Menjalin Cinta Dengan Paman

Bo Yan Marah, Kamu Tidak Tega Padanya?



Bo Yan Marah, Kamu Tidak Tega Padanya?

0An Ge'er menundukkan kepalanya sambil berpura-pura menyeka rambutnya dengan santai, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.     

"Oh, benarkah?" Mata sipit Bo Yan agak memicing, ada jejak kerumitan yang samar di matanya.     

Dia meletakkan ponsel, tetapi kakinya melangkah menuju An Ge'er.     

An Ge'er juga menghampirinya, lalu bergegas mengangguk-anggukkan kepala seperti ayam yang mematuk nasi, "Benar, benar."     

Namun, baru saja An Ge'er berbicara, dari luar pintu tiba-tiba terdengar suara dentuman dan tendangan keras. Setelahnya, terdengar suara raungan buas seorang pria, "Pria di dalam, keluar! Kalau berani keluar!"     

Senyuman di sudut bibir An Ge'er seketika menjadi kaku. Sudut matanya berkedut keras. Dia tidak bisa menahan diri untuk mengutuk dalam hati!     

'Habislah!'     

'Habislah semuanya!'     

'Rong Bei benar-benar membuat masalah besar!'     

'Dia sudah melihat bahwa di dalam ada seorang pria, tapi masih sengaja menantang?!'     

'Apa dia sudah gila?!'     

Mendengar suara di luar pintu, hidung Bo Yan mendengus dingin. Ketika mengambil ponsel dan melihat pesan yang masuk, dia pun tahu siapa orang yang ada di luar.     

Detik berikutnya, Bo Yan langsung berjalan ke ke arah pintu.     

An Ge'er mengerang dalam hati, lalu bergegas menarik lengan jubah mandi Bo Yan. Pria itu berhenti dan alisnya berkerut. Namun, An Ge'er tidak berbicara dan hanya menggelengkan kepala.     

Dia tidak ingin pamannya itu pergi.     

An Ge'er terlalu mengenali kedua pria itu. Bo Yan selalu terlihat tenang, tapi dalam bertindak dia tegas dan kejam. Sementara itu, Rong Bei blak-blakan dan tidak takut apa pun.     

Jika dilihat dari temperamennya, Bo Yan pasti akan merasa harga dirinya dihina dan diprovokasi ketika mengetahui bahwa di kamar An Ge'er ada seorang pria.     

An Ge'er berpikir bahwa Rong Bei mungkin tidak akan cemburu, tetapi dia hanya marah. Pria itu merasa seakan ada seseorang yang merebut mangsanya dan memukul harga dirinya. Tidak lebih.     

Namun bagaimanapun juga, kalau kedua orang itu bertemu, maka akan terjadi bentrokan yang mengguncangkan kedua belah pihak. Tidak ada yang menang. Itu bukan sesuatu yang ingin dilihat An Ge'er.     

Sepertinya An Ge'er harus memberitahukan identitasnya pada Rong Bei lebih cepat. Kalau tidak, pria itu tidak akan menyerah terhadapnya.     

Selama belum mendapatkan An Ge'er, Rong Bei tidak akan lepas tangan.     

"Anak baik, tunggu di dalam. Serahkan hal lainnya padaku," Bo Yan angkat bicara dan menepis lengan An Ge'er. Saat pandangannya jatuh ke pintu, ada nada yang samar, tapi penuh dengan hawa dingin yang tidak bisa ditutupi.      

"Bo Yan!" An Ge'er tiba-tiba memanggil nama Bo Yan, wajahnya tampak cemas.     

Mata Bo Yan menjadi semakin dalam, suaranya tiba-tiba dingin, "Kamu tidak tega padanya?"     

Hal yang sama terjadi lagi untuk kedua kalinya.     

Pertama, ketika Rong Bei menyetir mobil sambil membawa sepatu An Ge'er untuk memprovokasi Bo Yan. Saat itu, Bo Yan membuatnya menabrak truk. Ketika Bo Yan akan pergi untuk mengambil sepatu An Ge'er, gadis itu panik dan memohon Rong Bei tidak dibunuh.     

Kedua, sekarang. Rong Bei meraung dengan marah di depan pintu dan menyuruh Bo Yan keluar. An Ge'er tidak mengucapkan sepatah kata pun. Gadis itu bukan hanya telah membohongi Bo Yan sejak awal, tapi juga mencegahnya untuk mendatangi Rong Bei sekali lagi.     

'Kenapa? Apakah An Ge'er sebegitu tidak teganya kepada pria di luar itu?'     

Merasakan tatapan Bo Yan yang tajam serta hawa dingin di sekujur tubuhnya, An Ge'er tidak punya pilihan lain.     

Detik berikutnya, An Ge'er menerjang dan tiba-tiba merangkul Bo Yan. Mendapatkan tatapan penuh tekanan dari pria itu, suaranya parau dan tercekat, "Paman, pria di luar itu sangat berbahaya. Aku sudah bertahan hidup dengan susah payah. Aku yang lemah, aku yang pengecut, aku takut Paman akan celaka. Aku tidak ingin Paman dalam bahaya sedikit pun, apa Paman mengerti?"     

Tubuh Bo Yan tetap kaku dan tidak bergerak. Hanya saja, tangan yang tergantung di kedua sisi tubuhnya terbuka dan mengepal lagi. Kepalan tangannya menjadi lebih kuat ketika mendengar suara An Ge'er yang agak teredam itu.     

'Benarkah seperti itu?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.