Menjalin Cinta Dengan Paman

Pamanmu Menunggumu, Semoga Beruntung



Pamanmu Menunggumu, Semoga Beruntung

0"Jangan terlalu khawatir. Meskipun ada begitu banyak orang di internet yang sedang membicarakanmu, tapi pikirkanlah sesuatu yang positif. Dengan begini, kamu jadi lebih terkenal, mereka memerhatikanmu," Xia Qiqi menelepon dan menghibur An Ge'er.     

An Ge'er mengangkat alisnya. 'Bicara memang mudah.'     

Internet begitu gempar. Meskipun An Ge'er mengatakan kalau bukan itu yang dilakukannya, tetap tidak akan ada orang yang percaya. Bagaimanapun, saat ini hampir semua orang mengarahkan tatapan tajam ke arahnya.     

Seperti An Ge'er, Tang Shisan juga jadi sangat sibuk dengan skandal negatif itu. Saat dia sedang memantau Weibo, tiba-tiba manajer itu melihat sebuah unggahan.     

Bukan, lebih tepatnya dia melihat foto di Weibo.     

Gambarnya sangat kecil, tapi Tang Shisan masih dapat menggalinya dengan mata tajam.     

Subjudul untuk foto itu adalah 'gadis paling cantik di bus'.     

Itu adalah unggahan yang sudah sangat lama, tetapi ada seorang netizen yang mengeksposnya lagi. Di tengah diskusi yang sedang ramai itu, semua hal bisa tenggelam dalam waktu yang cepat. Kalau saja Tang Shisan tidak menemukannya, maka foto-foto itu pasti sudah lenyap.     

Ketika Tang Shisan menyadari unggahan Weibo itu, matanya pun seketika berbinar.     

'Oh Tuhan!'     

'Bagus! Informasi ini datang begitu tepat waktu!'     

Sebelumnya, sebuah insiden kecelakaan bus sempat tersebar di internet. Di tengah kekacauan itu, ada seorang gadis cerdas yang yang menyelamatkan semua orang di dalam bus sekaligus mengantarkan sopirnya ke rumah sakit.     

Gadis cerdas itu adalah An Ge'er!     

Pada foto yang ditemukan Tang Shisan itu, An Ge'er memakai topi baseball. Saat sedang menyelamatkan orang-orang, gadis itu melepas maskernya. Maka dari itu, wajah depannya yang difoto berkali-kali oleh beberapa penumpang masih cukup terlihat.     

Foto-foto itu diunggah ke Weibo oleh salah satu penumpang bus itu.     

Sudut bibir Tang Shisan pun terangkat. Saat itu juga, dia langsung menghubungi penumpang itu.     

'Sekarang akan lebih menarik. Orang-orang yang diam-diam menjebak An Ge'er akan mendapat tamparan lagi di wajahnya!'     

'Jangan kira aku tidak tahu dari siapa dalang dari berita omong kosong tentang aborsi itu!'     

***     

Sudah larut malam ketika An Ge'er kembali ke vila.     

An Ge'er baru saja keluar dari lift. Begitu menengadah, dia melihat Ah Dong sedang berdiri di depan pintu kamarnya.     

'Aneh, bukankah Ah Dong pergi dengan Paman dua hari yang lalu?'     

Ah Dong bergegas menghampiri An Ge'er dengan niat baik. Pria itu menghela napas dan berkata, "Nona Kecil, berdoalah agar kamu beruntung. Bos sudah mengetahui tentang itu… tentang kamu dan pria lain di internet itu... Jadi, siapkan mentalmu."      

An Ge'er mengerutkan bibir kecilnya dan mengernyit.     

Skandal yang heboh di internet itu juga bukan keinginannya, ada hal-hal yang terjadinya begitu mendadak. Apakah bisa menyalahkannya dalam hal ini?     

'Tapi…Paman tampaknya sangat marah?'     

'Marah seperti apa? Marah sebagai orang tua atau…'     

Vila itu adalah bangunan dua lantai. Saat An Ge'er naik dan masuk, samar-samar dia melihat cahaya di kamar lantai satu. Napasnya pun tiba-tiba menegang.     

'Situasi apa ini?!'     

'Paman ada di kamarnya?'     

An Ge'er ragu-ragu selama beberapa saat. Akhirnya, dengan putus asa dia berlari ke kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu.     

Setelah selesai mandi dan beres-beres, An Ge'er turun dengan memakai baju tidur untuk mengambil air minum.     

Lampu di lantai bawah sudah mati, hanya ada cahaya keperakan yang masuk melalui jendela tinggi ala Prancis dari luar yang menyinari ruangan, berkabut dan dingin.     

An Ge'er tidak memerhatikan terlalu banyak hal di bawah, dia membuka lemari es dan ingin mencari air.     

Namun, cahaya dari lemari es tiba-tiba membuat sesosok tubuh tersapu di sudut mata An Ge'er. Gadis itu pun seketika membeku. Hatinya tiba-tiba menegang.     

Di depan sofa dekat jendela tinggi, sesosok tubuh ramping berdiri. Mantel berkualitas yang dijahit dengan pas semakin jelas menampakkan bahu lebar dan pinggangnya kecilnya. Di bawah potongan rambut hitamnya ada garis wajah yang indah, putih, tetapi keras.     

Hanya saja, saat itu wajahnya dingin. Auranya bahkan lebih tenang dan menakutkan.     

"Pa… Paman… sudah selarut ini, mengapa Paman ada di sini…?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.