Menjalin Cinta Dengan Paman

Menyesal



Menyesal

0Hampir sesaat sebelumnya, Xu Wei masih menyesal. Dia menyesal... Mengapa dia bisa begitu menghina pria itu? Membuang martabat dan merayunya, merayu pria yang begitu acuh tak acuh, sombong, dan sedingin cahaya bulan itu?     

Xu Wei juga benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana sikap pria seperti Bo Yan kalau benar-benar sedang di atas ranjang.     

Namun saat berikutnya, semua yang ada di benaknya itu tumbang. Pemandangan di mobil itu nyaris membuatnya pingsan. Jarinya bahkan gemetar tanpa bisa ditahannya. Xu Wei merasa benci dan cemburu, cemburu yang menggila. Dia pun menggila.      

Xu Wei telah menanggalkan seluruh pakaiannya, tapi Bo Yan bahkan tidak sedikit pun meliriknya. Tapi, pria itu malah melakukan hal semacam itu di dalam mobil dengan wanita lain?     

Hal yang paling membuat Xu Wei tidak percaya adalah wajah mungil merona, murni, dan memesona yang terpatri dalam di benaknya itu tidak lain adalah keponakan Bo Yan!     

Dia adalah An Ge'er!     

Xu Wei menggila.     

Wanita yang menggila dan kehilangan akal sehatnya sangat mengerikan.     

'Aku tidak akan melepaskan mereka, sama sekali tidak akan!'     

***     

Pada perjalanan pulang, di dalam mobil.     

Hampir sampai di rumah, suasana di dalam mobil penuh dengan tekanan. Kedua orang yang ada di dalamnya tidak berbicara sama sekali di sepanjang perjalanan.     

Pakaian An Ge'er sudah terkoyak, bagian luar tubuhnya hanya terbungkus oleh jas milik Bo Yan. Jas hitam yang dipakainya itu pas sampai di pahanya. Gadis itu meringkuk di atas kursi sambil memeluk kakinya yang panjang dan putih. Rambut indahnya yang agak ikal dan sepanjang pinggang setengah menutupi pipinya. Penampilannya itu membuat orang mempunyai dorongan untuk mendatangkan malapetakan kepadanya.     

Memikat sekaligus murni.     

Namun, An Ge'er tidak tahu bahwa penampilannya yang memakai jas pria itu benar-benar lebih menggoda daripada tidak memakainya. Hanya pria yang tahu bahwa di balik jas longgar itu ada tubuh memikat yang diidamkan.     

Kaki putih jenjang An Ge'er yang masih terbuka serta jari-jari putih merona yang mungil dan menggoda itu membuat seseorang menjadi gelisah saat memandangnya.     

Namun, gadis kecil itu sangat malu dan tidak membiarkan pria itu menyentuhnya.     

Hal itu akhirnya membuat Bo Yan tahu apa yang disebut sebagai hasrat tidak tersalurkan. 'Rasanya benar-benar menyiksa.'     

'Kalau saja gangguan tidak datang pada saat krusial…'     

Memikirkan hal itu, kabut tebal melintas di mata Bo Yan yang jernih dan sipit.     

Sesampainya di rumah, sebenarnya An Ge'er ingin turun sendiri. Namun dengan alasan bahwa lukanya belum sembuh, Bo Yan sama sekali tidak memberikan kesempatan bagi gadis itu untuk membantah dan langsung menggendongnya keluar dengan hati-hati.     

Bo Yan membawa An Ge'er naik ke kamar tidurnya. Setelah itu, seharusnya dia langsung pergi karena suasana di antara mereka juga masih aneh. Namun, pria itu justru tetap diam di sana. Bo Yan jelas tampak ingin melakukan sesuatu. Lagi pula, dia memang begitu membara sebelumnya. Meskipun begitu, tidak mudah untuk bertindak karena suasana di antara mereka sedang canggung.     

"Ehem, Paman, kamu sebaiknya pergi."     

Kalimat itu diucapkan secara refleks oleh An Ge'er. Namun tidak disangka, mata Bo Yan yang hambar itu memancarkan sedikit kedalaman sambil berkata, "Sekarang kamu masih memanggilku Paman?"     

Menyebut Bo Yan sebagai paman setelah berbagai hal yang mereka lakukan memang sedikit aneh...     

Setelah itu, Bo Yan menjadi berani. Dia memanfaatkan kesempatan itu, tubuhnya yang tinggi dan ramping berjalan mendekat.     

An Ge'er sedang duduk di tempat tidur dan Bo Yan pun langsung membungkuk, menyelubunginya. Dia menjebak An Ge'er ke dalam kedua lengannya, matanya menatap gadis itu dengan tegas.     

Saat wajah Bo Yan yang memikat mendekat, wajah An Ge'er seketika memerah. Secara refleks kedua tangannya langsung menahan dada pria itu, tatapan matanya berkeliaran dan dia tergagap, "Bo… Bo Yan…"     

'Bo Yan.'     

Nama itu keluar dari bibir An Ge'er, suaranya entah mengapa enak didengar.     

Suara An Ge'er bukan tipe yang centil, melainkan sangat elegan dan bersih. Namun, hanya Bo Yan yang tahu betapa memikatnya suara gadis itu saat bergerak di bawahnya. Jiwanya bahkan nyaris terbang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.