Menjalin Cinta Dengan Paman

Tidak Keberatan dengan Cara Apa pun!



Tidak Keberatan dengan Cara Apa pun!

0"Sudah pulang?" Bo Yan melirik An Ge'er sekilas. Pria itu kemudian bangkit dan berkata, "Pergi ganti pakaianmu dulu, lalu turun dan makanlah."     

"Iya, iya." An Ge'er membalikkan badan dan berlari ke atas, ada senyuman yang muncul dari sudut bibirnya.     

An Ge'er merasa sedikit bangga dan bahagia. 'Apakah Paman bermaksud mengajakku berbaikan?'     

Melihat Bo Yan yang membuatkan sendiri makanan lezat sambil menunggunya pulang, An Ge'er pun berpikir bahwa pamannya itu ingin mengakhiri perang dingin mereka. Seketika, aliran hangat pun mengalir ke dalam hati gadis itu.     

Sebenarnya, An Ge'er sadar bahwa setiap kali dia melakukan kesalahan, Bo Yan selalu menjadi pihak yang mengalah dan membiarkannya.     

Bo Yan merebus sup udang dengan tambahan beligu. Pria itu mengatakan bahwa sup yang dibuatnya bisa membantu menutrisi kembali tubuh An Ge'er.     

Melihat emosi Bo Yan yang sudah mereda, An Ge'er pun segera mengambil kesempatan itu untuk mengakui kesalahan yang dia lakukan sebelumnya. Pamannya itu tidak bicara, dia hanya mengusap kepala An Ge'er. Dari dalam matanya yang panjang dan menarik, melintas sebuah senyuman penuh kasih sayang.     

Pada saat makan, An Ge'er tiba-tiba merasa ingin pergi ke kamar mandi. Begitu dia pergi, ponselnya berdering dan sebuah pesan singkat masuk.     

Awalnya, Bo Yan tidak ingin melihat pesan masuk yang ada di ponsel An Ge'er itu. Namun, dia tidak sengaja meliriknya. Saat dia melihat siapa yang mengirim pesan singkat itu, matanya pun langsung berubah tajam seperti burung pemangsa.     

Jari ramping Bo Yan menjentikkan beberapa kali. Setelah membaca semua pesan, dia mengembalikan pesan itu seolah-olah belum pernah membacanya sebelumnya. Pada saat yang bersamaan, rasa dingin yang tak terlukiskan muncul di tubuhnya.     

Saat An Ge'er kembali, dia melihat aura dingin dan keterasingan di wajah Bo Yan, hatinya pun tiba-tiba tercengang.     

'Ada apa dengan Paman? Apakah aku melakukan kesalahan lagi?'     

Setelah makan malam, An Ge'er berinisiatif untuk mencuci piring. Setelah itu, dia langsung naik ke atas untuk beristirahat.     

Saat An Ge'er ingin mematikan ponsel, tiba-tiba dia menemukan ada sebuah pesan singkat. Begitu dibuka, dia melihat sebuah pesan dari Qin Mo.     

An Ge'er tidak membalas pesan Qin Mo yang sebelumnya. Jadi, pria itu mengirimnya sekali lagi.     

Qin Mo berharap An Ge'er datang. Sebelum bertemu, mereka tidak boleh berpisah. Tempat pertemuan itu adalah Shui'an Hao Ting nomor 318.     

***     

'Shui'an Hao Ting no. 318, Qin Mo.'     

Jari-jari ramping Bo Yan sedikit menekuk. Pria itu berpikir sambil mengetuk-ngetuk meja.     

Sesaat kemudian, Bo Yan tiba-tiba mengambil ponselnya dan entah apa yang dia tulis di sana. Saat dia meletakkan ponselnya lagi, kekejaman yang jelas melintas di matanya. Dia tidak keberatan menggunakan cara tercela apa pun untuk membersihkan saingannya, bahkan jika orang itu adalah saudaranya sendiri.     

***     

Malam berikutnya, An Ge'er tiba sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Qin Mo.     

"Tidak perlu memberikan kembaliannya." Setelah memberikan selembar uang kertas 100 yuan kepada pengemudi, An Ge'er langsung turun.     

An Ge'er mengambil kartu VIP Shui'an Hao Ting. Hari ini, dia secara khusus sedikit merias wajahnya dengan nuansa pink, membuatnya terlihat segar dan membuat orang jadi terpesona.     

Ruangan nomor 318 ada di lantai 31. Saat lift perlahan-lahan naik, jantung An Ge'er mulai berdetak tak terkendali. Entah kenapa, dia merasa sangat gugup.     

'Sebenarnya, apa yang akan Kakak Qin Mo katakan padaku?'     

Jika Qin Mo terus mengatakan bahwa dia masih menyukai An Ge'er, tapi masih tidak memiliki kejelasan hubungan dengan An Ruxue baik itu di depan umum atau secara pribadi, dia akan menyerah. Kalau pria itu meminta maaf, dia harus mengakuinya, meskipun dia akan merasa sakit hati yang sangat dalam.     

Lift berdenting dan terbuka perlahan. An Ge'er menarik napas dalam-dalam dan kemudian berjalan di sepanjang lorong untuk menemukan nomor kamar miliknya.     

"Nona An, silakan sebelah sini, Tuan Qin Mo sudah menunggu Anda di sini." Saat sedang sibuk mencari, seorang pelayan datang untuk menyambutnya.     

An Ge'er mengikuti pelayan tersebut masuk ke sebuah ruangan, tapi Qin Mo tidak ada di dalam ruangan. Alhasil, gadis itu pun hanya bisa menunggu kedatangannya dengan tenang.     

Pelayan itu masih belum pergi, dia menuangkan dua cangkir anggur merah dan meletakkannya di atas meja. "Nona An, silakan menikmati anggur ini, Tuan Qin Mo akan segera tiba."     

Pelayan tersebut berjalan keluar setelah melihat An Ge'er menyesap anggur merah tersebut. Ada sebuah kilatan yang muncul di matanya. Pelayan itu diam-diam membisikan sesuatu ke earphone yang dia gunakan lalu pergi dengan tenang.     

Saat An Ge'er menunggu, dia merasa lebih gugup. Dia sudah sangat lama tidak menghabiskan waktu berdua saja dengan Qin Mo. Jadi saat pria itu mengajaknya bertemu, muncul sebuah harapan kecil di dalam lubuk hatinya.     

An Ge'er sangat menyukai Qin Mo, jadi sangat sulit baginya jika harus benar-benar menyerah.     

An Ge'er menanggalkan mantelnya, tidak tahu apakah itu ada hubungannya dengan rasa gugupnya atau tidak, tapi dia tiba-tiba merasa udara di ruangan itu sedikit panas dan gerah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.