Menjalin Cinta Dengan Paman

Namun Sayang, Dia Adalah Pamannya



Namun Sayang, Dia Adalah Pamannya

0Itu adalah sebotol penuh susu panas.     

An Ge'er jelas-jelas bukan seseorang yang suka menangis. Namun, dia dibuat tersentuh oleh Bo Yan lagi. Gadis itu seperti orang bodoh yang sedang menangis terisak-isak.     

An Ge'er belajar di luar negeri seorang diri, dia sudah terbiasa makan makanan sembarangan hingga menderita masalah perut untuk waktu yang sangat lama. Namun setelah datang ke rumah Bo Yan, meskipun awalnya dia merasa tidak senang dan masih tidak bisa menjaga sikapnya, tapi kemudian, dia justru ditaklukan oleh setiap masakan yang dibuat oleh pamannya itu.     

Dan malam ini, Bo Yan masih sempat menyiapkan sebotol susu panas untuk dirinya..     

Begitu An Ge'er memikirkan semuanya, dia akhirnya sadar bahwa ternyata Bo Yan sudah begitu menjaganya selama ini.     

Dulu, ada sebuah kejadian saat An Ge'er berpikir dia sudah hampir mati di luar dan tidak ada satu orang pun yang memedulikannya. Namun kemudian, keajaiban itu muncul.     

An Ge'er minum susu hangat yang diberikan oleh Bo Yan sambil memandang ke luar jendela. Gadis itu mengendus melalui hidung kecilnya yang kemerahan, kemudian bertanya pada Bo Yan dengan suara parau, "Paman... kemana kamu akan membawaku pergi?"     

Dari pemandangan di luar jendela, An Ge'er tahu bahwa itu bukanlah jalan pulang.     

Bo Yan meliriknya dari kaca spion. "Hujan di luar terlalu lebat, ada sebuah resort di depan sana, aku akan membawamu beristirahat satu malam."     

Setibanya di area resort, An Ge'er sudah terlelap. Tangan Bo Yan menyentuh dahi gadis itu dan dikejutkan oleh rasa panas yang muncul di sana.     

'Dia demam.'     

An Ge'er sudah terlelap. Bo Yan menggendongnya masuk ke dalam vila dan buru-buru menelepon seseorang untuk datang.     

Saat Ye Che datang, Bo Yan sudah membantu membersihkan tubuh An Ge'er. Pria itu menggantikan bajunya dengan pakaian yang nyaman. Dia juga sibuk mengambil etanol untuk menyeka telapak tangan dan dahi gadis itu untuk menurunkan demamnya.     

Begitu Ye Che masuk, dia mengangkat alisnya dan terkekeh. "Ada apa dengan Kakak Ipar? Apakah kamu menggeretakkan?"     

"Dia demam, segera periksa."     

Alis Bo Yan tidak pernah mengendur.     

"Baiklah, aku akan segera menjadi dokter pribadimu. Tapi, apakah ada manfaatnya jika kamu melakukan hal seperti ini?" Mulut Ye Che melengkung sebuah senyuman, tetapi bawahannya sudah memasang infus kepada An Ge'er.     

Bo Yan melirik Ye Che dengan santai sambil berkata, "Aku bisa membiarkanmu tinggal di sofa di lantai bawah selama satu malam."     

Mata Ye Che tampak agak bingung setelah mendengar perkataan itu. Dia kehilangan kata-kata.     

Bo Yan adalah orang yang sangat gila kebersihan. Membiarkan Ye Che untuk tinggal di tempat itu bukanlah keputusan yang mudah baginya. Namun, Ye Che justru merasa bahwa dirinya sangat menyedihkan.     

Padahal, Ye Che sudah menerjang hujan deras untuk datang setelah ditelepon oleh Bo Yan tanpa menolak. Itu merupakan sebuah pelayanan.     

Sambil menjentikkan botol infus, Ye Che menurunkan alisnya dan menatap Bo Yan dengan ekspresi aneh. "Apakah kamu melecehkannya? Demamnya hampir 40 derajat. Jika tidak terjadi masalah, untuk apa melemparnya dengan begitu membabi buta?"     

Ye Che mengatakan itu setelah melihat kondisi An Ge'er. Dari kerah baju gadis itu yang sedikit terbuka, dia secara tidak sengaja melihat leher putihnya yang memiliki bekas pelecehan berwarna merah muda yang ambigu, itu sangat menarik perhatian.     

Tanpa melihat seluruh tubuhnya saja, Ye Che sudah bisa membayangkan seperti apa bekas-bekas yang ada di bagian tubuh lain.     

Tatapan mata Bo Yan semakin dalam, tapi dia juga tidak menyangkal.     

"Ini semua tidak benar, 'kan?"     

Bo Yan tidak menjelaskan apa pun dan itu membuat Ye Che penasaran.      

Bo Yan menatap dalam-dalam ke arah gadis dengan wajah pucat di atas tempat tidur.     

Bo Yan bingung, apa yang harus dia katakan? Kali ini, semua itu memang kesalahannya. Melihat An Ge'er, dia merasa menyesal dan langsung berjanji di dalam hati bahwa itu akan menjadi yang terakhir kali.     

Menurut Bo Yan, kelalaian dirinyalah yang menyebabkan kejadian itu.     

Ye Che turun ke lantai bawah dan dengan suka rela tidur di sofa malam itu.     

Meskipun An Ge'er demam, tapi kurang lebih gadis itu masih sedikit sadar. Di malam hari, dia ingat ada orang yang menjaganya sepanjang malam dan tidak pernah meninggalkannya.     

Bulu mata An Ge'er bergetar, dia membuka matanya da yang dia lihat adalah wajah yang akrab.     

An Ge'er diam-diam menoleh dan memandangi Bo Yan, hatinya sudah sangat luluh dengan perlakukan pria itu.     

Siapa yang mengira bahwa pria yang hampir sempurna itu adalah pamannya? Dan meskipun begitu, dia masih begitu teliti merawatnya.     

An Ge'er berpikir, jika suatu hari ada seorang wanita yang menikah dengan pamannya, wanita itu pasti akan sangat bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.