Menjalin Cinta Dengan Paman

Memangnya Kenapa Kalau Aku adalah Pamanmu?



Memangnya Kenapa Kalau Aku adalah Pamanmu?

0Wajah An Ge'er memucat karena terkejut oleh perkataan Bo Yan. Seketika, dia pun tidak berani menatap pamannya itu.     

Namun, Bo Yan menarik lengan An Ge'er dan dengan mudah meraih pinggang kecil gadis itu dengan satu tangan. Begitu ramping, begitu lembut, bahkan melalui kemeja tipis oranye bermotif kotak-kotak itu, dia dapat merasakan kehangatan di baliknya.     

Sorot mata Bo Yan menjadi lebih dalam, tangannya yang lain menjepit rahang bawah An Ge'er, bibir tipisnya sedikit terangkat, tiba-tiba dia tersenyum samar. "An Ge'er, menurutku kamu cemburu."     

Bulu mata An Ge'er bergetar pelan, napasnya menjadi kacau. "Paman, omong kosong apa yang Paman katakan? Kamu, aku… kamu… aku…"     

An Ge'er tegang dan tidak tahu harus berkata apa. Melihat senyuman di sudut bibir Bo Yan yang tidak jelas maknanya itu, tiba-tiba dia merasa marah sekaligus malu. Dia berjuang keras melepaskan diri dari pamannya sambil berseru dengan suara rendah, "Kamu adalah pamanku!"     

"Paman?"     

Senyuman di sudut bibir Bo Yan semakin dalam. "Kalau aku adalah pamanmu, memangnya kenapa?"     

'Benar.'     

'Seandainya aku memang benar-benar Paman An Ge'er, lalu memangnya kenapa?'     

Demi An Ge'er, Bo Yan telah melakukan berbagai perhitungan matang agar gadis itu jatuh ke dalam perangkap lembutnya selangkah demi selangkah.     

'Memangnya kenapa kalau aku adalah pamanmu?'     

Bo Yan mengakui bahwa dirinya bukanlah orang baik. Dia bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan An Ge'er. Namun seumur hidupnya, dia hanya membuat perhitungan seperti itu untuk An Ge'er seorang.      

Jantung An Ge'er berdebar kencang. Dia merasa sedikit panik dan tidak tahu harus bagaimana. Gadis itu tidak mengerti, apa sebenarnya maksud Bo Yan? Mau dia cemburu atau tidak, memangnya apa yang akan dilakukan pamannya itu?     

'Bukankah Paman adalah pacar Xu Wei?'     

'Lalu, apa maksudnya sekarang ini?'     

Ada banyak pertanyaan yang melintas di otak An Ge'er.     

Bo Yan menatap mata An Ge'er yang panik seperti rusa kecil. Samar-samar, dia menyadari sedikit perubahan perasaan gadis itu terhadap dirinya.     

Sudut bibir Bo Yan sedikit terangkat, tangannya hendak menyentuh lembut pipi An Ge'er yang putih dan halus. Gadis itu pun langsung mengelak dan berbalik untuk melarikan diri, tapi kakinya tiba-tiba tersandung.     

An Ge'er berseru kaget, tubuhnya kehilangan kendali dan miring. Detik berikutnya, sebuah tangan dengan cepat menangkapnya dari belakang. Namun, entah kebetulan atau tidak, dengan sangat tidak terduga tangan itu jatuh ke tempat yang tidak semestinya.     

An Ge'er hanya merasa bahwa napasnya tiba-tiba menjadi sesak. Dia menundukkan kepalanya, saat melihat tangan besar yang menghalangi dadanya, wajah gadis itu tiba-tiba menjadi merah padam!     

"Kamu ba…"     

'...jingan!'     

Sebelum sempat meneriakkan umpatan itu secara utuh, mulut An Ge'er tiba-tiba dibungkam. Awalnya, dia pun berusaha melawan, tapi kemudian, dia mendengar suara langkah kaki sepatu berhak tinggi dari luar.     

Suara itu semakin mendekat…!     

"An Ge'er? Apa kamu ada di dalam…?"     

Mata An Ge'er langsung terbelalak begitu mendengar suara itu. Lalu, dia membuat suara erangan pelan.     

'Itu Xu Wei.'     

"Kalau tidak ingin kita terlihat olehnya, sebaiknya jangan bersuara!"     

Bo Yan merendahkan suaranya, napasnya yang hangat menempel di belakang An Ge'er. Jarak yang begitu dekat di antara mereka membuat telinga gadis itu memerah.      

An Ge'er bergegas menganggukkan kepalanya. Tentu saja dia tidak ingin ketahuan.     

Kalau sampai Xu Wei melihat mereka, An Ge'er khawatir apa pun yang dikatakannya tidak akan bisa menjelaskan apa-apa.     

Napas An Ge'er menjadi gelisah. Namun melihat tangan besar yang masih diam di dadanya itu, dia pun merasa malu sekaligus marah. Akhirnya, gadis itu benar-benar tidak tahan lagi dan menampar tangan Bo Yan hingga terlepas dari dadanya.     

'Brengsek, mesum!'     

Bo Yan melihat bekas telapak tangan berwarna merah di tangannya, lalu matanya yang sipit dan jernih menyapu ke dada An Ge'er yang menonjol. Tiba-tiba, ada sedikit rasa terbakar yang tersirat di matanya.     

"An Ge'er, ada yang mau kukatakan kepadamu."     

"Diam!"     

An Ge'er bergegas mencubit Bo Yan lalu menatap pintu dengan waspada.     

Sementara itu, wajah Bo Yan tampak tenang seakan dia sama sekali tidak peduli apakah orang di luar akan masuk atau tidak.     

Beberapa saat kemudian, Bo Yan mengucapkan sebuah kalimat dengan nada dan ekspresi datar, "Xu Wei hanyalah kenalan lamaku saja."      

Pada saat itu, langkah kaki Xu Wei berhenti di luar pintu. Namun untuk sesaat, telinga An Ge'er hanya terfokus kepada suara Bo Yan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.