Menjalin Cinta Dengan Paman

Aku Menyukaimu, Apakah Kamu Percaya



Aku Menyukaimu, Apakah Kamu Percaya

0Mata An Ge'er tiba-tiba bertemu dengan tatapan Bo Yan, seketika keduanya terdiam.     

Sorot mata Bo Yan tampak dalam dan tenang. Namun di balik permukaan yang terlihat tenang itu, ada gelombang kegelisahan yang sangat kuat. An Ge'er merasa wajahnya seperti terbakar.     

'Apakah orang di depan mataku ini benar-benar masih merupakan Paman dingin yang selama ini aku kenal?'     

Suasana aneh muncul di antara keduanya dalam sekejap, An Ge'er tidak berani menatap mata Bo Yan lagi.     

Tangan yang menyentuh kakinya tidak bergerak. An Ge'er merasa kulitnya seperti terbakar oleh suhu panas di bawah telapak tangan Bo Yan. Gadis itu merasa sedikit tidak nyaman dan ingin bergerak. Namun saat dia baru saja bergerak, tubuhnya tiba-tiba menjadi kaku.     

'Sepertinya… aku tidak sengaja menyentuh sesuatu?'     

An Ge'er membeku, dia tidak berani bergerak lagi. Sedangkan pria di atasnya menatap sangat lekat.     

Setelah beberapa saat tenggelam dalam keheningan, Ge'er mendengar Bo Yan dengan tenang membisikkan sesuatu ke telinganya, "Apakah kamu percaya?"     

Suara asli Bo Yan sudah sangat menggoda, tetapi saat mengatakan itu dia menunjukkan suara parau yang seperti tertekan. Aura berantakan pun berkeliaran bebas di ruangan itu, dan jelas terlihat sangat… seksi.     

"Percaya? Percaya terhadap apa?" tanya An Ge'er sambil mencengkram kuat pakaiannya, suasana yang gugup membuatnya tidak berani bernapas.     

"Kata-kata yang Ye Che katakan."     

An Ge'er tercengang, dia membuang mukanya dengan tidak sabar dan detak jantungnya semakin bertambah cepat.     

'Bagaimana mungkin aku bisa tidak tahu tentang apa yang dikatakan Ye Che itu?'     

"Hmm, apa?'     

An Ge'er hanya berpura-pura kebingungan, ada perasaan ketakutan yang aneh di lubuk hatinya.     

Tatapan Bo Yan semakin dalam, dia sama sekali tidak ingin basa basi dengan An Ge'er. "Ye Che berkata, aku menyukaimu."     

"..." An Ge'er diam.     

"Apakah.. kamu percaya?" tanya Bo Yan.     

Ekspresi An Ge'er menegang. Setelah terdiam sejenak, gadis itu cepat-cepat menggelengkan kepalanya sambil menyunggingkan senyuman yang dibuat-buat.     

"Tidak, aku tahu bahwa dia hanya bercanda. Tenang saja, Paman. Aku tidak akan menganggap itu sungguhan..."     

Setelah selesai berbicara, mata An Ge'er terkulai, dia tidak berani menatap Bo Yan lagi.     

Di dalam hati, An Ge'er bertanya-tanya, 'Selain bertanya tentang hal itu, apakah dia punya hal lain untuk dikatakan?'     

Bo Yan tampak telah memandang An Ge'er lama. Setelah beberapa saat, dia bangun dari atas tubuh gadis itu.     

Sebelum itu, An Ge'er mendengar Bo Yan berkata dengan santai, "Baguslah kalau begitu."     

An Ge'er yang sedang menunduk tidak menyadari munculnya kesuraman di mata Bo Yan. Namun, hal itu cepat berlalu dan digantikan dengan sikap dingin dan keterasingan seperti biasanya.     

Begitu Bo Yan bangun, An Ge'er juga buru-buru duduk. Namun saat dia menarik kakinya, tidak tahu sejak kapan, ada sebuah plaster yang tertempel di lututnya yang terluka. Saat mandi tadi, dia tidak sengaja tergores sesuatu.     

An Ge'er terkejut. Mengingat telapak tangan besar Bo Yan baru saja menyentuh kakinya, dia tiba-tiba menyadari sesuatu. Tapi, dia justru berpikir pamannya ingin...     

An Ge'er mengulurkan tangan untuk menarik Bo Yan. "Paman, kamu..."     

Bo Yan tiba-tiba ditarik oleh An Ge'er dan saat dia menoleh, dia tiba-tiba merasakan kehangatan dan aroma harum bibirnya.     

'Kami tidak sengaja berciuman!'     

Waktu tiba-tiba berhenti. An Ge'er merasa sangat bodoh. Seperti ada sensasi tersetrum di bibirnya yang membuat pikirannya tiba-tiba kosong...     

'Apa yang sedang terjadi?!'     

Bo Yan terdiam. Detik berikutnya, pria itu baru bereaksi. Dia melepaskan bibir An Ge'er dengan perlahan, lalu menatap gadis itu dengan tatapan rumit.     

An Ge'er sangat bodoh. Gadis itu menggerakkan bibirnya, tapi butuh waktu yang lama sampai akhirnya dia dapat mengatakan beberapa kata, "Ma, maaf Paman, aku tidak sengaja..."     

Bo Yan tidak bicara, pria itu pergi begitu saja dengan alis mengernyit.     

An Ge'er buru-buru berdiri, "Paman, maaf, aku salah paham terhadapmu. Terima kasih untuk plasternya!"     

Melihat plester di lututnya, An Ge'er berpikir bahwa Bo Yan pasti sudah melihat kakinya berdarah sejak awal. Jadi, pria itu mengikutinya ke kamar mandi.     

Namun, An Ge'er buru-buru menyalahkan Bo Yan, berpikir dia benar-benar seperti yang Ye Che katakan.     

Tubuh ramping Bo Yan berdiri di sana. Setelah mendengar perkataan An Ge'er, dia menjawab tanpa menoleh, "Tidak perlu berterima kasih."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.