Menjalin Cinta Dengan Paman

Dia Sangat Ketakutan



Dia Sangat Ketakutan

0Karena terlalu buru-buru, An Ge'er menjatuhkan pakaian yang telah dia ambil dari punggung Da Bai. Mau tak mau, gadis itu pun keluar lagi dari kamar mandi.     

Suara langkah kaki semakin mendekat, An Ge'er memegang pakaian itu di dadanya dengan sembarangan, seketika tidak bisa menutupi bagian yang tidak seharusnya terbuka.     

Pintu terbuka dan saat itu juga, An Ge'er tidak berani bergerak.     

Seolah tidak berhadap melihat adegan itu, sosok ramping dan cukup tegap Bo Yan berhenti sejenak.     

Beberapa saat kemudian, suara Bo Yan justru masih sama seperti sebelumnya, sangat santai. Hanya saja, ada sedikit keheningan sebelum dia berkata, "Da Bai menjatuhkan pakaian ini, jadi aku datang untuk mengambilkannya untukmu."     

Bo Yan mengulurkan tangan yang memegang sebuah celana pendek santai berbahan katun.     

Saat ini, hati An Ge'er seperti di injak-injak oleh puluhan ribu alpaca, dia merasa sangat gugup! Gadis itu pun buru-buru menutup pintu dan mengenakan bajunya.     

Namun, detik berikutnya, sebuah tangan besar tiba-tiba menahan pintu kamar mandi yang hampir tertutup itu. Bo Yan berjalan masuk.     

Di luar pintu, Da Bai sedang mengibaskan ekornya dan menatap mereka dengan tatapan cerah. Melihat itu, Bo Yan justru mengayunkan tangannya, mengisyaratkan agar anjing itu pergi dan langsung menutup pintu. Tapi, Da Bai terus menggonggong sampai menggaruk-garuk pintu.     

Di dalam kamar mandi, An Ge'er menatap Bo Yan dengan tidak percaya, kakinya sudah lemas.     

'Mengapa Paman ikut masuk ke dalam kamar mandi?!'     

"Pa, paman..."     

Bo Yan menundukan kepala menatap An Ge'er. Gadis itu sedang mengenakan kemeja miliknya yang lebar, di bagian bawah terlihat sepasang kaki panjang dan lembut.     

Mata An Ge'er yang berair menatap Bo Yan dengan panik. Bibir kecil merah merona gadis itu sedikit terbuka, membuat semua pemandangan itu sangat menggoda.     

Ada kilatan api yang tiba-tiba meledak di mata Bo Yan yang dingin. Tatapan itu begitu dalam dan panas.     

Bo Yan membungkuk, lalu mengulurkan tangan untuk memegang dagu An Ge'er dan membuat matanya tepat berhadapan dengan mata Bo Yan, tidak bisa menghindar.     

"Tidak, jangan seperti ini, Paman..."     

"Jangan bagaimana?"     

Bo Yan menundukkan kepala, menatap lurus ke arah An Ge'er sambil berbicara.     

Lampu kamar mandi memancarkan cahaya perak samar di wajah Bo Yan, seperti lapisan kain tile yang menutupi tatapan matanya yang lembut.     

Saat ini, An Ge'er melihat aura memabukkan di dalam mata Bo Yan. Seperti langit yang luas, dalam, dan begitu menggoda orang, membuatnya tidak tahan untuk terjatuh dan tenggelam ke dalamanya.     

Napas hangat Bo Yan semakin lama semakin dekat dan jatuh di wajah An Ge'er. Sekilas, pamannya itu seolah akan...     

Namun, An Ge'er tiba-tiba mendorong tubuh Bo Yan, buru-buru membuka pintu dan berlari keluar. Dia baru saja berlari sampai ke sisi tempat tidur, tiba-tiba sebuah tangan besar menggenggam tangannya.     

"Ah!"     

An Ge'er kehilangan keseimbangan, dia berteriak, dan seluruh tubuhnya seperti miring.     

Dalam keadaan panik, tangannya meraih satu sisi pada kemeja Bo Yan dan keduanya jatuh tepat di atas tempat tidur yang empuk di belakang mereka.     

Perasaan pusing tiba-tiba melanda. An Ge'er ditekan di bawah, dia memejamkan mata dan tidak tahan untuk mengeluh pelan. Tubuhnya ingin bergerak, tapi dia menyadari bahwa seluruh tubuhnya di tekan oleh seseorang, dan tidak bisa bergerak sedikit pun.     

An Ge'er hampir gila, pikirannya juga seketika menjadi kosong. 'Situasi macam apa ini?'     

Napas hangat Bo Yan jatuh di pipi dan di leher putih An Ge'er, gadis itu pun mengerutkan kening. Begitu dia membuka mata, dia terkejut dengan pemandangan di depan matanya.     

Kemeja Bo Yan yang dia pakai, entah sejak kapan, dua buah kancing di bagian lehernya ternyata sudah terlepas dan terbuka. Hal itu memperlihatkan area kulit lehernya yang putih seperti porselen. Disertai dengan napas terengah-engah, di depan garis lehernya yang terbuka lebar ada kelembutan yang tersembunyi. Setengah dari pergelangan tangan Bo Yan yang putih dan ramping terlihat di lengan baju. Tidak tahu sejak kapan, kedua tangan An Ge'er sudah di tekan oleh pamannya itu di atas kepalanya sendiri.     

Tatapan mata Bo Yan sangat dalam. Pria itu menunduk menatap pemandangan yang berantakan tetapi begitu menggoda di bawahnya. Pada matanya yang biasanya selalu dingin, saat ini seperti ada api yang terus menyala dan dia samar-samar mulai bergerak.     

An Ge'er melihat postur di antara mereka, dia benar-benar sangat takut. Dia takut yang dikatakan Ye Che itu benar. Dia tidak bisa percaya.     

'Tapi Bo Yan adalah pamanku...'     

Hati An G'eer menjadi semakin tidak karuan.     

Tiba-tiba, sebuah tangan besar dari bagian bawah kaki meluncur menuju pangkal paha dan samar-sama terus bergerak ke atas. An Ge'er sangat gugup dan segera ingin menghentikannya, "Jangan, jangan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.