Menjalin Cinta Dengan Paman

Paman, Aku Tidak Mau



Paman, Aku Tidak Mau

0Bo Yan tidak menyangka hal seperti itu bisa terjadi. Dia telah mengawasi An Ge'er dengan begitu ketat,tetapi gadis itu bahkan masih bisa mempunyai hubungan yang tidak biasa dengan pria lain. Membuat orang lain mengisi celah itu!     

Mendengar pertanyaan Bo Yan, wajah An Ge'er yang masih memerah terlihat sedikit bingung. Gadis itu menyusutkan tubuhnya sebisa mungkin dan berkata dengan setengah dibuat-buat, "Aku tidak sengaja menumpahkan anggur di badannya… Aku tidak menyangka dia akan membalasku seperti itu. Paman, aku tidak mau, tidak mau."     

"Lalu, mengapa kamu minum anggur dengannya?!" Bo Yan bertanya lagi, keinginan untuk membunuh yang muncul di matanya seperti sudah meluap.     

'Pria itu benar-benar cari mati!'     

'Dia berani menyentuh wanitaku?!'     

An Ge'er menggeleng dan bergegas menjelaskan, begitu panik sampai kata-katanya sedikit tidak jelas, "Tidak, aku tidak mau melakukannya, makanya aku menumpahkan anggur ke bajunya, aku tidak minum!"     

"Tapi sepatumu, kenapa bisa ada di tangannya?!"     

Bo Yan tersenyum sinis, kecemburuan yang gila melintas di matanya, dia menggertakkan gigi.     

"Apa yang telah dilakukannya kepadamu?! Apa kamu membiarkannya menyentuhmu?!"     

Saat mengatakan itu, tangan Bo Yan yang besar membawa kecemburuan dan kemarahan tak terkendali. Pria itu mengunci tangan An Ge'er seakan dia ingin menghukumnya dengan keras.     

Pada saat yang bersamaan, Bo Yan sebenarnya juga kesal pada dirinya sendiri. Dia menyesal karena tidak menjaga An Ge'er dan hampir memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menindasnya.     

An Ge'er nyaris roboh, seluruh tubuhnya bagaikan dicuci.     

Beberapa saat kemudian, akhirnya An Ge'er tidak bisa menahan tangisnya. Sambil terisak dia menjelaskan, "Tidak terjadi apa pun di antara kami. Aku kabur, dia belum menyentuhku…"     

Setelah mendengar semua penjelasan itu, kebengisan di seluruh tubuh Bo Yan perlahan-lahan memudar. Namun, pada saat yang sama, dia juga semakin marah kepada dirinya sendiri.     

'Mengapa orang itu bisa lebih cepat?!'     

Tangan Bo Yan yang menekan kedua tangan An Ge'er tidak melonggar, matanya seakan berubah menjadi semakin membara.     

An Ge'er bergulung seperti rumput laut yang tersebar di tempat tidur putih, indah bagaikan lukisan tinta.     

Napas gadis itu kacau, mata bunga persiknya yang berlekuk-lekuk memancarkan warna yang memabukkan, bibir mungilnya yang merah bengkak, dadanya bergerak naik turun karena napas yang tergesa-gesa.     

Tulang selangka An Ge'er halus dan menawan, kemeja luarnya yang setengah berantakan dan setengah merosot menampakkan bahu putih yang lembut tetapi ramping.     

Kemeja luar An Ge'er telah dirobek oleh Bo Yan, kaus kecil yang melekat di tubuhnya juga berantakan dan memperlihatkan pinggang mungil yang putih dan halus.     

Ramping, halus, lembut, dan rata. Di atasnya, pergerakan naik turun tampak jelas di balik kaus yang tipis. Setengah tertutup, murni, menawan tanpa batas.     

Mendengar suara isakan An Ge'er yang sebelumnya, Bo Yan sebenarnya bermaksud untuk melepaskan gadis itu. Namun, seluruh tubuhnya seperti kerasukan, matanya yang biasanya dingin dan acuh tak acuh penuh dengan antusiasme dan obsesi.     

An Ge'er terlalu cantik. Tidak ada satu tempat pun dari gadis itu yang tidak membuat Bo Yan terpikat dan tenggelam.     

Tubuh seorang gadis memang unik, segar, dan lembut, seakan bisa dicolek keluar dari air.     

Tatapan Bo Yan yang membara itu membuat An Ge'er tidak tahu apakah pria itu sedang malu atau marah. Dengan gelisah, dia menggerakkan tubuhnya. Namun kemudian, terdengar suara parau Bo Yan, "Jangan bergerak!"     

Pada saat yang sama, An Ge'er juga seketika menjadi malu merasakan tubuh pamannya yang kaku.     

Bagaimanapun, An Ge'er masih merasa Bo Yan adalah pamannya. Meskipun mereka tidak punya hubungan darah, tetapi dia diasuh olehnya.     

Bo Yan mengubur dirinya ke dalam rambut panjang An Ge'er di lehernya. Mencium aroma tubuh gadis itu, dia berusaha mengendalikan diri, berusaha untuk menstabilkan.     

Namun akhirnya, Bo Yan hanya bisa mengumpat rendah, "Sialan!"     

Sesaat kemudian, Bo Yan melepas dasinya, berguling turun, lalu pergi dari sana dengan cepat.     

Dia meninggalkan An Ge'er seorang diri yang masih terengah-engah. Gadis itu memikirkan semua yang baru saja terjadi dan hanya merasa berdebar-debar.     

An Ge'er memejamkan matanya, menarik selimut, dan menutupi dirinya.     

Di dalam benak An Ge'er, gigitan Bo Yan yang gila, sentuhannya yang membara, bahkan ekspresi wajahnya yang berusaha keras mengendalikan diri kembali muncul...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.