Menjalin Cinta Dengan Paman

Berbagi Ranjang



Berbagi Ranjang

0Setelah mengatakan hal itu, An Ge'er bergegas lari ke kamar mandi untuk ganti pakaian.     

Hanya saja, entah mengapa, saat sedang ganti pakaian, An Ge'er terus-menerus merasa bahwa ada orang yang sedang melihatnya…     

Gadis itu tidak menyadari bahwa ada tirai di kamar mandi itu. Orang yang ada di luar bisa melihat dengan jelas semua yang ada di dalam. Semuanya hanya akan terhalang jika tirai itu ditutup. Namun, An Ge'er yang kebingungan sama sekali tidak memerhatikan hal itu.     

Setelah beberapa saat, An Ge'er akhirnya hanya menganggap perasaan itu adalah ilusi saja.     

Namun, setelah An Ge'er keluar dari kamar mandi, Bo Yan langsung masuk ke sana. Dari luar, gadis itu bisa melihat pamannya yang melihatnya sekilas dari dalam, lalu dengan tenang mengulurkan tangannya dan menarik tirai di sana.     

An Ge'er pun terdiam. Gadis itu terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya.     

'Kamar mandi ini... ternyata dari luar... bisa melihat ke dalam…?'     

'Lalu... aku baru saja ganti pakaian, apakah…'     

'Sialan!'     

An Ge'er pun panik. Dia merasa benar-benar bodoh!     

Tidak lama kemudian, Bo Yan keluar sambil menyeka rambutnya. Hati An Ge'er semakin tegang, dia tidak berani bertatapan dengan pamannya itu dan hanya bisa berpura-pura melihat ke tempat lain.     

Namun, saat sedang berusaha mengalihkan pandangan, pipi An Ge'er tiba-tiba terasa panas.     

Tubuh bagian bawah Bo Yan terbungkus handuk mandi, sedangkan tubuh bagian atasnya yang memiliki bahu lebar dan pinggang ramping terbuka. Tubuhnya tampak begitu sempurna dengan otot six pack.     

Jejak air mengalir turun dari dada Bo Yan, di atas kulit tipisnya yang penuh kekuatan, lalu terus meluncur ke bagian bawah dan akhirnya menyelinap masuk ke dalam handuk mandi…      

Pipi An Ge'er tiba-tiba menjadi merah, dia merasa itu aneh. Gadis itu pun bergegas memutar tubuhnya. Semula, dia ingin mengatakan sesuatu untuk menghangatkan suasana. Namun saat ini, sepatah kata pun tidak dapat diucapkannya.     

An Ge'er pun mengubur dirinya ke dalam selimut. Jantungnya berdebar-debar.     

Saat mata sipit Bo Yan memandang An Ge'er yang sudah membalikkan tubuh dengan telinga merah, sudut bibirnya yang dingin dan tajam pun sedikit mengait.     

'Gadis bodoh ini.'     

An Ge'er memejamkan matanya rapat-rapat. Entah mengapa, dia merasa waktu sepertinya berjalan begitu lambat. Gadis itu sedang menunggu Bo Yan naik ke ranjang dan tidur. Namun setiap detik, setiap menit, seperti terasa tanpa batas.     

Pada usianya yang sudah cukup dewasa, An Ge'er belum pernah berbaring dan tidur di ranjang yang sama dengan lawan jenisnya. Siapa sangka, orang yang pertama melakukan hal itu bukanlah pacarnya, juga bukan suaminya, tetapi… pamannya.     

An Ge'er tegang dan canggung. Memikirkan kemungkinan pikiran-pikiran Bo Yan terhadapnya, muncul sedikit kegelisahan yang tidak bisa dijelaskan di dalam hatinya.     

Melihat An Ge'er yang membenamkan dirinya di satu sisi tempat tidur, membungkus diri rapat-rapat, dan hanya memperlihatkan kepala kecilnya, alis Bo Yan pun sedikit terangkat. Setelah memakai pakaian lengkap, pria itu naik ke ranjang.     

Sisi lain dari tempat tidur miring ke bawah, An Ge'er pun tahu bahwa Bo Yan sudah naik ke ranjang. Menyadari itu, dia merasa seperti jantungnya hampir melompat keluar dari tenggorokannya.     

An Ge'er merasa tegang sampai tidak tahu harus berbuat apa.     

'Aku dan Paman tidur di ranjang yang sama!'     

Suasana hati An Ge'er kacau. Terlebih lagi, dia sudah mengetahui bahwa Bo Yan dan dirinya tidak mempunyai hubungan darah.     

'Apakah sepertinya aku menjadi semakin tegang?'     

Sebenarnya, An Ge'er sudah mengantuk. Namun, dia terus merasa seperti ada orang yang mengawasinya dari belakang.     

Setelah beberapa waktu, An Ge'er akhirnya tidak peduli lagi, kepalanya berat.     

"Duk!"     

"Ahhh…!"     

An Ge'er terbangun sambil memegangi dahinya yang terbentur nakas. Rasa kantuknya seketika hilang, tatapan matanya penuh dengan rasa malu dan tidak berdaya.     

Bo Yan bangkit, lalu mencondongkan tubuhnya untuk memeriksa An Ge'er. Tiba-tiba, muncul perasaan sedih dalam hati. Gadis itu tidur begitu jauh, dia terus khawatir akankah An Ge'er jatuh pada detik berikutnya.     

'Gadis ini, apakah dia setakut itu kepadaku?'     

"Tidurlah di sebelah sini."     

Setelah melihat lukanya tidak parah, Bo Yan menyuruh An Ge'er tidur di tengah, dekat dengannya.     

An Ge'er sedikit malu. Namun karena tidak ingin terbentur lagi, dia pun hanya bisa patuh.     

Setelah mendekat ke tengah, An Ge'er memejamkan matanya. Tidak lama kemudian, telinganya perlahan-lahan merona.     

'Gawat!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.