Menjalin Cinta Dengan Paman

Tertipu Sekali, Tapi Tidak Bisa Tertipu untuk yang Kedua Kali



Tertipu Sekali, Tapi Tidak Bisa Tertipu untuk yang Kedua Kali

0Setelah melihat itu, ekspresi di wajah Bo Yan tidak terlihat terlalu jelas. Namun, matanya yang dingin tampak sangat kelam dan suram.      

'Untuk apa An Ge'er menggambar semua ini?'     

Selain itu, mau tidak mau Bo Yan harus mengakui bahwa setiap bagiannya pada gambar itu begitu akurat.     

Kertas sketsa itu adalah kertas loose-leaf sehingga dapat langsung dilihat dari mana diambilnya.     

'Apakah selain semua ini masih ada gambar lainnya?'     

Merasakan seperti ada seseorang yang berdiri di sampingnya, An Ge'er terbangun dengan bingung di kursi. Saat menyadari benar-benar ada orang di sampingnya, dia pun bergidik. Detik berikutnya, dia baru bisa merasa tenang setelah melihat bahwa itu adalah Bo Yan.     

'Astaga!'     

'Apakah aku benar-benar ketakutan dan mulai membesar-besarkan hal kecil?'     

Jelas-jelas bahaya itu masih belum datang, tapi An Ge'er sudah mulai merasa dingin di punggungnya.     

Namun detik berikutnya, An Ge'er melihat Bo Yan yang terus diam dan berdiri membelakanginya tanpa bergerak. Mau tidak mau, dia pun merasa bingung. Kemudian saat melihat mejanya yang kosong, dia pun terkejut dan langsung memandang pria itu lagi. Ekspresi wajahnya seketika berubah.     

"Paman, sejak kapan Paman berada di sini?" An Ge'er bergegas bangkit, tetapi matanya menatap lekat-lekat sketsanya yang ada di tangan Bo Yan.     

Bo Yan tidak berbicara, hanya mengalihkan pandangannya dari sketsa ke wajah An Ge'er. Dia melirik gadis itu dengan sorot mata yang jelas penuh makna.     

Kilatan panik segera melintas di mata An Ge'er yang sedikit terkulai. Namun detik berikutnya, dia berpura-pura menguap lalu bertanya dengan santai, "Bagaimana menurut Paman, bukankah gambarku bagus? Apa Paman tahu apa itu?"     

"Kamu tidak tahu?"     

Alam bawah sadar Bo Yan tidak ingin menganggap An Ge'er sebagai gadis yang begitu rumit, begitu tidak biasa. Bagaimanapun, dia adalah seorang siswa biasa, gadis biasa...     

Kalau Bo Yan harus mengatakan satu-satunya hal yang istimewa dari An Ge'er…     

Gadis itu adalah nyawanya.     

An Ge'er sedikit cemberut mendengar kata-kata Bo Yan. Selanjutnya, dia mengambil sketsa itu dari tangan pamannya dan melihatnya dengan santai lalu berkata sambil menggeleng, "Ini adalah gambar yang diberikan Sutradara Chen untuk kusalin waktu aku syuting film, salah satu kebutuhan syuting."     

"Tidak ada di film."     

Bo Yan agak mengerutkan keningnya, matanya menatap An Ge'er dengan samar tetapi dalam. Apa yang dikatakan pria itu cukup ringkas.     

Kelopak mata An Ge'er berkedut. 'Apakah Paman melihat film itu sampai begitu menyeluruh hingga tidak melewatkan satu adegan pun?'     

Saat itu juga, An Ge'er berpura-pura cemberut dengan canggung, "Tentu saja aku tahu! Mungkin setelah itu Sutradara Chen mengeditnya. Atau mungkin juga ada di trailer-trailer sampingan..."     

Setelah itu, An Ge'er bergumam lagi dengan suara pelan, "Tapi syutingnya sudah selesai, sekarang disimpan juga tidak ada gunanya… Jadi sebaiknya kubuang saja."     

Setelah mengatakannya, An Ge'er pun meremas dan melempar sketsa itu ke tempat sampah. Kelopak mata Bo Yan sedikit tertahan, tetapi dia tidak berbicara terlalu banyak dan hanya mengulurkan tangannya.     

"Aku merebus bubur udang, ayo turun dan makan sedikit."     

An Ge'er mengangguk dan melingkarkan kedua tangannya di leher Bo Yan dengan patuh. Lalu, pria itu menggendongnya turun.     

Saat meninggalkan kamar, pandangan An Ge'er jatuh ke tempat sampah. Hatinya jelas merasa lega. Untunglah semua itu hanyalah gambar senjata dan peralatan sederhana sehingga dia bisa mencari alasan dan memudahkan dirinya sendiri.     

An Ge'er tahu orang-orang seperti Bo Yan pasti sangat familier dengan senjata. Kalau sampai pamannya itu menemukan bahwa dia sendiri yang menggambar desain senjata api lain yang rumit dan sulit, maka itu akan sulit dijelaskan.     

Kecelakaan itu juga bisa dianggap peringatan bagi An Ge'er. Bagaimanapun juga, dia hidup bersama Bo Yan dan pekerjaan rahasianya itu tidak boleh dianggap remeh.     

Saat makan di bawah, Bo Yan mengambilkan bubur untuk An Ge'er.     

Ponsel Bo Yan yang diletakkan di atas meja bergetar, itu adalah sebuah pesan. An Ge'er mengangkat alisnya, jarak ponsel itu sangat dekat darinya sehingga dia bisa meliriknya. Saat melihat siapa yang mengirim pesan dan menemukan apa isinya, pupil matanya tiba-tiba menegang…!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.