Menjalin Cinta Dengan Paman

Penyergapan Tidak Terduga!



Penyergapan Tidak Terduga!

0Ternyata di belakang staf itu masih ada satu orang lain yang ikut masuk… Tubuhnya ramping dan tampan, alisnya rapi, hidungnya mancung seperti gunung yang menjulang ke awan… Ada sedikit aura tak terjangkau yang keluar dari seluruh tubuhnya.     

Bibir pria itu yang tipis dan tajam tampak agak dingin. Setelan jasnya rapi, memiliki rambut hitam, dan wajah yang sangat tampan. Namun, ada juga sedikit aura berbeda yang tidak terungkapkan.     

Dingin, tetapi juga menawan.     

Tanpa sedikit pun pertanda, sosok itu langsung mengikuti staf hotel yang masuk ke dalam lift. Pandangan An Ge'er pun langsung jatuh padanya, membuat gadis itu seketika tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya bisa bergegas menunduk sebelum tatapan acuh tak acuh orang itu menyapu kepadanya.      

An Ge'er merendahkan pinggiran topinya, lalu memakai kacamata hitam tanpa kentara. Dia seperti menipu dirinya sendiri dengan menganggap bahwa mereka tidak saling mengenal.     

Atmosfer di dalam lift itu sangat menekan, An Ge'er bersyukur karena masih ada orang lain di sana. Namun, baru saja dia berpikir seperti itu, tiba-tiba terdengar suara lift berhenti dan pintu pun terbuka. Detik berikutnya, staf itu keluar tanpa menoleh sambil membawa walkie-talkie di tangannya.     

Saat pintu lift perlahan menutup, An Ge'er nyaris memiliki dorongan untuk keluar juga. Apa boleh buat? Aura kuat dan menekan di sekelilingnya membuat gadis itu merasa malu dan marah. Selain itu, dia juga agak ketakutan.     

An Ge'er tidak dapat berkata-kata. Jelas-jelas ada wanita yang merayu Bo Yan dan itu adalah kesalahan Bo Yan sendiri. Lalu, apa yang membuatnya malu dan takut?     

Seperti sebelumnya, suasana lift itu sangat sunyi. Melalui kacamata hitamnya, An Ge'er diam-diam melirik orang yang berada tidak jauh darinya itu. Dia melihat Bo Yan sedang fokus menatap ke depan, seakan sama sekali tidak memerhatikan keberadaan orang lain di sana.     

Seketika, An Ge'er seketika bernapas lega. Namun, entah mengapa dia juga merasakan tertekan yang tidak dapat dijelaskan.      

'Apakah penampilanku yang sangat tertutup ini membuat Paman tidak bisa mengenaliku?'     

Namun, An Ge'er tidak memerhatikan apa yang sebenarnya terjadi...     

Pintu lift yang ada di depan Bo Yan itu dapat merefleksikan gambar. Sedangkan An Ge'er berdiri di sebuah sudut mati sehingga tidak bisa melihat ke sana. Namun, pria di depannya itu… bisa!     

Diam-diam, Bo Yan sedang melihat An Ge'er yang tampak tidak tenang. Gadis itu berkali-kali memegangi dadanya, setelah itu mengangkat kepalanya serta diam-diam dan melirik Bo Yan.     

'Akhirnya sampai!'     

Tang Shisan dan Stephen masih menunggu An Ge'er di dalam mobil yang terparkir di garasi bawah tanah.     

Begitu pintu lift terbuka, An Ge'er diam tidak bergerak. Dia menunggu Bo Yan yang ada depannya keluar lebih dulu. Namun tidak disangka, pria itu juga tidak bergerak.     

Hal itu pun membuat An Ge'er terkejut. Setelah beberapa saat terdiam, tanpa mengatakan apa-apa, dia melewati Bo Yan dan langsung berjalan keluar lift. Dia ingin segera mencari mobilnya.     

Namun saat An Ge'er belum berjalan dua langkah keluar dari lift, kakinya tiba-tiba menjadi ringan, tubuhnya telah diangkat oleh seseorang.     

"Ahhh…!"     

An Ge'er berseru kaget. Tang Shisan dan Stephen yang mendengar suara itu pun bergegas mengabaikan percekcokan mereka dan langsung menjulurkan kepala untuk melihat apa yang terjadi.     

Awalnya, mereka terkejut. Namun melihat wajah pria yang mengangkat An Ge'er, hati mereka langsung tenang. Tang Shisan pun menarik Stephen, "Sudah, jangan lihat, jangan lihat! Tidak ada apa-apa."     

"Aduh, aduh!" Stephen berteriak, "Siapa pria itu? Aku tidak salah lihat, 'kan? Apa itu bos kita?!"     

"Lihatlah betapa tidak berpengalamannya kamu! Bos kita itu, Bo Yan, dia adalah paman An Ge'er. Kaget, 'kan?" Tang Shisan mengatakan itu sambil merentangkan tangannya.     

Melihat Stephen yang masih menjulurkan kepalanya ke jendela dengan wajah bingung, Tang Shisan pun mengaitkan bibirnya dan tersenyum bangga.     

Namun, detik berikutnya, dia mendengar Stephen berceloteh, "Kalau begitu... Kalau begitu, apa kamu pernah melihat… Hmm, seorang paman yang mencium keponakannya secara paksa?"     

Tang Shisan langsung terkejut, dia pun langsung menjulurkan kepala ke luar jendela. Saat melihat pemandangan itu, seketika matanya melebar tidak percaya. Dia lalu menelan ludah dengan susah payah. Pipinya memerah, merah padam! Orang yang tidak tahu akan mengira dia malu. Namun, mereka tidak tahu bahwa sebenarnya dia sedang bersemangat!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.