Menjalin Cinta Dengan Paman

Menciumnya dengan Paksa



Menciumnya dengan Paksa

0Tidak ada sedikit pun cahaya di depan mata An Ge'er. Segera setelah itu, datang rasa sakit dan sedikit mati rasa di bibirnya.     

Hal itu benar-benar tak terduga!     

Setelah mendengar kata-kata Bo Yan yang dingin, tiba-tiba sesuatu menyelubungi bibir An Ge'er dan kemudian menyerangnya dengan ganas!      

Bibir An Ge'er digigit, dijilat, dan dihisap dengan kasar. Bahkan, bibirnya terasa hampir robek karena gigitan itu. An Ge'er tercengang, terkejut, dan tidak percaya. Namun, dia tidak bisa menghentikan pria itu menguasainya lebih dalam. Seperti yang berkali-kali dibayangkannya sebelumnya, memenuhinya, menjarah rasa manisnya dengan beringas.     

An Ge'er benar-benar linglung.     

Kepala gadis itu berdengung.     

Sepertinya, sesaat ada semacam ilusi yang membuatnya lupa dengan waktu.     

Apakah dirinya yang gila? Atau Bo Yan yang gila?     

Bo Yan sedang menciumnya dengan paksa.     

'Tapi dia… dia adalah pamanku…'     

Hati An Ge'er langsung runtuh, dia takut. Ketika tangan pria yang tidak pernah puas itu menyelinap masuk melalui ujung pakaiannya lalu menjalar di sepanjang lekuk pinggangnya yang lembut dan ramping, seluruh tubuhnya tiba-tiba gemetar, dia pun mendorongnya dengan keras.     

An Ge'er terengah-engah tanpa henti, menggelengkan kepalanya, matanya yang memerah penuh dengan rasa tidak percaya dan ketakutan.     

'Tidak, seharusnya tidak begini.'     

'Dia pamanku... Apa yang dilakukannya kepadaku?!'     

An Ge'er benar-benar terkejut dan ketakutan, dia mundur dengan gelisah. Gadis itu bahkan tidak peduli saat menabrak vas antik bernilai jutaan hingga pecah, tidak peduli saat menabrak kursi, juga tidak berpikir untuk mengenakan pakaiannya. Dia membuka pintu, lalu berlari keluar tanpa berani menolehkan kepalanya karena ketakutan.     

Seperti mimpi di tengah malam.     

Terkadang, An Ge'er memang memimpikan Bo Yan. Kelembutannya, kasih sayangnya, kekuatannya. Semua itu membuat An Ge'er seolah merasa setelah lebih dari sepuluh tahun kemudian, pria itu akan tetap berada di sampingnya, seakan-akan dia adalah… lelakinya.     

Di dalam mimpi, awalnya An Ge'er akan merasa hangat dan puas. Namun saat menyadari bahwa Bo Yan bagaikan kekasihnya, dia pun akan terbangun dengan ketakutan karena pemikiran yang absurd itu.     

Biasanya saat terbangun, gadis itu akan merasa bingung.     

An Ge'er memang menyukai Bo Yan. Pamannya itu tampan, memesona, juga menyayanginya. Namun apakah rasa sukanya terhadap orang itu benar-benar jenis rasa suka wanita terhadap pria?     

Meskipun terkadang Bo Yan terlalu berlebihan menjaganya. Namun, ciuman dari pamannya itu sekarang malah membuat seluruh saraf An Ge'er seperti akan pecah.     

'Perlakuan Paman terhadapku ini, ini… ini jelas adalah… kekacauan.'     

An Ge'er merasa panik dan takut terhadap hal seperti itu.     

***     

Di dalam vila.     

"Sialan!"     

Bo Yan melepas dasinya dan menjatuhkan diri di sofa sambil mengutuk. Wajahnya yang dingin menjadi kelabu, bibirnya yang tipis terkatup rapat.     

Momen ketika melihat sorot mata An Ge'er yang terkejut dan ketakutan itu, Bo Yan pun sadar kalau dia gegabah. Dia telah melakukan sesuatu yang sangat impulsif.     

Bo Yan sudah memutuskan untuk membuat gadis itu perlahan-lahan jatuh ke tangannya. Namun saat ini, sebuah kesalahan membuat jarak di antara mereka seketika kembali seperti semula, bahkan lebih jauh.     

Ah Dong mengikuti An Ge'er yang berlari keluar untuk memastikan keselamatannya.     

An Ge'er memang tampak sangat terkejut. Tidak peduli apa pun yang dikatakan Ah Dong, gadis itu tetap tidak mau kembali ke vila, seakan-akan di dalam sana ada sesuatu yang menakutkan.     

Namun sebenarnya, itu tidak ada bedanya. Pasalnya setelah Ah Dong menerima kabar dari Bo Yan, pria itu akhirnya memukul leher An Ge'er dengan satu tangan dan membuat gadis yang ketakutan itu langsung pingsan. Kemudian, Ah Dong pun membawanya kembali ke vila.     

Bo Yan mengangkat An Ge'er ke lantai atas dan menaruhnya di tempat tidur.     

Pada saat tengah malam, saat Bo Yan meninggalkan kamar An Ge'er sambil menutup pintunya, ada kilatan yang tidak jelas dan langka dari kedalaman matanya yang sipit dan jernih.     

***     

Sekembalinya dari kota M.     

An Ge'er dan Bo Yan bagaikan orang asing. Gadis itu menghindar dari pamannya sebisanya.     

'Apa perasaanku yang sebenarnya terhadap Paman?'     

Benih-benih yang tidak dapat dijelaskan bertunas di hati An Ge'er. Namun, dia sangat paham bahwa semua itu tidak mungkin ada hasilnya. Maka, gadis itu pun tidak ingin memikirkannya.     

Hanya saja, beberapa hari terakhir, An Ge'er ingin menghindari Bo Yan. Siapa sangka, jejak pamannya itu juga tidak terlihat…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.