Menjalin Cinta Dengan Paman

Hati… Senang!



Hati… Senang!

0Mata An Ge'er melebar dan dia ingin menerjang masuk, tetapi dia juga tidak tahu harus bagaimana menghadapi adegan itu. Tiba-tiba, kakinya menjadi kaku, telapak tangannya menempel ke dinding, napasnya sedikit kacau.     

An Ge'er sedang menunggu. Dia hanya bisa menunggu reaksi Bo Yan.     

Setelah beberapa saat, akhirnya terdengar suara Bo Yan. Namun, perkataan yang diucapkannya itu membuat baik orang yang berada di dalam maupun di luar pintu tercengang.     

Akhirnya, ada jejak retakan es yang melintas di mata Bo Yan yang dingin dan acuh tak acuh itu. Sorot matanya menunjukkan memancarkan penghinaan, ketidaksenangan, dan tampak apatis.     

Bo Yan berkata, "Xu Wei, sisakan sedikit martabat untuk dirimu sendiri."     

'Sisakan sedikit martabat untuk dirimu sendiri…?!'     

'Martabat… untuk diriku sendiri?'     

Sekujur tubuh Xu Wei bergetar, wajahnya seketika memucat. Wanita itu menjadi sangat malu.     

Setelah Bo Yan selesai berbicara, matanya yang memang menatap ke luar jendela itu sama sekali tidak melirik tubuh telanjang Xu Wei. Dia langsung pergi dari hadapan wanita itu. Sejak awal hingga akhir, dia bahkan tidak pernah melepaskan jasnya.     

Saat itu, tubuh Xu Wei gemetar ringan. Bo Yan seperti rumah es yang dingin dan dirinya adalah rumah rapuh yang runtuh.     

Xu Wei sudah tidak memedulikan apa pun lagi di hadapan Bo Yan. Dia membuang martabatnya, membuang keterasingannya, dan bahkan muncul di depannya tanpa sehelai benang pun.     

Dewi yang menjadi pujaan di hati banyak pria itu menangis dan memohon kepada Bo Yan.     

'Bisakah kamu menemaniku satu malam? Bahkan meski hanya satu malam?'     

Namun, Bo Yan hanya melontarkan beberapa patah kata yang dingin.     

'Sisakan sedikit martabat untuk dirimu sendiri.'     

Sosok Xu Wei terguncang. Lama kemudian, sebersit kesedihan muncul di matanya yang terus mengalirkan air mata.     

'Mengapa Bo Yan tidak menyukainya?'     

'Mengapa setelah aku muncul seperti ini di depannya, Bo Yan masih bisa acuh tak acuh?'     

Namun, tidak ada orang yang tahu… Semakin Bo Yan dingin, menjauh, sombong dan apatis, semakin orang terpikat kepadanya. Hal itu semakin membuat Xu Wei ingin merasakan bagaimana rasanya bersama dengannya.     

***     

Di luar pintu.     

Saat An Ge'er mendengar suara langkah kaki yang berjalan keluar, dia tiba-tiba panik. Kemudian, dia pun bergegas lari ke lift dan mencoba untuk turun ke bawah. Jantungnya terus berdebar-debar.     

Mau tidak mau harus diakui bahwa daripada kemarahan, An Ge'er lebih merasakan kecanggungan di hatinya.     

An Ge'er awalnya masih ingin menerobos masuk untuk menghina Xu Wei, tetapi Bo Yan tidak memberinya kesempatan untuk itu.     

Apa yang dilakukan Xu Wei tidak terbuka dan jujur dan itu membuat An Ge'er marah. Namun, yang dikatakan Bo Yan malah membuat hatinya sangat terkejut.     

Xu Wei selalu tampak seperti dirinya adalah wanita yang kuat. Dia bekerja keras di industri hiburan dan sikapnya di permukaan seperti Dewi yang baik hati. Namun nyatanya, hatinya sangat penuh dengan kesombongan.     

Namun wanita yang mestinya sangat menginginkan martabat dan reputasi itu baru saja ditusuk di tempat terdalam oleh pria yang paling dicintainya. Bukan dengan pisau, melainkan dengan kata-karta yang paling dingin, sederhana, tetapi juga paling tajam dan kejam. Mau tidak mau, An Ge'er pun menggelengkan kepalanya dan tak mengurungkan niatnya untuk masuk.     

An Ge'er berpikir dirinya beruntung karena Bo Yan menyukainya. Jika tidak, entah apa yang akan dikatakan oleh pria itu kepadanya karena telah menyukainya dan mengabaikan etika, usia, serta aturan yang ada.     

Apapun itu, An Ge'er yang hanya memikirkannya saja bahkan sudah merasa tidak tahan.     

'Apalagi Xu Wei…'     

Riba-tiba, muncul rasa canggung di hati An Ge'er. Dia harus mengakui bahwa saat Bo Yan berkata seperti itu kepada Xu Wei, sisi gelap di hatinya muncul. Tidak dapat dipungkiri, dia merasa sangat… senang!     

Hati An Ge'er merasa segar dan sangat senang.     

Namun, An Ge'er merasa sisi gelap itu cukup diketahui oleh dirinya sendiri.     

'Kalau sampai terlihat orang lain, maka aku, aku…'     

An Ge'er sudah masuk ke dalam lift. Sebelum dia bernapas lega, muncul sebuah tangan yang tiba-tiba membuat pintu lift terbuka kembali.     

Mata An Ge'er pun langsung melebar, dia mengira itu adalah Bo Yan. Pipinya seketika memerah tidak wajar. Ketika dia mengangkat matanya dan melihat seorang staf hotel, akhirnya dia pun merasa lega.     

Namun detik berikutnya, wajahnya pun menjadi canggung…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.