Menjalin Cinta Dengan Paman

Bantu Aku Menemukan Orang di Malam Itu



Bantu Aku Menemukan Orang di Malam Itu

0"Siapa?"     

"Nona Pertama An."     

Setelah telepon ditutup, mata Bo Yan yang panjang tiba-tiba berubah menjadi dingin dan suram.     

'Ternyata memang dia!'     

Sepertinya, Bo Yan memang harus memberi sedikit pelajaran untuk orang yang tidak patuh!     

Pada saat ini, An Ruxue sedang mencari dengan panik kamera mini yang saat itu tertinggal di kamar 317. Dia juga sibuk mencari pelayan hotel yang disewanya itu.     

An Ruxue menduga bahwa pelayan hotel itu menemukan kamera setelah kejadian itu membawanya pergi. Mungkin, dia ingin memakai barang itu untuk memeras An Ge'er. Namun, kalau itu benar, yang diinginkannya hanyalah uang. Padahal, An Ruxue tidak begitu.     

Benda itu adalah senjata yang akan An Ruxue pakai untuk mengancam An Ge'er. Akan dia gunakan untuk menjatuhkannya dengan keras dari puncak yang tinggi. Dengan susah payah dia membuat jebakan itu, bagaimana bisa dia kehilangan alat tawar-menawar yang begitu penting itu di saat terakhir?!     

Jadi An Ruxue berusaha mencari orang itu dengan berbagai cara. Namun, tidak peduli bagaimanapun dia mencarinya, dia tetap tidak bisa menghubungi pelayan hotel itu lagi.     

Dengan marah, An Ruxue terus mengutuk orang itu. Dia tidak tahu bahwa pelayan hotel itu sudah lama di…     

***     

Keesokan harinya.     

An Ge'er ingin keluar pagi-pagi sekali untuk menghindari Bo Yan. Namun siapa sangka, begitu turun ke bawah, dia langsung berpapasan dengan pamannya itu.     

Karena bingung, An Ge'er pun menundukkan kepala dan bersikap seakan tidak melihat Bo Yan. Saat ini, dia hanya benar-benar tidak ingin bicara.     

Saat baru saja lewat di sampingnya, Bo Yan tiba-tiba mengulurkan tangan dan menarik lengan An Ge'er. Gadis itu pun terkejut.     

Dengan pandangan yang tetap melihat ke arah depan, Bo Yan berkata dengan nada datar, "Kamu jangan khawatir, aku akan selalu ada."     

An Ge'er menarik lengannya dengan kaku. Dia masih merasa malu dan tidak dapat menunjukkan wajah kepada pamannya itu.     

Namun, Bo Yan sudah mengetahui semuanya. An Ge'er pun berpikir bahwa sudah tidak ada lagi yang perlu dia sembunyikan dan membuatnya terus merasa memalukan.     

Lagi pula…     

Daripada terus begitu, An Ge'er merasa lebih baik dia meminjam rasa bersalah pamannya itu dan memakai tangannya…     

"Paman, apakah Paman bisa membantuku untuk dua hal?"     

"Apa itu?"     

Riak tiba-tiba muncul di mata Bo Yan yang tenang.     

"Malam itu, aku difoto secara diam-diam." Suara An Ge'er tenang dan datar, tetapi tangannya yang terkepal erat terlihat dengan jelas.     

Mata Bo Yan berkilat, dia mengingat malam itu. Memang ada kamera mini yang diambilnya dari samping tempat tidur sebelum dia pergi.      

"Aku tahu. Yang kedua."     

"Yang kedua…" Napas An Ge'er tiba-tiba menjadi agak kacau. Suaranya tiba-tiba agak parau dan menjadi agak memohon, "Paman… aku ingin menemukan orang itu."     

'Menemukan orang yang telah memaksaku malam itu.'     

Tubuh Bo Yan yang ramping dan tegap tiba-tiba agak menegang. Akhirnya, dia menoleh dan memandang An Ge'er, ekspresinya kacau. "Seandainya ditemukan, apakah kamu harus mengetahui orang itu?"     

"Aku ingin membuatnya membayar harga yang layak baginya."     

An Ge'er juga menoleh dan menatap Bo Yan. Di matanya yang merah, emosi yang ditekan dengan paksa itu mengungkapkan kebencian di lubuk hatinya.     

Tidak ada yang tahu, pada saat itu An Ge'er merasa begitu menderita dan putus asa.     

Saat hal-hal buruk itu terjadi, An Ge'er ingin menyembunyikannya. Menghadapi ancaman yang tidak diketahui itu, dia ingin menyelesaikannya sendiri.     

Namun, An Ge'er sadar tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Dia terlalu kecil dan lemah.     

Gadis itu tidak pernah begitu membenci kelemahannya seperti saat ini.     

Melihat matanya yang memerah itu, Bo Yan tahu An Ge'er jelas-jelas sedih dan sengsara. Namun, gadis itu berusaha menyembunyikannya di lubuk hatinya dan menekannya dengan begitu kuat.     

Hati Bo Yan pun tiba-tiba terasa sakit.     

Pria itu mengangkat tangan dan sejenak membelai lembut rambut halus An Ge'er. Lalu, dia mengucapkan satu kata, "Baiklah."     

***     

Syuting drama kostum kuno itu akan segera dimulai. Qin Mo sama sekali tidak dapat menghubungi An Ge'er. Dia juga tidak bisa menemuinya baik di lantai bawah apartemennya maupun di perusahaan. Akhirnya, dia meletakkan satu-satunya harapan pada drama itu.     

Qin Mo berpikir, peran An Ge'er sebagai tokoh utama wanita adalah sebuah titik awal baginya. Dia berpikir bahwa An Ge'er pasti akan datang.     

Namun, ternyata pikiran Qin Mo itu salah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.