Menjalin Cinta Dengan Paman

Nyawa An Ge’er Bergantung pada Seutas Benang!



Nyawa An Ge’er Bergantung pada Seutas Benang!

0"Bos, ayo… kita pergi."     

"Pergi? Pergi ke mana? Aku masih belum, menjemputnya…"     

Nada bicara Bo Yan sangat lambat, juga rendah. Namun, apabila didengarkan dengan seksama, tidak sulit untuk menyadari bahwa suaranya agak parau dan gemetar. Kedua tangannya yang ramping bagaikan giok itu juga sudah terkepal erat.     

Urat berwarna biru di punggung tangan Bo Yan samar-samar berkedut.     

"..." Ai Rui tidak bisa mengatakan apa pun.     

Melihat warna merah yang berangsur-angsur menyelubungi mata Bo Yan, Ai Rui pun memejamkan matanya dengan lemah.     

Setelah beberapa detik, akhirnya Ai Rui berbalik dan menelepon seseorang. Dia menginstruksikan orang yang ada di sekitar agar segera datang dan memeriksa keberadaan terakhir pesawat itu.     

'Kalau beruntung, mungkin kami masih bisa menemukan… jenazah Nona Kecil…'     

Bo Yan berdiri di sana selama setengah jam penuh. Kemudian, Ai Rui akhirnya tidak tahan dan maju lalu berkata dengan suara rendah, "Bos, orang mati tidak bisa hidup kembali. Saat ini, kita masih harus bergegas…"     

"Kamu bilang siapa yang mati?!"     

Kata-kata Ai Rui sepertinya memprovokasi Bo Yan. Sebelum kata-katanya selesai, bosnya itu sudah meraung dan menyelanya.     

Bo Yan terengah-engah, tetapi ada keheningan mengerikan yang terpancar dari matanya yang sipit.     

"Bos…"     

Bibir Ai Rui sedikit bergerak, dia masih ingin mengatakan sesuatu, tapi sebuah sosok hitam menerjangnya tanpa aba-aba. Dia pun langsung terdorong dan terbanting ke pilar di bandara.     

Orang-orang yang ada di sekitar pun seketika menjerit dan menatap mereka dengan kaget.     

Ai Rui mendengus sambil memegangi dadanya yang kesakitan. Melihat sosok Bo Yan pergi dan bahkan tidak menolehkan kepalanya, dia pun menggertakkan gigi dan bergegas mengejar.     

'Saat ini, yang paling penting adalah menemukan jenazah Nona Kecil…'     

***     

Satu jam sebelumnya…     

Di dalam pesawat yang jatuh.     

Pesawat itu jatuh dengan cepat, ledakannya terjadi lebih awal dari yang dibayangkan An Ge'er. Tetapi untungnya, kekuatan ledakan itu berkurang dan tidak menimbulkan terlalu banyak korban.     

Bahkan saat pesawat sedang jatuh dengan cepat seperti itu, An Ge'er tidak menyerah. Keringat tipis terus merembes di dahinya.     

An Ge'er seolah sudah lupa dengan hidup dan mati. Gadis itu hanya berpikir untuk mendaratkan orang-orang dalam pesawat dengan selamat.      

Namun saat jarak dari titik pendaratan susah tidak jauh, ada kebocoran besar di tangki bahan bakar. Untungnya, untuk mendarat tidak diperlukan bahan bakar yang terlalu banyak.     

An Ge'er berpikir, seandainya semuanya masih belum terlambat, dia berniat untuk mencoba menerbangkan pesawat lagi di ketinggian yang sesuai.     

Semua orang di kabin berteriak dengan panik, ketakutan, dan berpelukan erat. Suasana sudah sangat kacau.     

Ketika mereka mengira bahwa pesawat itu akan jatuh di atas daratan pulau, pada jarak kurang dari 50 meter dari tanah, mereka melihat pesawat itu terbang lagi dengan lengkungan yang aneh.     

Namun, bagian belakang badan pesawat tidak seberuntung itu. Saat menyentuh tanah, gesekan terus terjadi dan menimbulkan percikan api. Badan pesawat berguncang keras, pesawat sudah melakukan pendaratan paksa. Maka dari itu, dalam keadaan yang sudah rusak parah pesawat langsung meluncur ke depan.     

Melihat pesawat tidak bisa berhenti dan ujung pulau sudah terlihat di depan mereka, An Ge'er pun merasa sangat cemas hingga telapak tangannya berkeringat.     

'Gawat!'     

An Ge'er pun menyesal mengapa dulu saat bermain game pesawat, dia tidak pernah berpikir untuk memainkannya sampai akhir. Setidaknya, dengan begitu dia akan memiliki gambaran bagaimana pesawat itu akan berhenti..     

Entah ada berapa banyak tombol yang sudah tidak berfungsi di ruang kontrol utama itu. Namun, An Ge'er menekan dengan sembarangan.     

Pesawat sudah meluncur keluar dari landasan pacu dan di pulau itu ada banyak bongkahan batu besar, juga ada lubang yang bertonjolan. Benda itu pun berguncang keras sampai membuat hati dan empedu An Ge'er seolah akan melompat keluar.     

Namun, pesawat terus meluncur ke depan sambil berguncang sejauh ratusan meter tanpa bisa dihentikan.     

An Ge'er pun sudah tidak bisa menyatakan penyesalan. Ketika gadis itu menengadah dan melihat ke depan, tidak jauh lagi pulau sudah hampir sampai pada ujungnya.     

'Kalau tidak bisa berhenti juga, pesawat akan jatuh ke bawah…!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.