Menjalin Cinta Dengan Paman

Kedatangan Bo Yan!



Kedatangan Bo Yan!

0Sementara itu, An Ge'er sedang tergesa-gesa menelepon Bo Yan. Setelah mencoba menghubungi pamannya itu beberapa kali, telepon tetap tidak tersambung.     

An Ge'er merasa sangat cemas. Dia ingat nomor telepon Bo Yan, tetapi pria itu tidak juga mengangkatnya.     

Bahkan, An Ge'er berdiri di semak padat setinggi pinggang di pulau itu. Semua karena dia ingin menjauh dari orang-orang lain. Dia harus melakukannya karena mau tidak mau, harus dikatakan bahwa gadis itu sedikit tegang dan malu.     

Jika teleponnya ke Bo Yan itu terhubung, An Ge'er sudah memikirkannya dengan jelas dan sudah memutuskan bahwa dia akan memberi tahu pria itu sesuatu yang penting.     

An Ge'er ingin memberi tahu Bo Yan kalau dia tidak ingin lagi menjadi… keponakannya. Tapu, dia ingin menjadi wanitanya.     

Setelah mengalami peristiwa antara hidup dan mati di pesawat itu, An Ge'er seperti telah mengerti banyak hal.     

Manusia terlalu kecil, hidup terlalu rapuh di hadapan banyak hal. Kehidupan ini sangat rentan. Terutama ketika berpikir bahwa dirinya akan mati, saat itu barulah An Ge'er tahu betapa menyesalnya dia.     

An Ge'er menyukai Bo Yan. Namun karena pandangan dunia dan rasa malu di hatinya, dia tidak pernah berani mengakuinya hal itu.     

Hidup ini singkat. Seseorang memang harus bersenang-senang dan menikmatinya selagi bisa.     

An Ge'er mencintai Bo Yan. Maka, dia harus berani untuk mencintai sepenuhnya tanpa terlalu banyak pertimbangan.     

Bagaimanapun, hidup ini terbatas. Lalu, mengapa tidak membiarkan hidup yang terbatas ini diisi dengan hal-hal yang indah dan layak dikenang?     

An Ge'er masih terus berusahaa menghubungi telepon Bo Yan. Dia tidak tahu bahwa saat ini ada sebuah helikopter di ketinggian yang sedang terbang ke sana.     

***     

Di helikopter.     

Ai Rui mendengar telepon yang berulang kali berdering. Pria itu pun melirik Bo Yan yang berwajah dingin, pucat, dan membeku bagaikan patung ukiran. Dia diam-diam merasa sakit dan menghela napas dalam hati.     

Telepon itu sudah berdering berkali-kali. Namun, bos mereka seakan tidak mendengarnya. Bo Yan sepenuhnya berada di dunia miliknya sendiri.     

Ketenangan yang menakutkan itu menyebarkan hawa sedingin es, memancar di seluruh tubuhnya. Itu membuat orang lain tidak berani mendekati Bo Yan selangkah pun.     

Setelah keluar dari bandara, orang yang dipanggil Ai Rui datang dengan membawa helikopter. Menurut lokasi yang ditampilkan di berita, mereka segera menentukan perkiraan lokasi dan bergegas ke sana. 'Sekarang, bagaimana situasinya?'     

'Mati pun, kami harus melihat jenazahnya.'     

'Kalau hidup… Sudahlah, aku tidak berani terlalu berharap...'     

'Pesawat itu meledak, bisa menyisakan mayat yang utuh saja sudah cukup beruntung…'     

Hati Ai Rui suram dan kelam, dia sangat sedih. Sepanjang perjalanan, pria itu menggertakkan giginya dan menahan rasa sakit.     

Bagaimanapun, Ai Rui tidak bisa membayangkan semua itu. Sebelumnya, dia masih melihat Nona Kecil tersenyum kecil kepadanya.     

'Tetapi hari ini, dia sudah menjadi abu…'     

Selain itu, Ai Rui juga sedih melihat keadaan Bo Yan. Bos mereka itu telah menunggu dengan bodoh selama lebih dari sepuluh tahun…     

Saat Ai Rui mengendarai helikopter dan akan terbang di atas sebuah pulau terpencil, dari kejauhan dia melihat badan pesawat besar yang hanya tersisa setengah. Benda itu terjepit di tepian pulau dan seketika membuatnya sangat terkejut.     

"Bo… bos…"     

Ai Rui bergegas melihat ke arah Bo Yan. Namun, bos mereka itu seakan telah menyadari ada sesuatu. Dia terus menatap pesawat itu melalui kaca, jari tangannya yang meluncur melintasi kaca agak gemetar.     

"Turun, turun di sini!"     

Bo Yan berbicara, wajahnya yang menawan dan jernih itu menjadi semakin pucat. Pada saat yang bersamaan, dia terus menatap lekat pesawat itu, matanya memerah bagaikan ternoda oleh kabut air yang sangat menyakitkan.     

Lalu tiba-tiba, Ai Rui sadar bahwa yang datang ke sana bukan hanya helikopter mereka saja. Ada juga beberapa helikopter lain yang datang. Bahkan ada sebuah pesawat pribadi! Namun, dia tidak terlalu banyak berpikir tentang hal itu dan hanya menganggapnya sebagai tim penyelamat.     

Faktanya juga kurang lebih seperti itu. Namun bedanya, mereka adalah bantuan yang dikirim oleh kelompok senjata Su Chen.     

Bagaimanapun, pulau itu adalah wilayah mereka. Meskipun terlihat biasa saja, tetapi sebenarnya tidak ada orang luar yang boleh ke sana. Tidak membunuh orang-orang itu sudah termasuk hal terbaik yang dilakukan oleh mereka. Apalagi, mereka bahkan mengirim sendiri orang-orang itu ke Los Angeles.     

Setelah turun dari helikopter, Ai Rui tercengang dan segera berseru. "Bos, cepat lihat! Itu seharusnya penumpang pesawat, mereka tidak mati!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.