Menjalin Cinta Dengan Paman

Suara Ketukan Pintu dari Luar...



Suara Ketukan Pintu dari Luar...

0Bo Yan melihat wajah An Ge'er yang pucat. Meskipun tampak memikat di bawah pancuran, tapi pemandangan itu lebih membuat dirinya bersimpati.     

Seakan dapat langsung melihat kegelisahan di mata An Ge'er, Bo Yan pun mendekat. Ketika berjalan menghampiri gadis itu, bagian tubuh bawahnya hanya dililit handuk.     

An Ge'er berdiri di bawah pancuran, tubuhnya yang basah halus dan indah. Kedua tangannya tanpa sadar masih di depan dadanya. Bo Yan mendekatinya dan ikut tersiram di bawah pancuran bersamanya. Pria itu mengangkat telapak tangannya dan membelai lembut rambut gadis itu secara perlahan.     

Postur dan atmosfer keduanya aneh dan ambigu. Namun, merasakan kepanikan dan kegelisahan di mata An Ge'er, Bo Yan khawatir. Matanya yang dingin sama sekali tidak membawa warna emosi apa pun. Tidak ada sedikit pun pikiran jahat.     

Bo Yan mendekat dan An Ge'er secara alami meringkuk di dadanya dengan kepala dimiringkan. Namun, pandangannya menatap ke luar pintu. Gadis itu menggerakkan sudut mulutnya dan berbisik, "Kukira orang lain."      

"Hmm?" Bo Yan sedikit mengerutkan alisnya, "Selain aku, siapa lagi yang bisa masuk?"     

An Ge'er adalah wanita Bo Yan, siapa yang berani mendambakannya?     

An Ge'er berada di dalam pelukan Bo Yan, menempel di dadanya yang kekar. Sekali pun dia tidak sengaja, tetapi semua pria akan bereaksi. Sekali pun Bo Yan tidak mempunyai pikiran jahat, tetapi tubuhnya tidak dapat dikendalikan oleh kesadarannya.     

Bo Yan agak menderita.     

Namun, An Ge'er seperti tidak mengetahui perasaan tersiksa Bo Yan itu. Akhirnya, dia pun tidak dapat menahan diri dan berkata, "Paman, aku terus merasa kalau akhir-akhir ini ada orang yang mengikutiku. Apakah aku terlalu sensitif?"     

An Ge'er mau tidak mau mengakui bahwa dirinya payah. Kalaupun tidak ada yang mengikutinya, dia sengaja berkata seperti itu hanya untuk mengingatkan Bo Yan secara tidak langsung. Gadis itu mengingatkan bahwa setelah dia mengalami peristiwa di pesawat, mungkin di dekatnya akan ada bahaya.     

Pasalnya, An Ge'er tahu betul apa yang terjadi di pesawat itu. Orang-orang itu tidak akan melepaskannya.     

Benar saja. Mendengar perkataan An Ge'er, alis Bo Yan langsung mengernyit. Telapak tangannya membelai kepala gadis itu untuk menghiburnya. "Anak baik, jangan takut, ada aku."     

Bo Yan juga memerhatikan hal itu. Pada saat yang sama, dia juga tahu bahwa itu berarti orang-orang Kobra mungkin akan kembali. Maka dari itu, penjagaannya di dekat An Ge'er tidak kendur. Dia terlalu takut gadis itu akan celaka lagi.     

Atmosfer di antara mereka berdua memang aneh. Sang pria hanya dililit handuk di tubuh bagian bawahnya, sedangkan tubuh An Ge'er yang ramping dan memesona terlihat di tengah kabut, menempel padanya. Terutama wajah mungilnya yang agak pucat itu, membuat orang yang melihat semakin bersimpati.     

Berada di bawah aliran air pancuran, Bo Yan mencium lembut kening An Ge'er. Seperti sedang menenangkan, seperti bersimpati. Dia mencium keningnya, alisnya yang halus, hidungnya yang mungil, lalu akhirnya jatuh di bibir merahnya yang agak terbuka. Namun, dia sedikit menahannya.      

Keduanya berpelukan, berbagi puncak kelembutan dan kasih sayang. Itu adalah keindahan yang membuat orang berdebar.     

Setelah itu, An Ge'er keluar sendirian. Bo Yan berkata kalau dia ingin mandi dan memintanya untuk pergi dulu, gadis itu pun tersipu dan mengangguk. Namun sebelum pergi, tanpa sengaja dia melirik bagian bawah tubuh pria itu...     

Bagaimanapun, An Ge'er sudah bukan anak kecil lagi. Dia sudah mengerti tentang hubungan pria dan wanita. Jadi, dia tahu bahwa Bo Yan menyayanginya dan tidak rela menyentuhnya.     

Sebenarnya, di dalam hati An Ge'er tidak tahan dan ingin sedikit proaktif. Namun pada akhirnya, kakinya tetap mematuhi kata-kata pamannya itu dan berjalan keluar dengan patuh.     

An Ge'er yang mengenakan handuk mandi sedang menyeka rambutnya di luar. Matanya melirik ke dalam kamar mandi dari waktu ke waktu. Sudut bibirnya tersenyum tanpa disadarinya. Tapi detik berikutnya, dia tidak bisa tertawa.     

Ponsel Bo Yan terus berbunyi tanpa henti, seakan ada sesuatu yang penting. Pada saat yang sama, dari luar terdengar suara ketukan pintu. An Ge'er mengangkat alisnya, kemudian secara refleks berpikir bahwa mungkin itu adalah Ah Dong atau Ai Rui yang datang untuk mencari pamannya.     

An Ge'er hanya mengenakan kaus yang cukup panjang. Lalu sambil menyeka rambutnya, dia pergi membuka pintu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.