Menjalin Cinta Dengan Paman

Kegilaan yang Fanatik, Cinta yang Fanatik



Kegilaan yang Fanatik, Cinta yang Fanatik

0Merasakan sesuatu yang basah di lehernya, bulu mata An Ge'er bergetar. Seketika, keterkejutan melintas di matanya. Dia tahu bahwa Bo Yan pasti sangat khawatir.     

An Ge'er memejamkan matanya, menekan rasa getir di harinya. Kemudian, dia agak mengangkat kepalanya dan mundur ke bawah sedikit. Lalu tiba-tiba, gadis itu mendekat ke leher Bo Yan, menjilat lembut rahang bawahnya yang seksi dan tajam. Gerakan itu membuat seluruh tubuh Bo Yan membeku.     

Suara An Ge'er yang serak dan sedikit menggoda itu terdengar terbata-bata, "Paman… biarkan aku... Benar-benar menjadi wanitamu..."     

Setelah kata-kata itu terucap, mata Bo Yan yang sipit dan jernih perlahan-lahan terbuka. Setelah ternoda oleh sedikit kabut, mata itu tampak semakin jernih dan memikat.     

Mata Bo Yan tampak jernih hitam pekat bagaikan tinta Cina, fitur wajahnya jelas bagaikan lukisan.     

Tersorot cahaya matahari terbit yang keemasan, sesaat wajah Bo Yan yang menawan terlihat begitu indah dan sungguh memesona. Itu adalah wajah yang membuat manusia dan dewa marah. Pada saat itu, seakan-akan semua kecemerlangan di antara langit dan bumi terfokus kepadanya.     

An Ge'er tersenyum kecil, selapis kabut air yang samar menutupi matanya yang berlekuk bagaikan kelopak bunga persik. Cantik, senyuman yang berurai air mata itu seperti keindahan yang tak terkatakan.     

Namun entah sejak kapan, mata Bo Yan yang jernih berubah seolah membawa kegilaan yang fanatik… Dia mencium air mata An Ge'er, mencium jejak lukanya. Kedua tangan yang memeluk pinggang gadis itu dengan tidak sabar masuk ke dalam pakaiannya, mendorong pakaian dalamnya…     

Semua itu bagaikan mimpi.     

Bo Yan seperti benar-benar gila. Hasrat dan keposesifan yang ekstrem itu bukan untuk melampiaskan nafsu yang sudah lama ditahannya, tetapi untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa An Ge'er benar-benar masih hidup. Dia benar-benar ingin merasakan keberadaannya.     

Bo Yan berharap bahwa semua itu bukanlah ilusi. Kalau tidak, dia akan hancur. Dia tidak akan sanggup menerima pukulan semacam itu.     

Kekuatan tangan Bo Yan sangat besar, bahkan agak menyakitkan. Namun, An Ge'er memejamkan matanya tanpa menghindar. Dia merasakan semua sentuhan yang diberikan, merasakan semua yang dibawa oleh pria yang dicintainya itu.     

Semuanya datang dengan begitu bersemangat, gila…     

Naik, menahan sampai batasnya. Sakit, sakit sampai pada puncaknya.     

An Ge'er tenggelam sepenuhnya.     

Dulu dia pernah mendengar sebuah kata-kata, dulu dia selalu merasa kalau kata-kata itu sangat mendalam. Namun saat ini, dia pun mengerti.     

An Ge'er merasakan sakit sekaligus bahagia. Itu adalah rasa sakit paling puncak, tetapi kebahagiaan itu juga yang paling puncak. Setidaknya saat ini, baik hati dan tubuhnya merasakan sesuatu yang tak tertandingi.     

An Ge'er hanya bisa mengikuti Bo Yan, kadang tenggelam dan kadang mengapung. Mereka seakan-akan tenggelam ke dalam lubang penderitaan, lalu mengambang di awan atau jatuh ke lautan dari waktu ke waktu.     

Ketika gerakan Bo Yan yang buas mencapai batas yang dapat ditanggungnya, An Ge'er hanya bisa memakai seluruh kekuatannya untuk memeluk pria itu erat-erat.     

An Ge'er seperti tenggelam tanpa daya di kedalaman lautan pada malam dengan hujan badai yang kejam. Sementara itu, Bo Yan seperti satu-satunya kayu mengapung yang bisa menyelamatkannya.     

Bumi sebagai alas tidur dan langit sebagai selimutnya.     

Entah sudah berapa lama berlalu…     

Bo Yan seakan keluar perlahan dari kesenangan puncak itu, warna merah di matanya juga berangsur memudar. Hanya saja ketika dia menunduk, pupilnya tiba-tiba menciut…     

Di melihat noda sedikit darah...     

Itu jelas bukan darah perawan An Ge'er, melainkan kegilaan dan kekasaran Bo Yan yang telah melukai gadis itu.     

Bo Yan dengan cepat mendongak dan melihat An Ge'er. Namun, dia menemukan bahwa gadis itu telah memalingkan wajah mungilnya, rambutnya berantakan. Bahkan, dia sudah pingsan karena tidak bisa menahan keganasannya.     

Pada saat itu, Bo Yan seakan baru menyadari apa yang telah dilakukannya kepada An Ge'er.     

Gadis itu baru delapan belas tahun, baru saja dewasa. Tapi Bo Yan baru saja memberikan kekasaran yang tak terkendali. Dia menginginkannya lagi dan lagi dengan gila.     

Setelah dengan cepat merapikan pakaian mereka berdua, Bo Yan pun bergegas membawa An Ge'er naik ke helikopter dengan wajah tegang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.