Menjalin Cinta Dengan Paman

Tidak, Jangan Bunuh Dia!



Tidak, Jangan Bunuh Dia!

0Setelah kecelakaan, rambut hitam Rong Bei berantakan, dahinya seperti dipukul, kulitnya tergores, dan darah mengalir keluar dari sana.     

Penampilan itu kontras dengan wajahnya yang bengis, meski lesu tetapi sangat indah. Ada semacam aura kebobrokan dan kejahatan pada dirinya.     

Namun, bagi Rong Bei, momen itu begitu ironis.     

Di sisi lain, An Ge'er mana tahu kalau ada begitu banyak fantasi dalam diri pria arogan itu? Sebelumnya, dia sangat tegang. Namun, saat melihat bahwa Rong Bei masih hidup, masih baik-baik saja, masih bernyawa, akhirnya dia bisa merasa lega.     

'Ya Tuhan! Semua ini benar-benar membuatku ketakutan setengah mati!'     

Semua adegan yang baru saja terjadi benar-benar membuat jantung An Ge'er nyaris melompat keluar. Namun bagaimanapun, dia tidak pernah menyangka bahwa truk itu akan menabrak mobil Rong Bei. Sarafnya menegang ketika mendengar suara benturan keras itu. Bukan karena yang lain, tetapi karena orang yang tertabrak itu adalah Rong Bei.     

Meskipun kejadian hari itu membuat An Ge'er kesal dan benci, tetapi dia tidak ingin Rong Bei mati. Mereka telah menjalin persahabatan selama bertahun-tahun di jaringan internet yang tak terlihat.     

Selain itu, Rong Bei juga kepala dari kelompok senjata mereka. Kalau pria itu benar-benar celaka, bagaimana An Ge'er harus menjelaskannya kepada Su Chen, Fu Jiu, Mullen dan anggota kelompok mereka?     

An Ge'er tidak dapat memikul semua tanggung jawab sebagai orang yang terlibat di belakang kejadian itu.     

Semua orang tenggelam dalam pikirannya masing-masing.     

Karena di dalam hatinya An Ge'er memang khawatir dengan keselamatan Rong Bei, maka dia tidak mengatakan sepatah kata pun kepada pria yang membawanya.     

Namun, pria itu justru berbalik arah!     

An Ge'er tidak tahu apa yang ingin dilakukan pria itu. Namun pada detik berikutnya, dia mematikan motornya dan turun.     

Pria itu mengenakan jaket hitam, memiliki bahu lebar dan pinggang ramping, terlihat sangat tampan dan keren. Sosoknya bagaikan raja di kegelapan malam.     

Dia turun dari motor dan berjalan selangkah demi selangkah ke mobil Rong Bei.     

Melihat pemandangan itu, mata An Ge'er pun tiba-tiba melebar. 'Apa yang mau dia lakukan?!'     

Pria itu mendekati mobil Rong Bei selangkah demi selangkah. Sosoknya yang tinggi dan besar di malam hari membawa tekanan yang tidak terlihat. An Ge'er benar-benar takut dia akan membunuh Rong Bei. Bagaimanapun, baru saja dia sudah melakukannya satu kali, kecelakaan itu.     

"Tidak, jangan bunuh dia!" An Ge'er turun dari motor dan berlari beberapa langkah sambil berteriak.     

Mendengar teriakan An Ge'er, ada jeda pada langkah kaki pria itu, tetapi dia tidak berhenti. Tangannya yang mengenakan sarung tangan hitam terkepal erat.     

Rong Bei menyeringai. Mata phoenix-nya yang ramping seolah menembus helm pria itu dan menatap lurus ke mata sipitnya yang dingin dan garang.     

'Mau membunuhku?'     

'Mimpi!'     

Tangan Rong Bei terjulur ke bawah kursi mobil dan mengambil sebuah benda berwarna hitam. Itu adalah…. pistol.     

Rong Bei mengira pria itu benar-benar datang untuk membunuhnya. Namun tidak disangka, dia hanya menyapukan pandangan sekilas dengan acuh tak acuh kemudian membungkukkan tubuhnya, mengambil sepatu An Ge'er di atas kursi samping pengemudi, lalu berbalik dan pergi.     

Pandangan pria itu tetap acuh tak acuh, seakan mengabaikan keberadaan Rong Bei sepenuhnya.     

Cara terbaik membuat musuh marah bukanlah dengan memperlihatkan tampang yang mengerikan, tetapi dengan mengabaikannya seperti udara kosong, sama sekali tidak memandangnya.     

Seakan dia… tidak layak.     

Saat itu, wajah indah Rong Bei berkedut marah.     

'Sialan!'     

Rong Bei merasa pria itu jelas-jelas menghinanya.     

Tatapan acuh tak acuh pria itu membuat sesuatu yang menekan di hati Rong Bei seperti membengkak, tetapi tidak dapat dilampiaskan.     

Mana pernah Rong Bei menerima perlakuan semacam itu?     

Saat melihat sosok pria itu telah berbalik, kabut melintas di mata phoenix Rong Bei. Dia sedikit mengangkat pistolnya, lalu membidik punggung pria itu…     

Namun, saat melihat pemandangan di depannya, pupil mata Rong Bei seketika melebar. Ada kilatan aneh melintas di matanya, seakan-akan dia sedikit terkejut.     

Di sisi lain, An Ge'er juga terkejut.     

Sosok pria itu bagaikan dewa di malam hari. Namun, dia juga tidak terlihat dengan jelas di kegelapan malam.     

Saat melihat pria itu kembali dengan sepatu di tangannya, An Ge'er terkejut, hatinya bergetar hebat.     

Apalagi kemudian, pria itu berkongkok, dengan terampil mengendurkan tali sepatu An Ge'er, lalu memakaikan sendiri sepatu itu dan mengikatkan talinya…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.