Menjalin Cinta Dengan Paman

Paman Marah



Paman Marah

0An Ge'er tahu bahwa dirinya tidak mungkin bisa lolos dari kontroversi di internet. Gadis itu tahu kalau internet pasti sedang bergejolak karena berita tentangnya. Jadi, dia semakin menghindar dan tidak ingin melihat berita-berita itu.     

Setelah berlari keluar dari kedai kopi, An Ge'er meminta Ai Rui untuk membawanya pergi dengan mobil.     

Melihat pria yang mengejar di belakang, wajah An Ge'er menjadi sangat kesal.     

Melalui kaca spion, An Ge'er tidak mengira bahwa dia akan melihat pria itu dengan menyelipkan satu tangan ke saku celananya, lalu memandang ke arah dirinya yang menjauh sambil menyeringai.     

Ada keindahan yang luar biasa dalam adegan sesaat itu. Memesona, seksi, menggairahkan.     

***     

Ruang rapat di lantai 23 Grup SUM.     

Ruang rapat tersebut dipenuhi dengan para petinggi dari Grup SUM. Mereka sedang membicarakan sebuah kontrak bernilai miliaran dolar dengan perusahaan IT multinasional.     

"Ketua Bo, baru-baru ini sebuah perusahaan keuangan di negara M sedang panik menjual obligasi negara dengan harga diskon. Ada banyak bank yang gelisah ingin bergerak karena melihat keuntungannya, tapi perusahaan kita sedang…"     

Seorang pria sedang menjelaskan sesuatu secara rinci, tapi Bo Yan tiba-tiba memotongnya.     

Dia melemparkan kontrak di tangannya ke atas meja lalu berkata dengan acuh, "Kalian sebagai perusahaan IT merupakan badan usaha yang signifikan di negara M, tapi kalian menutup telinga terhadap pergerakan sebesar ini di industri…"     

Tiba-tiba, ada aktivitas di ponsel Bo Yan. Setelah menyelesaikan kata-katanya, pria itu pun langsung melihat layar ponsel dan sedikit mengernyitkan alis.     

Internet Bo Yan telah diatur secara khusus. Tidak peduli kapan pun dan di mana pun, selama ada pergerakan dari nama tertentu, maka berita-berita yang relevan akan terkirim ke ponselnya.     

Saat layar ponsel itu digeser, Bo Yan langsung melihat foto-foto yang tersebar di internet. Tiba-tiba, seberkas kegelapan muncul di matanya yang semula tenang itu.      

Foto itu berlatar di sebuah kedai kopi. Seorang gadis sedang menempel erat dengan seorang pria. Pada foto yang lain, terlihat sang pria sedang menunduk dan mencium gadis itu… An Ge'er.     

Benar, nama yang telah diatur secara khusus di internet dan ponsel Bo Yan adalah An Ge'er.     

Melihat semua itu, telapak tangan Bo Yan yang ramping pun mengencang seketika.     

"Perusahaan kita sedang mempertimbangkan untuk bertindak dan membelinya, tapi bank-bank itu sekarang tampaknya hanya memantau saja. Ketua Bo, menurut Anda…"     

Mata dingin Bo Yan menyapunya sekilas dan membuat punggung pria yang berbicara itu terasa sangat dingin.     

"Apakah kalian tidak mengerti dengan apa yang kukatakan?!" Bo Yan melontarkan beberapa kata dengan nada sedingin tatapannya.     

Semua orang yang ada di dalam ruang rapat itu tiba-tiba merasa atmosfer di sekitar mereka seketika turun ke titik beku. Bahkan, bernapas keras pun mereka tidak berani.     

'Ya Tuhan! Sudah lama tidak melihat Ketua begitu tidak memberi muka kepada orang lain seperti ini.'     

Orang-orang dari grup rekanan benar-benar dibuat ketakutan oleh sorot mata dan suara dingin Bo Yan. Mereka tertegun tanpa tahu harus bagaimana. "Ini… ini…"     

"Batalkan kontrak, rapat selesai!"     

Bo Yan tiba-tiba bangkit dan langsung keluar dari pintu ruang rapat.     

Raut wajah orang itu pun berubah drastis. Dia cepat-cepat ingin mengejar Bo Yan tapi dihentikan oleh asistennya.     

Semua orang juga agak terkejut. Ada apa dengan pimpinan mereka hari ini? Mengapa temperamennya tiba-tiba jadi mudah tersinggung?     

Kemarahan Bo Yan datang tanpa sedikit pun peringatan.     

"Bos, ini adalah kontrak senilai miliaran dolar, bagaimana bisa tiba-tiba dibatalkan?" Ah Dong mengikuti Bo Yan.     

Langkah kaki pria itu tidak berhenti, ekspresi wajahnya semakin dingin. "Panggil Ai Rui ke sini."      

Bibir tipis Bo Yan terkatup erat, hawa dingin memenuhi tubuhnya.     

'Memanggil Ai Rui?'     

'Apakah itu ilusinya? Mengapa aku merasa saat Bos mengucapkan dua kata itu, sepertinya dia agak menggertakkan giginya?'     

Ah Dong menahan pertanyaannya dan dengan bijaksana tidak mengucapkan apa-apa.     

Tiba-tiba, ponsel Ah Dong berbunyi. Pria itu mengeluarkan dan melihatnya sekilas, tetapi begitu membaca pesannya… 'Ai Rui! Brengsek!'     

Ah Dong memegang dahinya dengan terkejut.     

Ai Rui berkata kalau dia sudah tamat dan Bos tidak akan mengampuninya.     

Pria itu juga mengirimkan beberapa foto kepada Ah Dong. Itu adalah foto mesra An Ge'er dengan seorang pria yang sudah menyebar dengan liar di internet!     

Melihat pesan itu, kaki Ah Dong terasa lemas… Sekaran dia mengerti, gertakan gigi Bo Yan yang baru saja didengarnya itu sama sekali bukan ilusi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.