Menjalin Cinta Dengan Paman

Bo Yan Cemburu, Menghukum



Bo Yan Cemburu, Menghukum

0Bo Yan bukannya tidak memercayai An Ge'er. Hanya saja, dia tidak bisa meyakinkan dirinya sendiri.     

An Ge'er merasakan perubahan emosi pamannya. Dia mengangkat mata bunga persiknya yang penuh dengan kabut.     

"Paman, sebenarnya aku tidak ingin menyembunyikannya darimu, aku pernah melihat dia membunuh orang dengan mata kepalaku sendiri. Dia sama sekali bukan orang baik, dia kejam dan ganas. Sekarang, dia mungkin juga datang dengan persiapan. Paman... Jadi sekarang Paman jangan keluar, ya?"     

Apa yang dilakukan Rong Bei hari ini juga membuat An Ge'er benar-benar jatuh ke dalam keadaan yang memalukan. Bahkan, dia hampir tidak bisa memperbaikinya.     

'Rong Bei memang orang yang kejam dan ganas!'     

Tapi bagaimana dengan dirinya? Sejujurnya, dalam situasi tertentu mereka termasuk dalam satu kelompok. An Ge'er bisa dibilang sebagai orang yang dekat dengan Rong Bei.     

'Seandainya suatu hari nanti Paman tahu…'     

'Tidak!'     

An Ge'er sama sekali tidak berani membayangkannya.     

'Paman tidak akan mengetahuinya…'     

An Ge'er tidak akan membiarkan Bo Yan mengetahuinya. Maka dari itu, saat ini dia hanya bisa berpura-pura memelas dan ketakutan untuk membohongi pamannya itu.      

Meskipun berbohong, tapi itu adalah kebohongan yang dilakukan untuk kebaikan. An Ge'er hanya tidak ingin Bo Yan terluka atau mengalami hal-hal yang mengerikan.     

"Kumohon, Paman."     

Saat mengatakan itu, air mata An Ge'er sudah hampir jatuh. Bo Yan yang melihatnya pun menjadi sangat kacau. Hatinya penuh dengan kepahitan dan kemarahan, tapi yang lebih banyak adalah simpati.     

'Apakah benar-benar seperti itu?'     

Pada akhirnya, Bo Yan tetap kalah dari An Ge'er.     

Bo Yan menyeka air mata di sudut mata An Ge'er. Nada bicaranya melunak, dia berkata dengan datar, "Hanya kali ini."     

Faktanya, jika Bo Yan benar-benar keluar dari pintu itu, dia akan membuat Rong Bei membayar harganya!     

Sekali ini, Bo Yan akan memercayai An Ge'er. Dia percaya bahwa gadis itu khawatir kalau akan terjadi sesuatu kepadanya, takut kalau dia akan celaka. Itulah mengapa meskipun ada beberapa hal sangat ingin dilakukannya, dia tetap menahannya. Itu tidak bisa dilakukan di depan An Ge'er.     

Selain itu, Bo Yan juga sudah sangat paham dengan karakter orang seperti Rong Bei. Sebagai pemimpin kelompok senjata terbesar di Eropa Barat, bagaimana mungkin tangannya tidak pernah ternoda darah?     

Menurut Bo Yan, orang seperti Rong Bei berada di puncak dengan menginjak mayat yang tak terhitung jumlahnya. Orang semacam mereka tidak bersih.     

Maka dari itu, Bo Yan memercayai perkataan An Ge'er yang khawatir dan takut kalau dia celaka.     

Bo Yan bisa saja menghadapi Rong Bei, tetapi dia tahu kalau sekarang bukan saatnya. Dia tidak ingin membuat An Ge'er ketakutan.     

Sementara itu di depan pintu, melihat tidak ada orang yang keluar, wajah halus dan memikat Rong Bei penuh dengan kesuraman. Matanya terlihat berbahaya, kekesalannya memuncak. Dia pun menendang-nendang pintu itu sambil meraung marah, "Keluar, pengecut! Keluar, ayo keluar!"     

Bo Yan mendengarnya dari dalam, tidak terlihat emosi apa pun di wajahnya yang jernih dan tampan. Namun, lapisan es muncul di matanya.     

An Ge'er tidak bisa melihat wajah Bo Yan seperti itu lagi. Dia pun memutar wajah pria yang menatap ke pintu itu, lalu berjinjit dan menciumnya.     

Bo Yan dengan mudah meraih pinggang An Ge'er dan mendekapnya erat, lalu menunduk. Ciuman An Ge'er yang lembut dan menenangkan itu diubahnya menjadi lebih kasar dan menggila.     

Membawa api kemarahan yang tidak diketahui...     

Sampai saat ini, Bo Yan masih tidak tahu apakah An Ge'er juga takut kalau dia akan melukai Rong Bei.     

Sementara itu, An Ge'er hanya merasa lidahnya sakit dan mati rasa karena dihisap dan dipilin. Namun, Bo Yan tidak menahannya sama sekali, seperti sedang sengaja menghukum gadis itu.     

An Ge'er mundur dan mencoba untuk menyelesaikan ciuman itu, tapi Bo Yan mengunci belakang kepalanya dan tidak membiarkannya pergi. Bahkan, dia menambah kekuatannya lagi dan menciumnya dalam-dalam. Energi yang menggila itu tersalur, seolah tidak sabar untuk menelannya!     

Sampai ponsel Bo Yan berbunyi lagi untuk yang kedua kalinya, barulah dia melonggarkan An Ge'er dengan napas yang agak berantakan. Meskipun begitu, tangan yang memeluk pinggangnya tidak berpindah.     

Saat ini, An Ge'er bersandar lemah di depan tubuh Bo Yan. Ciuman pria itu membuat kakinya lemas, pipinya memerah dan terus terengah-engah.     

Bo Yan menerima telepon dari Ai Rui yang berkata bahwa orang-orang mereka sudah datang. Dia bertanya apakah mereka perlu naik untuk membawa Rong Bei pergi.     

Bo Yan mendengus dingin...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.