Menjalin Cinta Dengan Paman

Berlama-lama!



Berlama-lama!

0Saat melihat adegan itu, darah Fu Jiu melonjak dan meluap tanpa bisa dijelaskan. Wajahnya cantik dan memikat, pipinya merona merah tanpa terduga. Selain itu, sorot matanya terus melirik Rong Bei dari waktu ke waktu melirik.     

Fu Jiu khawatir Rong Bei akan melihat ke bawah dan An Ge'er serta Bo Yan akan ketahuan. Namun tidak disangka, pria itu malah meliriknya dengan acuh tak acuh. Sesaat kemudian, beberapa kata terlontar dari bibirnya yang setipis sayap jangkrik, "Jangan memfantasikan aku."     

Mendengar itu, ekspresi Fu Jiu seketika membeku, "..."     

Bahkan, rona merah bagaikan bunga persik yang sedetik lalu muncul di pipinya saat ini lenyap seketika, tanpa tersisa. Tangannya mencengkeram erat kemudi helikopter, dengan sekuat tenaga berusaha menahan dorongan untuk meninju seseorang.     

Puluhan ribu umpatan pun melonjak dan terlontar di hati Fu Jiu…     

'An Ge'er... Demi kamu, aku akan menanggung ketidakadilan ini meski harus berdarah-darah.'     

Setelah melihat helikopter itu pergi, Su Chen pun mendongak dan memandang ke arah semak-semak yang 'gelisah' itu. Tidak terlihat emosi dan riak apa pun di matanya.     

Samar-samar, terdengar sedikit suara napas yang terengah-engah dan erangan dari semak-semak itu. Namun, ekspresi wajah Su Chen yang jernih dan indah itu tetap acuh tak acuh. Bahkan, tidak ada sedikit pun fluktuasi yang terlihat di matanya. Seakan-akan, dia tidak berperasaan.     

Beberapa saat kemudian, Su Chen langsung berbalik dan naik ke helikopter. Dia pun pergi dari sana.     

'Aku akan menunggu pertemuan berikutnya…'     

Setelah berbagai hal yang terjadi, segala sesuatu di dunia pun menjadi lebih tenang. Ai Rui yang awalnya berdiri tidak jauh dari semak-semak sudah berpindah tempat. Dia kini berada di dalam helikopter.     

Ai Rui sudah berpindah tempat dan bolak-balik beberapa kali, lalu akhirnya dengan tidak berdaya berlari ke helikopter dan duduk di sana.     

Dalam diam, Ai Rui pun memikirkan banyak hal. Dia terus merasa bahwa dirinya seharusnya bertukar tempat dengan Bo Yan dan An Ge'er. Mengapa dia harus menunggu dengan santai tetapi resah di helikopter sedangkan mereka berdua bermesraan dan berlama-lama di tengah semak belukar? Keduanya melakukan itu seakan kiamat akan datang.     

'Bagaimanapun juga, 'kan ada ruang yang tertutup!?'     

***     

Sekitar sepuluh menit sebelumnya.     

Setelah An Ge'er melihat kemunculan Rong Bei, dia langsung menerjang Bo Yan hingga jatuh. Keduanya berpelukan erat dan bergulingan di rerumputan. Detik berikutnya, situasi mulai menjadi tidak terkendali.     

Meskipun begitu, An Ge'er juga sudah tidak ingin terlalu memedulikan hal yang lain lagi. Saat ini, dia hanya ingin melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan jika dia harus menyingkirkan semua akal sehat...     

Jadi meskipun jatuh di semak-semak, bibir An Ge'er dan Bo Yan tidak berpisah. Sebaliknya, setelah terbaring di atas tanah rerumputan yang lembut, di bawah langit biru dan sinar matahari terbit, keduanya semakin lama semakin intens…     

Bagian luar tubuh An Ge'er dilapisi oleh mantel tipis berwarna putih yang sangat panjang, pas sampai betis. Dia berbaring, seakan terbungkus di dalamnya. Hanya saja, pakaian pria di depan tubuhnya sudah lama terbuka.     

Bo Yan menekan tubuh An Ge'er, satu tangan di bawah kepalanya dan tangan yang lain membelenggu erat tubuh lembut gadis itu.     

Bibir tipis Bo Yan yang menjadi semakin panas menggosok dan mencium setiap jengkal leher putih An Ge'er dan tulang kupu-kupunya yang halus serta memikat.     

Pipi An Ge'er sudah lama memerah, matanya kabur. Sebenarnya, dia telah menyerahkan seluruh tubuhnya kepada Bo Yan. Meskipun hanya sebuah ciuman ringan, sentuhan yang membara, bahkan tatapan yang menyihir…     

Di tengah tarikan napas An Ge'er yang terengah-engah, Bo Yan sudah mengubur kepalanya di tengah helaian rambut di leher gadis itu. Napas yang hangat dan kasar itu menimpanya.     

Merasa sedikit gatal, An Ge'er bergerak-gerak. Namun, Bo Yan tiba-tiba terdiam sesaat. Pria itu tidak bergerak, seakan sangat terobsesi dengan napas yang unik dan wangi itu.     

Namun, tepat ketika bibir An Ge'er bergerak-gerak ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia merasakan entah sejak kapan lehernya sedikit basah. Dia pun terkejut.     

'Pa.. Paman…'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.