Menjalin Cinta Dengan Paman

Cinta Pertama Paman?



Cinta Pertama Paman?

0Mata An Ge'er melebar. Dia hanya asal bertanya saja, tetapi sekarang saat mendengar judul lagu itu, dia pun tercengang.     

'Mana mungkin aku tidak pernah mendengarkan lagu ini?'     

Lagu Bo Yan bukan hanya mewakili sebuah lagu saja, tetapi juga kenangan pada tahun-tahun itu.     

An Ge'er mengingatnya dengan sangat jelas. Pencipta lagu itu memakai nama panggung berbahasa Inggris, yaitu Ash.     

Pada saat dirilis, lagu itu bisa dikatakan sangat populer di seluruh dunia. Melodinya yang menawan dan liriknya yang menyentuh hati membuat orang tidak pernah bosan untuk mendengarkannya.     

Ash memiliki banyak pengikut, tetapi dia sangat misterius dan tidak pernah menunjukkan wajahnya. Hanya sedikit orang di industri hiburan yang mengetahui bahwa identitas asli Ash adalah Bo Yan.     

Tentu saja, meskipun mengetahuinya, mereka tetap tidak berani mengungkap hal itu.     

Lagu itu dirilis melalui SUM Group dan membawa kejutan kepada industri hiburan. Sebagai karyawan di perusahaan lawan, tentu saja Tang Shisan mencoba yang terbaik untuk menggali orang-orang yang terlibat.     

An Ge'er menatap bagian samping wajah Bo Yan dengan sorot mata agak tidak percaya.     

Kali ini, Bo Yan benar-benar melampaui perkiraan An Ge'er.     

An Ge'er baru saja akan bertanya kepada Bo Yan, tetapi dia sudah mendengar Tang Shisan berkata sambil tersenyum manis, "Katanya, Ash menulis lagu itu sendiri untuk pacar yang merupakan cinta pertamanya. Saat itu, lagu ini benar-benar membuat orang…"     

"Tunggu, pacar pertama…?" An Ge'er seketika tertegun.     

"Ehm!" Bo Yan tiba-tiba terbatuk ringan, alisnya sedikit berkerut.     

Tang Shisan yang pintar itu pun langsung sadar dan mengerti apa yang dimaksud oleh Bo Yan. Dia pun langsung mengalihkan topik pembicaraan.     

Meskipun begitu, An Ge'er tidak mendengarkan kata-kata Tang Shisan berikutnya. Benak gadis itu hanya dipenuhi dengan kalimat yang tadi diucapkan oleh manajernya itu.     

'Paman menulis lagu itu untuk pacar yang merupakan cinta pertamanya…'     

An Ge'er tiba-tiba terdiam. Dia juga tidak tahu kenapa, tetapi di lubuk hatinya, muncul sedikit emosi yang tidak terungkapkan…     

'Seperti... tertekan?'     

Setelah mengantar Tang Shisan pulang ke rumahnya, An Ge'er pun dibawa pulang oleh Bo Yan.     

Pada saat makan malam, An Ge'er sangat tenang. Gadis itu banyak berpikir dan itu bukan hanya karena masalah Qiu Ziran saja, tetapi lebih karena …     

"Ada apa? Apa kamu merasa tidak nyaman?" Sebuah tangan yang ramping terulur ke dahi An Ge'er.     

Merasakan sentuhan Bo Yan, gadis itu pun menunduk, pipinya tiba-tiba merona merah.     

"Tidak, aku hanya agak lelah."     

An Ge'er menghindari tatapan Bo Yan dengan agak tidak wajar. Lalu sambil berbicara, dia tiba-tiba mengeluarkan ponsel dari sakunya, "Paman, ini kuserahkan kepadamu."     

Meskipun saat menghadapi Klan Qinglong bisa dikatakan mereka memakai kekerasan melawan kekerasan, tetapi pada akhirnya tetap harus diserahkan kepada polisi.     

Namun, Bo Yan bahkan tidak mengangkat kelopak matanya. "Sudah kami bereskan."     

Bo Yan sama sekali tidak perlu turun tangan untuk mengatasi bandit-bandit kecil itu. Ah Dong dan Ai Rui bisa menyelesaikan semuanya.     

An Ge'er sedikit terkejut. Dia merasa malu dan hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. "Kalau begitu, aku naik dulu."     

Pada saat yang bersamaan, ponsel Bo Yan tiba-tiba berdering.     

An Ge'er pun duduk di sampingnya dan tanpa sadar melihatnya sekilas. Ekspresinya pun menjadi agak kaget.     

Terlihat sebuah nama di layar, Wei Wei.     

Anehnya, hal itu pun membuat An Ge'er teringat kepada pacar dan cinta pertama Bo Yan.     

Kata-kata yang diucapkan Tang Shisan hari itu masih bergema di telinganya dari waktu ke waktu.     

Alis Bo Yan agak terangkat. Dia melirik wajah An Ge'er yang tampak bingung, matanya berkilat, lalu dia pun berdiri sambil membawa ponselnya dan berjalan ke depan jendela tinggi.     

An Ge'er sudah ingin pergi. Namun dengan bimbang, dia berpura-pura mengikat tali sepatunya sambil mencoba mendengarkan sesuatu dengan teliti…     

An Ge'er tidak mendengar dengan jelas apa hal yang dikatakan Bo Yan di telepon. Namun satu hal tidak perlu diragukan lagi, di ujung telepon itu, ada suara seorang wanita.     

Napas An Ge'er tiba-tiba menjadi sesak.     

"Kamu masih belum naik?" Ketika Bo Yan kembali, An Ge'er masih di sana.     

"Aku sedang merebus air di dapur, setelah itu baru naik." An Ge'er berpura-pura menjawab dengan tenang.     

Bo Yan sedikit mengangguk. Sesaat kemudian, dia memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana dan hendak naik duluan.     

"Eh, tunggu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.