Menjalin Cinta Dengan Paman

Fu Jiu, Kemari!



Fu Jiu, Kemari!

0'Setelah Kakak Rong mengetahui bahwa kekasih kecilnya sudah 'mati', dia nyaris gila. Dia meledak bagai binatang buas yang murka.'     

'Tapi setelah mengetahui bahwa ada kemungkinan An Ge'er selamat, dia cepat-cepat datang ke sini.'     

'Seandainya dia tidak sengaja melihat pemandangan ini... Apakah dia akan merasa cemburu hingga ingin membunuh, atau akan langsung mulai membunuh?!'     

Berbagai macam pikiran tentang kengerian yang mungkin saja dilakukan Rong Bei saat melihat adegan ciuman itu muncul di benak Fu Jiu.     

Namun, ada satu hal yang mau tidak mau harus diakui Fu Jiu. Saat ini, An Ge'er dan Bo Yan berada di bawah matahari terbit dan sinar keemasan perlahan menyelubungi mereka. Kedua orang itu berpelukan erat dan berciuman. Pemandangan itu benar-benar sangat estetik, menarik, indah, bahkan menyentuh lubuk hatinya yang terdalam.     

Fu Jiu pun langsung menggelengkan kepalanya, sedikit merasa menyesal dan kasihan dengan Rong Bei.     

'Pantas saja si selebriti kecil ini tidak menyukai Kakak Rong... Wajah pria itu sangat menawan dan rupawan. Dalam sikapnya yang dingin, ada pesona yang terpancar dan menyihir hati orang lain...'     

Bahkan, Fu Jiu yang sebenarnya sudah memiliki seseorang yang disukainya pun masih merasakan gejolak yang tak bisa ditahan dalam hati saat melihat Bo Yan.     

Bo Yan tampak dingin, tetapi bisa dilihat kalau cintanya terhadap An Ge'er sangat dalam. Keputusasaan yang terpancar dari ekspresinya beberapa waktu yang lalu benar-benar membuat orang yang melihatnya langsung merasa kesakitan dan ingin menangis.     

Pria yang penuh cinta seperti itu, bahkan Fu Jiu pun merasa tersentuh. Apalagi An Ge'er, gadis muda berumur 18 tahun yang baru dewasa itu?     

Sementara itu, Su Chen tentu saja juga melihat An Ge'er dan Bo Yan berciuman.     

Bahkan, lebih tepatnya lagi, pandangan Su Chen tidak pernah meninggalkan pria itu sejak kemunculannya. Awalnya dia waspada, tapi saat melihat adegan mesra mereka berdua, lubuk hatinya sejenak tersentuh.     

'Ternyata dia mempunyai kekasih.'     

Su Chen tidak bisa mengatakan bahwa hatinya sedikit kesepian, tetapi ada kerumitan yang tidak terduga. Entah apa, tetapi perasaan itu sangat halus, sangat aneh.     

Su Chen juga tidak bisa menjelaskan mengapa bisa begini. Tetapi sepertinya dia bisa merasakan getaran dan kesedihan di hati An Ge'er secara virtual.     

"Ayo kita pergi. Sepertinya mereka juga akan segera pergi," Su Chen mengatakan itu sambil berpaling dan tidak lagi melihat pemandangan yang obsesif itu.     

'Tapi ponselku…'     

Memikirkan film yang akan mereka kerjakan bersama, Su Chen sedikit mengangkat alisnya. Namun, dia merasa tidak perlu terburu-buru karena mereka masih mempunyai kesempatan untuk berjumpa.     

Baru saja berbalik, di luar dugaan Su Chen mendengar suara Fu Jiu yang agak gemetar, "Gawat, gawat, sudah terlambat!"     

Sebuah helikopter datang mendekat. Tanpa menunggu mendarat dengan aman, terlihat sebuah sosok yang langsung membuka pintu helikopter itu, lalu melompat turun dari atas dengan tangkas.     

Pria yang datang kali ini mempunyai mata Phoenix sipit yang dipenuhi kabut. Ada ketegangan yang disembunyikannya dengan sangat baik di sana. Namun, seluruh tubuhnya memancarkan rasa takut. Pada wajahnya yang bengis tapi memikat itu tidak ada lagi keliaran yang biasanya ditampilkan, saat ini hanya tampak sedingin es.     

Begitu melihat pria itu, seketika kaki Fu Jiu terasa lemas karena ketakutan. Saat dia baru saja ingin bersembunyi di belakang Su Chen, terdengar suara raungan marah Rong Bei, "Fu Jiu, kemari!"     

Begitu suara itu terdengar, bukan hanya Fu Jiu yang gemetar, bahkan An Ge'er yang sedang berciuman di kejauhan pun tiba-tiba membelalakkan matanya.     

Melihat pria itu datang, hati An Ge'er seketika menegang. Dia seperti sedang melihat hantu!     

An Ge'er pun bergegas memejamkan matanya dan mendorong Bo Yan dua langkah. Dia berpura-pura terpeleset sampai menginjak kaki pamannya itu, lalu mengerang pelan dan jatuh ke semak-semak lebat sambil menarik Bo Yan bersamanya.     

Semak belukar yang tinggi itu seketika menyembunyikan mereka berdua.     

Detik berikutnya, mata Phoenix sipit Rong Bei menyapu ke sana, ke semak belukar yang kosong itu.     

Kaki Fu Jiu gemetar, dengan ragu dia menjulurkan kepalanya dan memaksakan diri untuk tersenyum, "Eh, Kak Rong Bei sudah datang. Ada apa ini? Mengapa begitu marah? Ini tidak bagus, tidak bagus..."     

Mata Rong Bei yang berbahaya menatap Fu Jui, suaranya tidak sabar, "Mana dia?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.