Menjalin Cinta Dengan Paman

Bersedih untuk Paman!



Bersedih untuk Paman!

0An Ge'er masih menempelkan ponsel berwarna hitam di telinganya. Namun kemudian, dia perlahan-lahan menurunkannya…     

Rambut panjang An Ge'er yang agak ikal bagaikan rumput laut berkibar tertiup angin, melayang-layang. Beberapa helainya menyapu di depan mata, semakin membuat wajah cantiknya tampak lebih berantakan.     

Di bawah kemeja luar sepanjang lutut, dua kaki putih dan ramping sedang melangkah perlahan. Selangkah demi selangkah mendekati Bo Yan.     

Bo Yan melihat wajah yang murni dan menawan itu. Mata yang berkilau seperti bunga persik, hidung kecil yang mancung, bibir mungil yang berwarna merah cerah, semuanya begitu akrab.     

Kalau bukan karena wajah putihnya yang sedikit ternoda abu-abu serta bekas usapan darah di sudut matanya, Bo Yan mungkin akan mengira bahwa kemunculan gadis itu hanyalah mimpi. Imajinasinya.     

Pada saat An Ge'er melihat Bo Yan, matanya langsung panas, hidungnya pun mulai sakit. Dia bukan merasa sedih untuk dirinya sendiri, juga bukan merasa takut dengan apa yang terjadi sebelumnya. Namun, dia merasa terluka karena dia belum pernah melihat Bo Yan seperti itu...     

An Ge'er tidak tahu seberapa khawatir pamannya itu terhadap dirinya sehingga membuatnya terlihat seperti itu…     

Saat ini, An Ge'er sedang melihat Bo Yan. Wajah pria yang menawan itu tampak pucat, terlihat tidak wajar dan hampir transparan. Matanya yang memang selalu dingin semakin tertutupi oleh selapis kabut yang tidak tertembus. Bibirnya yang dingin dan tipis itu, sisa-sisa fajar yang jatuh di atas bibirnya itu, memancarkan selapis cahaya berwarna darah…     

"… Paman."     

Hati An Ge'er tiba-tiba terasa sedikit sakit. Dia memanggil Bo Yan dengan suara pelan. Namun detik berikutnya, dia berlari ke sana dengan cepat, lalu menghambur ke pelukan pamannya itu, menabrak dadanya.      

Bo Yan mundur dua langkah karena tabrakan An Ge'er. Merasakan suhu di depan tubuhnya dan orang yang memeluknya erat-erat itu, dia tiba-tiba memejamkan mata, tangannya perlahan terangkat dan memeluk gadis itu semakin erat…     

An Ge'er menahan air mata kerinduan dan rasa sakit di hatinya.     

Pada saat yang bersamaan, An Ge'er tiba-tiba teringat dengan sebuah kalimat. Entah dari mana dia mengetahui kalimat ini…     

'Hal paling membahagiakan di dunia adalah ketika kamu memeluk seseorang dan dia memelukmu lebih erat.'     

An Ge'er merasa seperti memeluk kehidupannya sendiri, memeluk cinta sejati.     

Saat memeluk Bo Yan dengan erat, hati An Ge'er masih tidak dapat menahan rasa sakit. Jelas-jelas itu musim panas, tetapi tubuh pamannya itu sedingin es. Hanya saja, jantung di balik dadanya itu masih berdebar keras.     

An Ge'er perlahan mendongak dan menatapnya. Bo Yan meletakkan tangannya di rambut An Ge'er, membelainya lembut. Kelihatannya dia sedang menghibur gadis di pelukannya itu, tetapi An Ge'er bisa merasakan bahwa ujung jari Bo Yan yang sedang membelai rambutnya itu sedikit gemetar.     

Akhirnya, setelah beberapa saat An Ge'er tidak dapat menahan isakannya, matanya merah. Kemudian di bawah tatapan obsesif dan bersyukur pamannya, gadis itu sedikit berjinjit, kedua tangannya melingkari leher Bo Yan. Lalu, ia menempelkan bibir merah cerahnya di bibir dingin pria itu...     

Ciuman An Ge'er kaku dan masih belum matang. Namun, dia mencium Bo Yan dengan lembut dan halus. Bulu matanya bergetar ringan, dia sedikit memejamkan matanya, dan dua butir air mata perlahan mengalir.     

An Ge'er benar-benar tidak ingin menangis karena dia tahu Bo Yan sudah cukup khawatir, cukup merasa ketakutan. Namun saat ini, dia tetap tidak dapat menahan air matanya. Dia benar-benar begitu tidak berdaya.     

Air mata mengalir di pipi An Ge'er. Ketika melewati bibirnya, dia merasakan rasa asin itu. Seketika hatinya semakin sakit, dia mencium bibir tipis Bo Yan dengan kikuk. Namun saat air mata yang asin itu masuk ke sela bibir dan giginya, tangan pria yang membelai lembut rambutnya itu tiba-tiba mengencang.     

Bo Yan memegang erat belakang kepala An Ge'er, membungkuk dan menjauh dari bibirnya. Lalu, dia mengusap telinganya dan berkata…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.