Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Turun Tanah



Turun Tanah

0Setelah tiba di ruang makan, Gong Mo menemaninya makan. Tian Cheng bertanya, "Apa Kak Gong Bai dan yang lainnya sudah tidur?"     

"Ya. Sepertinya baru akan bangun beberapa jam lagi."     

"Kakak harusnya sudah mengantuk, kan? Tidurlah. Aku bisa makan sendiri."     

"Tidak apa-apa. Aku akan mengobrol denganmu." Gong Mo berkata, "Bagaimana dengan tes senimu?"     

Tian Cheng berkata dengan yakin, "Rasanya baik-baik saja."     

"Bibi baik-baik saja?"     

"Bagus. Dengan adanya bukti perselingkuhan Ayah, seharusnya pembagian harta sesudah perceraian tidak sedikit. Lagipula yang dikhawatirkannya memang jika tidak punya uang yang bisa digunakan. Saat itu setidaknya kami akan memiliki satu rumah, sementara sisa uangnya akan cukup untuk membeli satu rumah lagi. Aku sudah bilang padanya untuk mengambil kedua rumah ini. Yang satu untuk ditinggali, sementara yang satu untuk disewakan, jadi sedikit uang sewa bulanan yang di dapat, bisa dianggap sebagai pendapatan tetap."     

Gong Mo mengangguk, "Benar. Tapi kamu harus berhati-hati dengan Paman Tertua dan Paman Ketiga. Jika sedikit saja punya uang, mereka akan langsung merasa iri!"     

"Jangan khawatir. Ibuku bilang pada saat itu ia akan mengganti nama salah satu rumah atas namaku. Bahkan jika dia benar-benar tidak tahan dengan kata-kata manis Paman Tertua dan Paman Kecil, setidaknya aku masih bisa mengamankan rumah itu."     

Gong Mo buru-buru berkata, "Jangan beritahu mereka tentang hal ini. Mereka tidak menyukai anak perempuan dan merasa anak perempuan tidak boleh memiliki properti. Jika mereka tahu rumah itu akan dipindahkan atas namamu, pasti akan terjadi keributan besar!"     

Tian Cheng mengangguk, "Aku sudah pernah berbicara dengan kejam pada Ibu, jika rumah itu tidak diberikan padaku. Uang-uang itu akan cukup baginya untuk menjalani sisa hidupnya. Jika ditipu dan diambil orang, jangan menangis mencariku!"     

Gong Mo tersenyum dan berkata, "Benar. Bibi Kecil berhati lembut. Kamu harus lebih tegas. Akan lebih baik saat kelak kamu sudah memiliki suami."     

Tian Cheng tersipu, "Untuk apa mengatakan itu? Lebih baik mengandalkan diri sendiri daripada orang lain. Saat mencari suami juga harus mencari yang baik. Tidak banyak wanita beruntung seperti Kakak, jadi lebih baik mengandalkan diri sendiri."     

Gong Mo mengangguk, "Diri sendiri tidak boleh buruk. Mengenai masa depan, biarkan takdir yang berbicara."     

"Hm!"     

Setelah Tian Cheng selesai makan, Gong Mo terlalu mengantuk, jadi ia pergi tidur dulu.     

Tian Cheng datang kesini membawa bahan ulasan, jadi ia kembali ke kamar untuk membacanya.     

Sebelum fajar menyingsing, Gong Bai dan Yu Xinran sudah bangun. Tian Cheng pergi mengobrol dengan mereka. Ketika hampir fajar, mereka berdiri di kastil dan melihat ke permukaan laut sambil menunggu matahari terbit.     

Waktu kerja dan istirahat Yu Qingliu tidak teratur. Ia sering terbang ke sana kemari ketika masih muda, jadi ia sangat berpengalaman dalam jet lag. Ia bisa terus tidur sampai waktu yang seharusnya. Mereka yang tidak tahu, mengira ia orang lokal.     

Setelah sarapan, Huzi akan disuruh untuk melakukan ritual Turun Tanah.     

Meja pendek dipenuhi dengan pena, kamus,handphone, uang, seruling, mobil mainan, kue kecil, pisau cukur, dan lain-lain. Ada juga banyak benda yang mempesona. Berbagai bidang pekerjaan juga tersedia.     

Yu Qingliu melemparkan pisau cukur ke atas meja. Ia juga melempar sebuah alat suntik sekali pakai tanpa jarum karena takut menusuk Huzi. Ia mengatakan bahwa jika Huzi mengambil jarum tersebut, itu akan membuktikan bahwa kelak Huzi akan menjadi dokter seperti dirinya.     

Sheng Nanxuan sama sekali tidak dapat mengerti, "Lalu untuk apa kamu melemparkan pisau cukur?"     

Yu Qingliu berkata, "Mungkin saja kelak bisa menjadi tukang cukur. Bukankah tukang cukur itu pekerjaan sambilannya mencukur kumis?"     

"..." Tapi Sheng Nanxuan sama sekali tidak ingin putranya tumbuh menjadi seorang tukang cukur.     

Ketika melihat hal-hal yang sudah mereka siapkan, semuanya sangat megah dan bagus. Bahkan jika Huzi menangkap kue kecil, paling-paling ia hanya akan menjadi pecinta makanan yang masih lebih baik daripada tukang cukur.     

"Oke, mari kita mulai." Gong Mo tersenyum.     

Pada saat Jason sedang merekam, Yu Qingliu berkata padanya, "Rekam yang jelas." Ia harus membawa rekaman itu kembali untuk ditunjukkan pada ayah dan ibunya.     

Gong Mo meletakkan Huzi di lantai. Sekarang ia sudah dapat berdiri dengan stabil, tapi masih belum bisa berjalan.     

Ketika Huzi melihat begitu banyak benda, matanya berbinar. Ia mengulurkan tangan kecilnya dan melambaikannya ke depan dan ke belakang sehingga banyak barang yang jatuh ke lantai.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.