"     

"Pernah. Ayah menyuruh mereka membuatkan." Gambino berkata, "Ayah secara khusus mencari seorang juru masak dari Tiongkok. Nanti saat ibumu sudah pergi ke sana, setiap hari Ayah bisa makan makanan kampung halaman."     

"Kapan kalian bersiap pergi ke sana?" tanya Gong Mo.     

Gambino melirik Shan Rong dan berkata, "Ayah ingin pergi bulan ini."     

Shan Rong dengan enggan berkata, "Huzi baru akan berumur satu tahun beberapa bulan lagi."     

"Kita kembali pada saat itu dan tinggal sampai perayaan Tahun Baru, baru sesudah itu kita akan pergi."     

"Begini baru benar." Shan Rong bergumam puas.     

Ketika Gong Mo melihat mereka berdua sudah mendiskusikannya, tidak ada ruang baginya untuk berbicara.     

Pada saat makan malam, Gambino memakan beberapa potong kue beras ketan goreng. Shan Rong berkata, "Jika makan ini terlalu banyak, nanti susah dicerna. Jangan makan banyak-banyak."     

Gong Mo berkata pada Sheng Nanxuan, "Kamu juga jangan makan banyak-banyak."     

Sheng Nanxuan, "Kalau begitu kamu juga jangan makan banyak-banyak."     

Gambino menyahut, "Kalau semua orang tidak boleh makan banyak-banyak, lalu kenapa membuat sebanyak ini?"     

"Houuu… Houuuu!" Huzi yang duduk di kursi bayi di samping, memanggil mereka.     

Gong Mo menatapnya sambil tersenyum, "Anak pintar… Kamu masih belum boleh makan."     

"Auwuu…" Hu Zi merogoh bib bayinya dengan wajah yang terlihat bosan dan kecewa.     

Shan Rong berkata, "Nanti saat dewasa, kamu pasti seorang tukang makan."     

"Keturunan!" kata Sheng Nanxuan.     

Gong Mo menatapnya.     

"Keturunan dari kamu."     

Gong Mo terus menatapnya dengan murung.     

Sheng Nanxuan kembali berkata, "IQ-nya menurun dariku."     

Gong Mo segera berkata pada Shan Rong, "Bu, dia menindasku!"     

"..." Shan Rong terdiam dan berkata dalam hatinya, 'Lagi-lagi pamer kemesraan!'     

Shan Rong mengabaikannya, lalu menoleh ke Gambino dan berkata, "Ikan ini enak. Makanlah yang banyak."     

Gong Mo berkata dalam hatinya, 'Aku merasa ditelantarkan.'     

Ketika tidur, seperti kemarin, Gong Mo dan Sheng Nanxuan menunggu Huzi tertidur di tempat tidur mereka, sebelum mengantarnya kembali ke kamar bayi.     

Keesokan paginya, Sheng Nanxuan bangun dan menggendongnya kembali ke kamar agar jangan sampai Huzi bangun dan membuat masalah lagi.     

Huzi bangun lebih awal dari Gong Mo. Ia membuka matanya tak lama setelah Sheng Nanxuan pergi. Setelah memegang kakinya dan menggigitinya sebentar, ia berbalik dan merangkak. Ketika mendapati Gong Mo belum bangun, ia kembali berbaring dan menggigiti kakinya lagi.     

Ketika Gong Mo bangun, ia sontak tersenyum, "Sudah berapa kaki ayam yang kamu kunyah?"     

"Hihi!" Hu Zi melepaskan kakinya dan merentangkan kedua tangannya, minta digendong.     

Gong Mo menggendongnya dan keluar mencari pengasuh.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.