Menjalin Cinta Dengan Paman

Mengambil Inisiatif untuk Mencium Paman



Mengambil Inisiatif untuk Mencium Paman

0"Jangan katakan kalau kamu sengaja foto seperti itu dengan pria lain untuk membuatku cemburu?"     

Sudut bibir Bo Yan masih tersenyum, tetapi membawa sedikit rasa dingin yang ironis.     

Hati An Ge'er bergetar.     

"Tidak, bukan!"     

'Aku bahkan tidak mengira kalau Paman benar-benar akan…'     

Bagaimana mungkin An Ge'e mengira kalau Bo Yan akan cemburu?     

An Ge'er tidak berani menatap Bo Yan. Pamannya yang seperti itu membuatnya merasa asing dan dia sedikit tidak berani menghadapinya.     

Namun, jantung An Ge'er berdebar sangat cepat tanpa bisa diredam. Gadis itu ingin melarikan diri, tetapi lengannya terkunci rapat di dada Bo Yan.     

'Apa yang ingin dilakukan Paman sekarang?'     

'Omong kosong! Tentu saja saja dengan mencium paksa! Itu menunjukkan kepemilikan! Tentu saja dia ingin memilikimu dari atas sampai bawah. Kamu jangan meremehkan kecemburuan laki-laki! Kukatakan kepadamu…'     

Kata-kata terakhir Xia Qiqi sebelum telepon terputus bergema di benak An Ge'er. Hatinya pun seketika menjadi kacau.     

An Ge'er menyesal.     

Menyesal menelepon Xia Qiqi. Kalau tidak menelepon, dia tidak akan begitu tegang menghadapi hal yang tidak diketahuinya itu. Setelah mendengar perkataan Xia Qiqi, seandainya situasi itu berkembang sama seperti apa yang dikatakannya, maka proses menunggu semacam itu benar-benar akan membunuh An Ge'er.     

Napas An Ge'er nyaris berhenti.     

'Apakah Paman benar-benar akan melakukan hal-hal seperti yang dikatakan Xia Qiqi itu?'     

Mata Bo Yan tampak dalam, kekuatan pada ujung jarinya tanpa sadar meningkat. An Ge'er kesakitan dan bergegas berkata, "Paman, jangan, sakit."     

"Kamu masih apa itu sakit? Berulang kali bermain-main dengan pria lain, seharusnya kamu tahu konsekuensi apa yang harus kamu tanggung!"     

Wajah An Ge'er memucat. Dia berusaha menahan teguran Bo Yan, lalu mengepalkan tinjunya dan memberanikan diri untuk bertanya, "Konsekuensi apa yang harus kutanggung?!"     

'Kalau mampu, cium saja dengan paksa! Paksa!'     

"Kamu…!"     

Seolah ada api menyala-nyala di mata Bo Yan yang dingin. Seakan-akan, hanya dengan embusan angin kencang saja bisa menimbulkan kebakaran.     

An Ge'er melihat tekanan di mata Bo Yan.     

Alis pria itu berkerut, bibir tipisnya mengatup rapat, ada kemarahan terpancar di wajahnya yang tak dapat disembunyikan.     

Namun, Bo Yan berusaha sekuat tenaga mengendalikan dan meredam emosi di matanya. Seakan-akan, dia takut setelah melakukan sesuatu kepada An Ge'er, gadis itu akan melarikan diri.     

Di sisi lain, An Ge'er justru melakukan sesuatu yang sangat impulsif!     

Gadis itu berjinjit, bibir merahnya yang mungil tiba-tiba mendekat kepada Bo Yan. Detik berikutnya, rasa yang lembut dan sedikit dingin itu datang.     

An Ge'er memejamkan matanya dan mengecup bibir tipis pamannya itu.     

Setelah menjauh, dengan pipi memerah dan wajah tegang An Ge'er berkata, "Paman, jangan diam saja. Bukankah ini yang selalu kamu inginkan?"     

An Ge'er tidak pernah salah mengira, pria itu memang menyukainya.     

Sejak awal, sejak bertemu, mungkin bahkan lebih awal dari bayangannya.     

Sudut bibir An Ge'er tersenyum tipis, dia ingin mundur. Namun detik berikutnya, sebuah kekuatan yang besar menekannya ke belakang pintu, lalu ciuman yang luar biasa datang dengan paksa.     

Bo Yan mengunci pinggang An Ge'er, meraih bibirnya, lalu menciumnya dalam-dalam.     

Pria itu menggigit bibirnya yang merah dan lembut, An Ge'er berseru kesakitan. Namun, Bo Yan semakin memaksa masuk ke setiap incinya.     

An Ge'er hanya bisa menerima ciuman Bo Yan dengan terpaksa. Seluruh tubuhnya gemetar.     

Bo Yan menggila dan itu membuat An Ge'er ketakutan.     

Gerakan itu, seakan-akan Bo Yan ingin merobek perut An Ge'er. Pada saat yang sama, itu juga menunjukkan betapa lamanya dia telah menahan dan menekan perasaannya.     

Menanggung jeratan lidah dan bibirnya, gigi dan lidahnya semanis salju. Itu adalah semacam rasa yang menyegarkan, tetapi tidak membuat orang kedinginan, seakan mimpi terindah yang pernah dialami oleh semua gadis muda di malam hari ketika bulan menggantung tinggi.     

Napas pria di depannya jernih dan memikat. Didekap erat dalam pelukan Bo Yan, hati An Ge'er tiba-tiba luluh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.