Menjalin Cinta Dengan Paman

Xiao Ge’er, Kamu Cemburu?



Xiao Ge’er, Kamu Cemburu?

0Dia berdiri, An Ge'er hampir melarikan diri dengan putus asa.     

Biarpun tidak melihatnya, dia tetap mengetahui bahwa di belakangnya ada sebuah pandangan yang dingin namun membara yang terus menatapnya.     

Setelah mencuci muka dengan air dingin, An Ge'er memandang dirinya sendiri di cermin. Matanya agak memerah.     

Ternyata, paman berkata kalau dia sibuk dan tidak punya waktu luang untuk menemaninya itu karena … Xu Wei, benar kan?     

Xu Wei, apakah dia wanita yang pernah diam-diam disukainya?     

Mata An Ge'er agar lembab.     

Pada saat itu, meskipun EQ-nya rendah, tapi dia menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.     

Ketergantungannya yang hangat sejak awal kepadanya perlahan-lahan berubah menjadi keterikatan. Ketika dia samar-samar merasakan perasaan pamannya terhadapnya, dia awalnya mengira itu nyata, bahkan dengan yakinnya dia menjauhi dan menghindari pamannya.     

Sekarang kalau dipikirkan itu agak konyol. Itu hanya perasaannya sendiri saja, dia takut pamanya hanya menganggapnya sebagai anak kecil.      

Sebelumnya dia menghindar karena ingin membatasi perasaan pamannya.     

Tapi sekarang sepertinya,     

Akhirnya dia mengerti. Dia bukan sedang membatasi perasaan paman kepadanya, dia bukan sedang mencemaskan hal ini, yang benar-benar dia takutkan adalah dirinya sendiri yang tidak dapat mengendalikan perasaannya.     

Takut dirinya sendiri akan menyukai paman dengan cara yang lain.     

Itu tabu, dan tidak ada akhirnya.     

Dia adalah pamannya …     

Bagaimana dia bisa?     

Dia takut dirinya akan tenggelam.     

Tidak ada yang tahu betapa besar gejolak yang terjadi di hatinya ketika mengetahui bahwa pamannya datang untuk menemui Xu Wei.     

Seperti ombak yang bergelora dan tidak bisa tenang dalam waktu yang lama.     

Dia mencuci wajahnya dengan air dingin dan sebisa mungkin membuat matanya tidak begitu memerah. Dia ingin membuat dirinya lebih bersemangat, lebih tenang, minimal jangan sampai mereka melihat ada yang aneh. Dia tidak ingin terlalu mempermalukan dirinya sendiri.     

Dia keluar dengan kepala tertunduk, tiba-tiba sebuah batangan hitam melintas di depannya, datangnya tanpa pertanda. An Ge'er terkejut dan ingin berteriak, tetapi mulutnya dibungkam dan tubuhnya dibawa masuk ke toilet wanita. Orang itu sekaligus menggantung tanda sedang dalam perbaikan di luar.     

Dia mendorong An Ge'er ke sudut dinding, matanya yang dingin dan sipit menatap lurus kepadanya.     

Setelah melihat dengan jelas orang itu barulah napas An Ge'er yang sesak berangsur-angsur menjadi tenang. Tetapi matanya masih terbelalak lebar sambil terus menatap ke pintu. Apa dia sudah gila?! Ini toilet perempuan! Seseorang bisa masuk kapan saja!     

"Tenang, tidak ada yang bisa masuk."     

Bo Yan langsung bisa membaca pikirannya.     

An Ge'er memelototinya, kemudian matanya tertunduk, tidak melihatnya lagi.     

"Mengapa kamu bisa berada di sini?"     

Suaranya sangat acuh, tidak terdengar marah ataupun senang.     

Tetapi An Ge'er mengira Bo Yan menyalahkannya, menyalahkannya karena mengganggu kencannya.     

Bibirnya sedikit berkedut, menampakkan sebuah sarkasme yang tidak terungkapkan, "Kak Xu Wei memintaku menemaninya untuk menemui pacarnya. Jadi aku pun datang."     

"Pacar?" Dia mengernyit.     

"Memangnya bukan?" Saat mengucapkan kata-kata itu, mata An Ge'er terus menatapnya sambil tersenyum datar, "Paman, aku hanya tidak mengira bahwa apa yang disebut kesibukanmu itu tidak lebih dari ini saja."     

Bo Yan memandangnya seperti itu, tatapannya tiba-tiba menjadi rumit.     

Mata persik gadis kecil ini masih agak merah, hidung kecilnya juga merah. Langsung terlihat kalau dia habis menangis. Tapi sorot matanya menunjukkan sikap keras kepala dan kegigihan, seakan dia tidak takut apa pun.     

An Ge'er awalnya masih agak marah, namun terus dilihat seperti itu oleh pamannya membuat tubuhnya tiba-tiba terasa tidak nyaman. Dia menunduk dan hendak pergi, tetapi lengannya tiba-tiba dicengkeram oleh Bo Yan sehingga membuatnya tidak dapat bergerak sedikit pun.     

"Paman, kamu …!"     

"Kamu cemburu?"     

Bo Yan bertanya balik. Suaranya datar namun tegas.     

"Ap … apa?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.