Menjalin Cinta Dengan Paman

Pelajaran Berdarah!



Pelajaran Berdarah!

0Di luar mobil.     

"Paman, biar Ai Rui saja yang menanganinya. Lebih baik kita pergi dulu saja." An Ge'er berlari-lari kecil mengejar Bo Yan, lalu menarik lengannya.     

Bibir Bo Yan berkerut tegang, tatapan dingin dan suram di matanya sulit untuk disembunyikan. Dia tidak bicara dengan An Ge'er, pandangan matanya menyapu wanita yang bersembunyi di belakang sekelompok orang itu. Niat membunuh berkilat di matanya.     

"Bos." Ai Rui datang dengan cepat ke sampingnya. Namun, Bo Yan bahkan tidak meliriknya.     

Beberapa saat kemudian, Bo Yan berkata, "Bawa dia ke dalam mobil dulu."     

Jelas, yang dimaksud oleh Bo Yan adalah An Ge'er. Namun baru saja Bo Yan mengucapkannya, seorang pria bertato yang memegang tongkat besi tiba-tiba datang kepadanya.     

Melihat itu, An Ge'er terkejut. Dia melihat Bo Yan bergerak dengan cepat dan mengunci pergelangan tangan orang itu. Dia memutarnya ke belakang dengan keras, gerakannya ringkas dan tajam. Orang itu seketika berlutut di tanah sambil memekik kesakitan!     

Itu adalah pertama kalinya An Ge'er melihat Bo Yan bertindak secara langsung. Dia sangat tercengang, tidak menyangka bahwa pamannya itu begitu hebat. Orang-orang yang dibawa Ai Rui dengan cepat berada di atas angin. Mereka menghajar dan menundukkan geng itu sampai berguling-guling di tanah.     

Hanya Qiu Ziran yang tersisa. Dia ingin melarikan diri, tapi orang-orang Ai Rui lebih dulu mengepungnya. Saat ini, dia menatap mereka dan An Ge'er dengan wajah pucat ketakutan.     

"Paman."     

An Ge'er agar mengerucutkan bibirnya, pandangannya tertuju kepada Qiu Ziran. Alisnya sedikit terangkat, tetapi tidak ada sedikit pun emosi di sana.     

'Ini tidak baik.'     

Awalnya, An Ge'er hanya ingin meminta Ai Rui dan orang-orangnya untuk memukul mundur mereka saja. Namun, dia tidak mengira kalau Bo Yan akan berada di dalam mobil.      

Sekarang ini, An Ge'er melihat bahwa Bo Yan sepertinya tidak bermaksud untuk melepaskan Qiu Ziran.     

Tentu saja, An Ge'er sendiri juga bukan malaikat. Memohon belas kasihan untuk orang yang telah menginjak kepalanya? Dia tidak sehebat itu.     

Kalau mau menyalahkan, maka Qiu Ziran hanya bisa menyalahkan nasib buruknya sendiri.     

"Aku… kuberitahu kalian, sebaiknya cepat lepaskan aku! Kalau tidak, kalau sampai Papa angkatku tahu…" Meskipun wajah Qiu Ziran pucat ketakutan, tapi dia masih memberanikan diri untuk mengancam.     

Namun sebelum kata-katanya selesai diucapkan, sebuah suara yang dingin tiba-tiba menyelanya.     

"Apa tangan itu yang memukul?" Bo Yan bertanya dengan tenang, namun ketenangan itu begitu menakutkan.     

Qiu Ziran menatap pria di depannya itu, begitu tampan. Namun di saat yang sama, dia juga bagaikan Dewa Asura yang membuatnya merasakan ketakutan yang tidak bisa dijelaskan.     

"Yang ini?" Bo Yan melirik Ai Rui, Ai Rui segera menyerahkan sebilah belati.     

Hati An Ge'er tiba-tiba menegang. 'Apa yang ingin dilakukan Paman?!'     

Qiu Ziran tiba-tiba merosot ke tanah dengan ketakutan, dia tidak bisa menahan kepanikannya lagi, "Kalian, kalian mau apa?!"     

Bo Yan melirik Ai Rui lagi dan dia langsung paham.     

Ai Riu berjalan ke samping An Ge'er, "Nona, ayo kita pergi duluan."     

Setelah itu, tanpa memedulikan An Ge'er yang sedikit melawan, dia mengunci kedua bahu gadis itu lalu membawanya pergi.     

Hati An Ge'er mendadak agak kacau. Dia memang pernah berpikir kalau Qiu Ziran seharusnya mendapat pelajaran, tapi tidak perlu sampai harus mati.     

An Ge'er buru-buru ingin menoleh, tetapi tiba-tiba didengarnya suara jeritan memilukan dari belakangnya. Wajahnya langsung pucat, dengan cepat dia menoleh, dilihatnya satu tangan Qiu Ziran ditusuk belati dan dipaku ke tanah.     

"Paman, jangan…!"     

An Ge'er berteriak, tetapi dia mendengar seruan dingin Bo Yan, "Bawa pergi."     

Ai Rui bergegas menghalangi pandangannya dan cepat-cepat membawanya pergi.     

An Ge'er dijejalkan ke dalam mobil dan Ai Rui menyetir. Namun, gadis itu terus melihat ke belakang, sepertinya dia melihat sekelompok orang mengelilingi Qiu Ziran, dan Qiu Ziran lumpuh di tanah, kedua tangannya berlumuran darah tanpa bisa bergerak.     

Hati An Ge'er terasa sesak tanpa bisa dijelaskan, rasanya tidak dapat diungkapkan, seakan dia baru menyadari orang seperti apa Bo Yan.     

Kalau Bo Yan membuatmu jatuh ke neraka, maka kamu tidak akan pernah mempunyai kesempatan untuk kembali lagi.     

Lebih menderita daripada mati.     

Begitu sampai di persimpangan jalan, mobil pun berhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.