Menjalin Cinta Dengan Paman

Orang Asing, Anak Haram!



Orang Asing, Anak Haram!

0Mengetahui Kakek An kebenaran yang mengejutkan itu, muncul kemuraman di yang tidak biasa di wajahnya. Tidak perlu dijelaskan lagi, sorot matanya menunjukkan kekecewaan yang mendalam saat memandang An Ruxue.      

An Ruxue sangat ketakutan, dia menangis dan merangkak, hendak meraih kaki Bo Yan untuk meminta agar pamannya itu melepaskannya. Namun siapa sangka, pria itu langsung sedikit membungkuk, tangannya memegang rahang An Ruxue, mulutnya perlahan tersenyum dingin.     

"Kamu masih tahu kalau aku adalah pamanmu? Tapi sepertinya, kamu lupa tentang kata-kata pamanmu ini sebelumnya…"     

Seluruh tubuh An Ruxue seketika gemetar, matanya bergetar hebat.     

'Bagaimana aku bisa lupa? Bagaimana aku lupa?!'     

Bagaimana An Ruxue bisa berinisiatif untuk memohon kepada Bo Yan? Gadis itu masih ingat dengan jelas hari di mana pria itu meremas lehernya, hampir mencekiknya sampai mati. Kalau bukan karena tiba-tiba ada seseorang di luar pintu, dia yakin kalau Bo Yan pasti akan membunuhnya dengan tangannya sendiri!     

Melihat wajah pria di depannya itu, An Ruxue merasa bahwa dia seperti sedang menatap raja neraka. Gadis itu pun langsung lari dengan panik.     

Awalnya, An Ruxue mengira Bo Yan hanya asal bicara saja. Namun saat mendengar suara mobil polisi, dia pun langsung ketakutan dan bersembunyi di belakang ayah dan ibunya sambil menangis.     

Dengan wajah yang sangat menyedihkan, An Ruxue memohon, "Mama, Papa, kumohon… tolong aku! Aku tidak ingin dibawa pergi oleh polisi…"     

An Ruxue melakukan kesalahan yang tidak termaafkan. Namun bagaimanapun, dia adalah anak keluarga An, putrinya sendiri. An Gucheng memandang Bo Yan dan berkata, "Bo…"     

"Tidak perlu bicara padaku tentang hal ini." Bo Yan langsung memotong kata-kata An Gucheng.     

Wajah pria itu dingin, ekspresinya tampak sangat acuh tanpa sedikit pun emosi.     

Polisi sudah menyapa penjaga pintu dan hendak masuk. Nenek An yang melihat cucunya akan segera dibawa untuk diinvestigasi pun tidak tahan lagi, dia berlari dua langkah dan menghentikan para polisi itu.     

Kemudian, dia berbalik dan tiba-tiba berseru sedih kepada Kakek An yang sorot matanya suram, "Apa kalian semua bodoh?!"     

Tangan Nenek An yang gemetar menunjuk-nunjuk An Ge'er sambil berkata dengan suara gemetar, "Demi orang asing, anak haram ini, kalian diam saja melihat cucu kalian sendiri dipenjara?! Dia sudah membunuh anakku, lalu apa sekarang dia mau mencelakai cucuku?!"     

Begitu kata-kata itu terucap, wajah semua orang pun tiba-tiba berubah!     

"Omong kosong apa yang kamu katakan?!" Kakek An meraung dengan marah. Detik berikutnya, pria tua itu segera memandang An Ge'er.     

Sementara itu, An Ge'er menatap semua orang sambil kebingungan, keningnya sedikit berkerut, seakan sedang mencerna makna mendalam pada kalimat yang baru saja dikatakan oleh Nenek An. Akhirnya, wajahnya pun perlahan-lahan memucat saat menyadari maksud kata-kata itu..     

Orang lain yang melihat ekspresi wajah An Ge'er yang seperti itu pun diam-diam tahu bahwa keadaan sudah gawat.     

"Bagaimana…"     

"Tutup mulutmu! Kamu lihat apa? Kenapa diam saja, cepat bawa Mamamu pergi? Dia bicara omong kosong di sini!" Kakek An bergegas menyuruh An Gucheng untuk membawa Nenek An pergi.     

Namun, semua seperti sudah terlambat.     

Sudut bibir An Ge'er sedikit tertarik, seakan-akan baru bereaksi terhadap informasi itu. Gadis itu tersenyum samar sambil bertanya, "Kakek, apa yang baru saja dikatakan Nenek?"     

'Aku… tidak salah dengar, 'kan…?'     

"Nenek bilang kalau kamu bukan anak keluarga An! Bukan! Kamu adalah anak haram, kamu adalah barang imitasi!" An Ruxue yang sudah putus asa berteriak keras tanpa peduli dengan apa pun!     

Kakek An akhirnya marah sekali lagi. "Pergi! Dasar gila! Cepat bawa dia pergi!"     

Polisi masuk dan menyelidiki, kemudian langsung membawa tersangka pergi. Tidak peduli bagaimanapun An Ruxue menangis, dia tetap tidak bisa lolos.     

Setelah An Ruxue pergi, akhirnya ruang utama pun menjadi sunyi.     

Entah sejak kapan, sekujur tubuh An Ge'er menjadi sedingin es. Kakek An datang mendekatinya dan menghela napas, ada kekhawatiran di matanya.     

"Nak, kata-kata nenekmu tadi jangan dimasukkan hati. Dia sudah tua dan sedang bingung. Dia memikirkan banyak hal…" Kakek An menepuk lembut bahu An Ge'er, "Nak, kamu benar-benar sudah diperlakukan tidak adil dalam hal ini..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.