Menjalin Cinta Dengan Paman

Menemukan Bekas Gigitan di Lehernya



Menemukan Bekas Gigitan di Lehernya

0Tangan mungil An Ge'er memegang erat kerah di dada Bo Yan. Situasi itu seperti membuatnya jatuh dan tenggelam.     

An Ge'er tidak bisa tidak mengakuinya. Dia terpesona oleh segala sesuatu tentang pria itu.     

Dia menyukai Bo Yan, pamannya. Mungkin setelah ciuman itu, semuanya akan berubah menjadi tidak sama lagi.     

"Katakan padaku, apa kamu blak-blakan seperti ini terhadap semua pria?" Meninggalkan bibir An Ge'er, suara dingin Bo Yan menjadi parau dan memikat, pandangannya yang gelap gulita sangat menyihir.     

Napas An Ge'er sedikit terengah. Setelah ciuman itu, dia tiba-tiba menyadari bahwa dirinya tidak berani menatap mata Bo Yan.     

Di lubuk hatinya, An Ge'er masih belum bisa melepaskan panggilan Paman terhadap pria itu. Baginya, Bo Yan adalah pamannya.     

Pandangan An Ge'er melayang dengan gelisah, ada rona merah yang samar menyebar dari telinganya. Namun, gadis itu memang sangat keras kepala. "Toh… itu juga tidak berarti kamu peduli."      

"Oh?"     

Tiba-tiba, Bo Yan menjepit rahang An Ge'er. Bibirnya yang tipis tersenyum dingin berkata, "Benarkah? Kalau begitu hari ini aku akan membuatmu tahu, apakah sebenarnya aku peduli atau tidak!"     

Kemudian, Bo Yan tiba-tiba menggendong An Ge'er lalu berjalan ke tempat tidur besar di belakangnya.     

An Ge'er pun langsung panik, matanya melebar, ekspresi wajahnya seketika berubah. "Tidak, jangan, Paman! Lepaskan aku!"     

Bo Yan langsung menekan kedua lengan An Ge'er, matanya dalam. "Sekarang, kamu masih mau memanggilku Paman?!"     

Tubuh An Ge'er yang ramping jatuh ke tempat tidur besar di belakangnya, Bo Yan langsung mendekat dan mengangkat tangan gadis itu ke atas kepalanya. Nyala api yang gelisah tampak di matanya yang dingin.     

"Jangan, Paman! Aku takut!"     

Wajah An Ge'er agak pucat karena ketakutan. Postur seperti itu ternyata membuatnya teringat kembali dengan malam itu.     

Malam saat dia dipaksa.     

Bo Yan menatap An Ge'er dalam-dalam dan muncul perasaan sedikit tidak tega. Dia pun hanya bisa menekan dan menahan. Namun tiba-tiba, dia melihat bekas gigitan di leher gadis itu.     

Pupil mata Bo Yan seketika menyusut. Pria itu pun langsung memalingkan kepala ke wajah An Ge'er.     

"Gigitan siapa ini!?" Suara Bo Yan tidak pernah sedingin itu.     

Bekas gigitan berwarna merah di leher An Ge'er itu benar-benar tampak mengejutkan.     

Melihat ekspresi Bo Yan, An Ge'er tiba-tiba merasa suhu di sekitarnya turun ke titik beku. Dia tidak bisa mengabaikan kabut dan kemarahan di mata pamannya itu.     

Hati An Ge'er bergetar. Dia langsung merasa malu dan tidak berani menatap langsung ke mata Bo Yan.     

'Ini gigitan Rong Bai, tetapi malah ditemukan oleh Paman.'     

Melihat An Ge'er yang tidak menjawab dan bahkan menghindari tatapannya, Bo Yan tiba-tiba marah. Sekali lagi, dia menjepit rahang An Ge'er dan memaksa gadis itu untuk menatap matanya.     

"Apakah orang itu?!"     

Wajah An Ge'er langsung memucat.     

Mana mungkin An Ge'er tidak tahu siapa yang dimaksud Bo Yan? Karena tidak tahu bagaimana mengatakannya, dia pun hanya bisa diam saja.     

Bo Yan tiba-tiba bangkit dan mengumpat rendah. Kebencian dan aura ingin membunuh yang kental pun melintas di matanya.     

Setelah itu, Bo Yan langsung keluar dan membanting pintu. Suara pintu itu membuat bulu mata An Ge'er bergetar, sudut matanya tampak lembap.     

'Bagaimana ini?'     

'Apakah Paman akan mencari Rong Bei?'     

Setelah beberapa saat, akhirnya An Ge'er tidak tahan lagi. Gadis itu tahu pakaiannya longgar dan berantakan, tapi dia tidak peduli dan langsung turun dengan bertelanjang kaki.     

Namun detik berikutnya, An Ge'er melihat sosok gelap yang tinggi dan besar itu menyerangnya lagi.     

An Ge'er belum menyadari apa yang akan dilakukan Bo Yan, tetapi rasa sakit di leher membuatnya mengerang. Dia membuka matanya dan melihat pamannya itu sedang memegang handuk basah yang panas dan menggosok lehernya dengan sedikit kuat.     

An Ge'er ingin menghindar, tetapi Bo Yan membelenggunya erat.     

Tiba-tiba, An Ge'er merasa hatinya agak sakit. Namun, dia hanya menggigit bibirnya dan tidak menahan diri agar tidak menjerit kesakitan.     

"Apa kamu tidak bisa bilang kalau sakit?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.