Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Bakat menjadi Presiden



Bakat menjadi Presiden

0"Kamu tidak suka, ya?" Semua orang tertawa.      

Melihat semua orang tertawa, Huzi dengan malu-malu bersembunyi di pelukan Gong Mo.     

Sheng Nanxuan mengambil barang-barang itu dan menyentuh topi di kepalanya, "Ayo lagi!"     

Gong Mo mencium pipi kecilnya, "Bawakan sesuatu untuk Ayah, anak pintar."     

Huzi memandang Sheng Nanxuan, lalu menatap benda-benda di atas meja. Ia mengulurkan tangan untuk mengambil seruling.     

"Eh?" Yu Qingliu terkejut, "Siapa di keluarga kalian yang memiliki bakat musik?"     

Prak!     

Huzi melemparkan seruling ke lantai, lalu melihat tumpukan barang lagi. Ia mengambil stempel dan menyerahkannya pada Sheng Nanxuan.     

Sheng Nanxuan mengangkat alisnya, mengulurkan tangan untuk mengambilnya, dan mencium wajahnya, "Anak pintar…! Ayo lagi!"     

Stempel mewakili kekuasaan. Ini artinya bisa menjadi pejabat negara.     

Huzi bergerak dan melihat tumpukan barang dengan kebingungan, kemudian mengambil penggaris.     

"Ck!" Yu Qingliu berkata, "Tidak jauh dari menjadi pejabat."     

"Bubu!" Huzi berbalik dan menatap Gong Mo.     

Gong Mo berkata, "Satu kali lagi, ya?"     

"Bubu…" Huzi membenamkan kepalanya ke dada Gong Mo dengan muak.     

Ia tidak terbiasa melihat begitu banyak orang menatapnya…     

"Anak pintar… ayo satu kali lagi." Gong Mo mendorongnya menjauh.     

Huzi melihat barang-barang di meja dengan enggan, lalu mengambil tongkat kerajaan. Itu tongkat mainan yang terlihat seperti tongkat kerajaan dengan bertabur glitter dan permata.     

Sheng Nanxuan berseru, "Kamu ini ingin memerintah negara, ya?"     

Penggaris mewakili hukum, tetapi stempel dan tongkat kerajaan keduanya mewakili kekuasaan.     

Tongkat kerajaan melambangkan kekuatan kekaisaran tertinggi. Tidak ada keluarga kerajaan di Tiongkok. Kekuasaan tertinggi adalah Presiden.     

Jika ritual ini benar-benar dapat memprediksi masa depan, kemungkinannya kecil untuk Huzi tidak menjadi Presiden.     

Yu Qingliu berkata, "Sepertinya putramu berbakat menjadi Presiden."     

"Yayah!" Huzi mengulurkan tangannya dan menyerahkan tongkat kerajaan pada Sheng Nanxuan.     

Sheng Nanxuan tertegun sejenak, lalu menggendongnya dan berkata, "Kamu memanggil Ayah?"     

"Huu!" Huzi tampak tidak sabar dan melemparkan tongkat kerajaan padanya dengan marah, lalu berbalik untuk mencari ibunya.     

Sheng Nanxuan melemparkan tongkat kerajaan ke samping, lalu menggendongnya dan menciumnya kuat-kuat, "Anakku sayang, ayo panggil lagi!"     

"Huuu…. Bubu..." Huzi buang muka dengan tidak sabaran.     

Sheng Nanxuan murung, "Kenapa kamu sangat membenci ayahmu?"     

Gong Mo mengelus-elus kepala Huzi. Huzi tiba-tiba terdiam.     

"Anak pintar, ayo panggil Ayah lagi." kata Gong Mo sambil tersenyum.     

Huzi menoleh melihat Sheng Nanxuan yang menatapnya dengan penuh harap.     

Ia membenamkan wajahnya di dada Sheng Nanxuan dan mulai tersipu malu. Semua orang tertawa.     

Sheng Nanxuan memegang pantatnya dan menepuk punggungnya dua kali, "Tidak apa-apa asal kamu bisa memanggil Ayah. Ayah tidak buru-buru."     

Gong Mo memandangnya terkejut dan berkata dalam hatinya, 'Sebenarnya siapa yang setiap hari berbaring di selimut dan mengeluh? Benar-benar lain di mulut, lain di hati!'     

Keesokan paginya, ketika Tian Cheng kembali ke Tiongkok, tentu saja Gong Bai menemaninya pulang. Yu Xinran juga sekalian menemani Gong Bai.     

Karena mereka bertiga pergi, Yu Qingliu juga merasa tidak enak untuk tinggal lebih lama.     

Sebelum pergi, dia bertanya pada Sheng Nanxuan, "Tahun Baru tidak pulang?"     

"Ya."     

"Lebih baik tetap luangkan waktu untuk kembali." Yu Qingliu menghela napas, "Kakek dan nenekmu sudah sangat merindukan kalian."     

Sheng Nanxuan tediam sejenak, "Pasti tidak akan bisa pulang saat malam Tahun Baru. Kita bicarakan lagi saat awal tahun saja."     

"Baiklah kalau begitu." Yu Qingliu tahu bahwa di dalam hati Sheng Nanxuan, orang-orang yang berhubungan dengan Gong Mo lebih penting, jadi ia juga tidak memaksanya.     

Lebih dari setengah bulan kemudian, Tahun Baru Imlek tiba. Di Italia juga terdapat banyak orang Tionghoa dan di tempat-tempat di mana orang Tionghoa tinggal, juga sangat ramai.     

Tapi Shan Rong sedang mengandung dan Huzi masih sangat kecil, jadi semua orang tidak pergi keluar karena takut terlalu banyak orang menghimpit mereka.     

Lagipula berkumpul sekeluarga bersama-sama, lebih baik dari apa pun.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.