Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Semakin Tahun Semakin Bahagia



Semakin Tahun Semakin Bahagia

0Gong Mo dan yang lainnya merayakan Tahun Baru sesuai dengan waktu setempat, jadi mereka menonton Gala Festival Musim Semi di sore hari, kemudian memasak makan malam Tahun Baru setelah selesai menonton.     

Gong Mo dan Sheng Nanxuan memasak makan malam Tahun Baru bersama.     

Shan Rong ingin masak juga, tetapi ketika memasuki dapur, ia langsung muntah karena bau jelaga. Gambino sangat ketakutan dan membawanya kembali ke kamar.     

Setelah makan malam Tahun Baru, mereka membawa Huzi pergi ke luar untuk menyalakan kembang api.     

Huzi sangat senang dan dari waktu ke waktu menunjuk kembang api di langit sambil berteriak kagum.     

Shan Rong tersenyum dan berkata, "Tahun depan dia bisa menyalakannya sendiri."     

Gong Mo tertegun sejenak, lalu melihat kembang api dan bergumam, "Waktu berlalu begitu cepat."     

Sheng Nanxuan sontak bertanya, "Dari mana datangnya perasaanmu itu? Kita baru menikah satu setengah tahun."     

"Tapi aku merasa hanya sekejap mata. Lihat, Huzi sudah mau bisa berlari dan melompat tahun depan. Dia akan masuk taman kanak-kanak di tahun berikutnya. Pada saat itu, waktu akan berlalu sangat cepat, tiba-tiba sudah dua tahun."     

"Kamu bisa punya anak kedua," jawab Sheng Nanxuan.     

"Kamu…!" Gong Mo tersedak dan mengomel, "Yang kamu ingat hanya memiliki anak kedua!"     

"Aku bercanda." Sheng Nanxuan berkata sambil tertawa, "Jangan terlalu sentimental, Huzi bahkan belum bisa bicara."     

"Dia memang suka memikirkan semua hal." Shan Rong berkata, "Jangan manjakan dia."     

Sheng Nanxuan tersenyum dan berkata, "Dia istriku, jika aku tidak memanjakannya, lalu siapa yang aku manjakan?"     

Wajah Gong Mo memerah.     

Shan Rong mencibir, "Apa kalian tidak merasa geli?"     

Gong Mo berkata dengan suara pelan, "Ibu dan Ayah juga cukup menggelikan!"     

"Apa katamu?" Shan Rong sangat marah.     

Gong Mo mengerutkan bibirnya erat-erat dan tidak berani mengatakan sepatah kata pun.     

Gambino buru-buru berkata pada Shan Rong, "Di luar dingin. Ayo masuk dulu."     

Shan Rong mengikutinya berbalik, lalu mencibir Gong Mo, "Cepat tidur! Jangan sampai Huzi masuk angin."     

"Iya, tahu!" Gong Mo menjulurkan lidahnya dan menatap Sheng Nanxuan, "Selamat Tahun Baru…!"     

"Belum jam dua belas, kok?"     

"Di Tiongkok sudah."     

"Baiklah. Kita orang Tionghoa." Sheng Nanxuan menundukkan kepalanya untuk menciumnya.     

Huzi mendorongnya dengan penuh ketidakpuasan, mendengus padanya, dan bersandar di bahu Gong Mo.     

Sheng Nanxuan memelototinya, "Kamu bahkan sudah belajar merebut Ibu dari Ayah?"     

"Hahaha!" Gong Mo tertawa, lalu tiba-tiba menghampiri Sheng Nanxuan dan mengecup wajahnya.     

Sheng Nanxuan tertegun sejenak dan menatapnya dengan saksama.     

Huzi memeluk lengan Gong Mo dengan marah. Ia merasa Gong Mo sudah mengkhianatinya.     

Gong Mo tersipu, lalu berbalik memasuki rumah.     

Sheng Nanxuan mengikutinya, "Berikan Huzi padaku saja."     

Gong Mo menyerahkan Huzi padanya. Wajah Huzi terlihat tidak puas.     

Sheng Nanxuan memelototinya, "Semakin lama kamu semakin berat! Ibumu sudah hampir tidak bisa menggendongmu!"     

Huzi tidak mengerti apa yang dikatakan oleh ayahnya dan mengira Sheng Nanxuan marah karena Huzi hanya menyukai ibunya. Ia segera menunjukkan sikap bahwa ia juga mencintainya dengan mencium wajah ayahnya.     

Sheng Nanxuan tertegun sejenak dan tidak bisa menahan senyumnya, "Dasar anak ini!"     

Ia menggendongnya dengan satu tangan dan menggandeng Gong Mo dengan tangan lainnya.     

Gong Mo meliriknya dan menggandengnya erat-erat, "Aku merasa semakin tahun semakin bahagia."     

Sheng Nanxuan memegang tangannya dengan erat, "Aku bersumpah, kelak akan semakin bahagia."     

Gong Mo menatapnya dengan penuh kasih sayang, "Aku percaya padamu."     

Kembang api meledak di langit. Sheng Nanxuan memandangi wajahnya yang cantik. Tiba-tiba saja Sheng Nanxuan merasa ingin membuang anak yang ada di tangannya, kemudian memeluk Gong Mo erat-erat.     

Huzi bersandar di bahunya sambil mengantuk, lalu tiba-tiba menggigil.     

Gong Mo terkejut, "Cepat masuk! Jangan sampai masuk angin!"     

Sheng Nanxuan segera melepaskan Gong Mo dan membungkus Huzi dengan mantel.     

Huzi membuka matanya dan melihatnya sambil berpikir, 'Ayah masih sangat mencintaiku. Ke depannya aku akan lebih mencintainya! Hanya saja tidak akan tidak melebihi cintaku pada Ibu.'     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.