Istri Kebingungan: Suami Misterius Susah Ditebak

Aku Benci Kamu! Benci!



Aku Benci Kamu! Benci!

0Gong Bai membuka aplikasi saham dan mulai mempelajari pasar saham.     

Gong Fei bertanya lagi dengan frustasi, "Baiklah. Apa pekerjaan keluarga Kak Xinran?"     

"Kenapa kamu menanyakan ini?" Gong Bai meliriknya.     

Gong Fei mendengus dingin, "Ibu tidak bisa mengenali pakaian apa yang dikenakannya, tapi itu bukan berarti aku tidak bisa mengenai semua yang dikenakannya merupakan merek ternama. Seluruh barang yang dikenakan di tubuhnya bernilai ratusan ribu yuan."     

"Benarkah?" Gong Bai melihat ke bawah.     

Jika Gong Fei sampai tahu identitas Yu Xinran, ia tidak akan mempersulit Yu Xinran, tapi ia pasti akan mencoba untuk menjilatnya. Memikirkannya saja membuat Gong Bai merasa itu sangat memalukan.     

"Apa jangan-jangan kamu yang membelikan barang-barang itu untuknya?" Gong Fei menatapnya tajam.     

Gong Bai meliriknya, "Sudah waktunya kamu tidur."     

Ketika Gong Fei melihat kakaknya bersikap seperti ini, ia menganggap kakaknya membenarkan pertanyaannya. Gong Fei pun menggertakkan giginya dengan penuh amarah.     

Tiba-tiba ia melihat sesuatu di tumpuk di bawah buku yang ada di sebelah tangan Gong Bai dan menariknya dengan cepat. Ini adalah struk belanja pakaiannya tadi sore.     

Gong Bai tertegun sejenak, lalu berseru, "Kembalikan padaku!"     

Tangan Gong Fei gemetar. Entah apa yang dibeli dan hanya nama toko beserta jumlahnya. Tentu saja Gong Fei tidak tahu Gong Bai menghabiskan sebagian besar uang pada tagihan ini.     

Selama ini menurutnya Gong Bai bukanlah orang yang boros.     

Itu berarti puluhan ribu yuan ini, semuanya belanjaan Yu Xinran.     

Gong Fei meremas kuitansi menjadi bola dan melemparkannya ke wajah Gong Bai, lalu berteriak seperti orang gila, "Saat aku suruh kamu membelikannya untukku, kamu tidak rela! Tapi saat punya uang, kamu malah menghabiskannya untuk wanita yang hanyalah orang luar!"     

Gong Bai bangkit berdiri dan berkata, "Kelak dia akan menjadi istriku, jadi wajar aku menghabiskan uang untuknya."     

"Aku adikmu!" teriak Gong Fei.     

"Aku hanya kakakmu, bukan ayahmu, atau suamimu. Aku tidak punya kewajiban padamu. Jika aku membiayaimu seumur hidupku, apa aku tidak perlu menikah di masa depan?"     

"Tapi kamu belum menikah!"     

"Dengan adik perempuan sepertimu, aku tidak perlu menikah! Jika itu kamu, apa kamu ingin menikah denganku?"     

"Ahhh!!!!" Gong Fei meraih rak buku dan menariknya sehingga buku-buku di atasnya terjatuh.     

"Aku benci kamu! Benci!"     

Gong Fei mengambil sebuah buku dan merobeknya hingga terbelah menjadi dua. Ia melemparkannya ke tubuh Gong Bai, lalu berbalik dan meninggalkan ruangan.     

Gong Fei tahu apa yang dikatakan Gong Bai benar. Ia juga tahu bahwa jika pacarnya memiliki saudara perempuan yang menentangnya, ia tidak akan mungkin bersabar.     

Tapi orang lain adalah orang lain, sementara dirinya adalah dirinya. Ia hanya ingin Gong Bai menghabiskan uang untuknya, tapi ia tidak bisa mentolerir pacar Gong Bai.     

Malam harinya saat hendak pergi makan di rumah keluarga Yu, setelah selesai makan siang, Gong Mo membawa Huzi ke sana agar anaknya bisa lebih banyak menemani para tetua.     

Ketika tiba di sana, Gong Mo melihat Yu Xinran, Min Ling, dan Wu Surong sedang duduk berdampingan di sofa ruang tamu sambil mendiskusikan sesuatu yang terpampang di layar laptop.     

"Nenek, Bibi Tertua." Gong Mo menyapa sambil tersenyum.     

Wu Surong berkata dengan gembira, "Astaga…! Nenek sudah menunggu-nunggu kamu datang lebih cepat. Tidak disangka, kamu benar-benar datang! Huzi, cepat kemari biar Nenek Buyut gendong…!"     

"Gendong." kata Huzi sambil membuka tangannya.     

Gong Mo buru-buru menggendongnya kesana. Wu Surong memeluknya dengan gembira.     

Min Ling bangkit dan berkata pada Gong Mo, "Duduklah di sini."     

"Terima kasih, Bibi." Gong Mo duduk di samping Wu Surong bersama Yu Xinran.     

Wu Surong bertanya, "Di mana Nanxuan?"     

"Dia masih ada urusan, jadi dia akan datang agak terlambat."     

Wu Surong mengangguk, "Namanya juga pria, karir adalah hal yang paling penting."     

Gong Mo tersenyum, "Benar."     

Sebelumnya Sheng Nanxuan tidak terlalu peduli dengan karirnya. Jika bukan karena Gong Mo yang mendorong Sheng Nanxuan, dulunya ia juga terlalu tidak peduli dengan karirnya, jadi saat inibarulah ia rela meninggalkan rumah untuk pergi ke perusahaan. Akhir-akhir ini ia juga jadi sangat sibuk karena warisan keluarga Sheng dan SRC yang harus dihadapi, ditambah lagi beberapa perusahaan di tangannya akan membentuk grup dan Ding Yuan mencalonkan diri sebagai presiden.     

...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.