Menjalin Cinta Dengan Paman

Mengatakan Kebenaran



Mengatakan Kebenaran

0An Ge'er tidak menyangka kalau kakeknya akan memakai tongkat untuk menghentikan An Ruxue. Kakek An memukul kaki gadis itu dan membuatnya berlutut kesakitan di lantai, langsung berteriak dan menangis tanpa bisa berdiri.     

Seingat An Ge'er, itu adalah pertama kalinya dia melihat kakeknya begitu marah.     

"Aku masih belum selesai bicara, siapa yang berani pergi? Siapa yang berani menyuruhnya pergi?!" Kakek An meraung marah sambil berjalan ke samping An Ruxue, lalu ke hadapannya dan hendak memukul gadis itu lagi.     

An Ruxue langsung berteriak dan menangis ketakuran, dia merangkak ke belakang Nenek An untuk bersembunyi. Dia mencengkeram baju neneknya itu dengan erat, tidak mau melepaskannya.     

"Minggir! Lihat saja, hari ini aku akan memukulnya sampai mati!"     

"Tenang dulu! Ini semua tidak ada hubungannya dengan Xue'er! Jelas-jelas anak yang tidak tahu terima kasih itu hanya bicara omong kosong!" Nenek An menghadang di depan An Ruxue, wajahnya juga pucat, dia berbicara tanpa bukti yang jelas.     

Mendengar itu, Kakek An tiba-tiba tertawa sinis. Wajah pria tua itu berubah menjadi dingin dan kelam. "Tidak ada hubungannya dengan dia?! Apa kalian menganggapku orang bodoh?! Di rumah ini, siapa pun tidak mungkin memalsukan pendaftaran An Ge'er, kecuali dia! Kalau bukan dia, lalu siapa? Apakah aku?!"     

Begitu kata-kata itu diucapkan, wajah Nenek An tiba-tiba berubah. Dia tidak bisa menghentikan Kakek An. Hasilnya, tongkat suaminya itu pun lagi-lagi memukul tubuh An Ruxue yang belum sempat melarikan diri.     

An Ruxue menangis meminta ampun. Wajahnya yang berantakan penuh air mata itu tidak seperti penampilannya yang cantik dan lembut di televisi.     

Namun, walaupun sudah dipukul seperti itu, An Ruxue tetap tidak mengakui perbuatannya. Gadis itu tahu bahwa begitu dia mengaku, konsekuensinya pasti akan lebih buruk lagi.     

"Mengapa kamu diam saja? Dasar anak tidak tahu terima kasih! Cepat bujuk kakekmu! Apa kamu ingin kakakmu dipukuli sampai mati olehnya?!" Nenek An berteriak kepada An Ge'er.     

Ayah dan ibu An Ge'er yang juga ada di sana tidak bisa menghentikan Kakek An. Lebih tepatnya, mereka tidak berani menghentikannya. Keduanya hanya bisa mengarahkan pandangan kepada An Ge'er.     

Namun, An Ge'er bahkan enggan mengangkat kelopak matanya. Gadis itu berbicara dengan nada datar, "Benar, yang kamu katakan benar."     

Bagaimana An Ruxue bisa melakukan hal semacam itu? Kalau Kakek An tidak memukulinya sampai mati, itu hanyalah sebuah permulaan. An Ge'er tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja.     

"Kamu…!"     

Kata-kata An Ge'er membuat Nenek An marah. Seketika, dia pun hendak menampar cucunya itu lagi. Namun kali ini, sebuah tangan yang ramping menghentikannya dengan mantap.     

An Ge'er mendongak dan melihat sosok ramping yang tiba-tiba muncul di depan matanya. Hatinya tiba-tiba sedikit bergetar.     

Itu adalah Bo Yan.     

'Bagaimana Paman bisa tiba-tiba kembali?'     

"Cukup! Apa yang sedang kalian lakukan? Bukankah semuanya akan teratasi begitu polisi tiba?" Suara Bo Yan terdengar sangat acuh tak acuh. Matanya yang sipit melirik ke belakang, seluruh tubuhnya memancarkan hawa dingin yang kental.     

"Tunggu, apa maksudmu? Apa kamu sudah memanggil polisi?"     

Raut wajah Nenek An tiba-tiba berubah.     

Bo Yan meliriknya dan bertanya, "Kenapa? Tidak boleh?"     

Begitu mendengarnya, tubuh Nenek An seketika terhuyung, wajahnya panik. "Kamu… Bagaimana kamu bisa berbuat begini? Apa kamu ingin membuat Xue'er dipenjara?!"     

Begitu kata-kata itu terucap, semua yang ada di sana langsung hening.     

"Ma, bukankah Mama berkata kalau dia tidak bersalah?"     

Ekspresi wajah Bo Yan tetap datar, tapi alisnya sedikit berkerut, menyiratkan rasa dingin yang tidak bisa disembunyikan.     

"Ini… ini…"     

Saat itu, barulah Nenek An menyadari apa yang telah dikatakannya. Saat bertemu dengan sorot mata Kakek An yang tidak bisa diungkapkan, tiba-tiba ada dentuman di dalam hatinya.     

Nenek An memang mengetahui kebenarannya, tetapi An Ruxue sudah melakukannya. Menyesal pun tidak ada gunanya. Kalau sampai ketahuan, dia pasti akan tamat. Bagaimanapun, An Ruxue adalah cucunya. Dia tidak mungkin diam saja melihat cucunya dipenjara!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.