Menjalin Cinta Dengan Paman

Pura-pura Tidak Mengerti



Pura-pura Tidak Mengerti

0Saat An Ge'er berdiri, dia berusaha keras untuk berpura-pura seolah tidak mengerti apa pun dan tidak mendengar sesuatu yang aneh.     

"An Ge'er."     

Bo Yan memanggil An Ge'er dengan suaranya yang sedikit parau di pagi hari, membuat bingung orang lain.     

"Hmm, itu Paman, aku masih ada urusan. Jadi, aku naik ke atas dulu ya."     

An Ge'er bahkan tidak memiliki keberanian untuk menghadapi Bo Yan, jadi dia langsung naik ke lantai atas. Gadis itu bersembunyi di dalam kamar. Perkataan Ye Che sebelumnya masih berdengung di telinga, tidak, lebih tepatnya kalimat, 'Paman suka…'     

'Tidak-tidak, maksud dari perkataan Dokter Ye pasti bukan seperti yang aku pikirkan. Tapi, ini mungkin…'     

An Ge'er bingung. Gadis itu bingung, dia menghadap cermin dan seolah-olah melihat ada kepanikan yang naik-turun di dalam matanya sendiri.     

Pandangannya itu kondisi tegang, tetapi membawa semacam emosi rumit yang tidak dapat dijelaskan.     

'Aku tidak salah lihat, 'kan? Apakah itu benar-benar kepanikan yang naik-turun?'     

An Ge'er menjadi sangat berantakan.     

Tidak lama kemudian, Ye Che diusir oleh Bo Yan. Saat pria itu pergi, Da Bai berlari ke pintu untuk mengantarnya dengan bahagia.     

An Ge'er berencana untuk mandi sebentar, lalu langsung kembali ke perusahaan karena jadwalnya masih sangat padat. Meskipun sebenarnya dia ingin cepat-cepat pergi karena tidak mau berduaan dengan Bo Yan, tetapi gadis itu tidak mau mengakuinya.     

Setelah selesai mandi, An Ge'er tiba-tiba menyadari sebuah masalah, yaitu dia tidak memiliki baju ganti.     

'Aku tidak bisa keluar sambil memakai piyama orang sakit ini, 'kan?'     

Bahkan di dalam kamar mandi itu juga tidak ada satu handuk pun.     

An Ge'er terdiam, tidak bisa berkata-kata. Dia harus merepotkan orang lain. Belum lagi, orang yang dia repotkan itu adalah Bo Yan.     

Di lantai bawah, Bo Yan sedang memotong-motong daging steak yang tersisa untuk diberikan kepada Da Bai. Namun, dia tiba-tiba mendengar suara seorang wanita dari lantai atas.     

"Paman, bisakah kamu membantuku mengambilkan pakaian yang bisa aku pakai? Aku sedang buru-buru, harus pergi keluar." An Ge'er menggertakkan giginya, ragu-ragu sejenak, dan akhirnya memohon bantuan.     

An Ge'er menunggu sebentar di dalam kamar mandi, kemudian samar-samar seperti mendengar suara langkah kaki di tangga sebelah kiri. Langkah kaki yang tenang dan bertenaga.     

Pendengaran An Ge'er memang sangat baik. Tidak lama setelah itu, dia sudah mendengar pintu kamar dibuka, diikuti dengan suara 'tap, tap, tap, tap' bersamaan dengan suara gonggongan Da Bai. Sesuatu yang besar berhenti di pintu kamar mandi.     

Pintu kamar mandi menggunakan kaca buram. Meskipun An Ge'er tidak dapat melihat dengan jelas, tapi dia tahu bahwa yang datang bukan Bo Yan.     

'Itu adalah Da Bai!'     

Seketika itu juga, An Ge'er menarik napas lega.     

Diam-daim An Ge'er bersyukur karena Bo Yan benar-benar cukup perhatian. Jika pamannya sendiri yang mengantar, hatinya yang baru saja tenang pasti akan menjadi berantakan lagi.     

An Ge'er diam-diam membuka pintu, dan benar saja, ada Da Bai di depan pintu itu. Da Bai mengibaskan ekornya dan melihat ke arahnya. Anjing itu membawa sebuah kemeja putih bersih yang diletakkan dengan rapi di punggungnya.     

Saat tahu bahwa Da Bai adalah anjing betina, An Ge'er menjadi lebih tenang. Dia menarik pintu agar terbuka lebih lebar, kemudian membungkuk dan mengusap kepala Da Bai. "Terima kasih banyak, Da Bai."     

An Ge'er kemudian mengambil kemeja putih dari atas punggung Da Bai. Namun saat dia membungkukkan badan, muncul suara sepasang sandal rumah hitam kasual yang selangkah demi selangkah berjalan naik ke atas. Dengan buru-buru, dia pun mengambil pakaiannya dan dengan cepat menutup pintu.     

An Ge'er merasa jantungnya seperti melompat keluar.     

Sebenarnya, An Ge'er merasa bahwa tinggal berdua dengan Bo Yan adalah sesuatu yang cukup merepotkan. Lagi pula, dia bukan anak kecil lagi, dia sudah dewasa. Jadi, bisa saja terjadi hal-hal memalukan yang seharusnya tidak dilihat oleh orang lain. Di sisi lain, pamannya itu juga seorang pria dewasa yang sudah matang, dia juga mungkin memiliki kehidupan pribadi sendiri...     

Baik dalam urusan pekerjaan maupun perasaan, tidak dapat dipungkiri bahwa An Ge'er lebih memikirkan urusan perasaan. Dia tidak tahu bagaimana perasaannya untuk sementara waktu.      

Menurut An Ge'er, pamannya yang sudah dewasa dan lembut itu layak mendapatkan yang terbaik...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.