Menjalin Cinta Dengan Paman

Bukankah Kamu Sengaja Merayuku?



Bukankah Kamu Sengaja Merayuku?

0Awalnya An Ge'er mengira Bo Yan sama sekali tidak memerhatikan. Tidak ada sedikit pun pergerakan, tapi perlahan-lahan...     

Entah sejak kapan, rambut An Ge'er sepertinya sudah hampir kering, tetapi Bo Yan tetap duduk di belakang punggungnya dan tidak pergi. Namun, napas yang berembus dari hidungnya terasa semakin panas.     

Napas Bo Yan itu membelai leher An Ge'er yang putih dan halus. Geli, membuat telinganya menjadi sedikit memerah.     

Meskipun begitu Bo Yan tetap tidak melakukan sesuatu yang menyimpang. Sebenarnya, dalam hati An Ge'er sedikit tidak tahan. Tapi kalau menyuruhnya merayu lagi, meskipun ingin, dia juga tidak tahu harus bagaimana melakukannya.     

Setelah berpikir sambil menggigit bibirnya, An Ge'er langsung berkata pelan, "Paman, rambutku sudah kering, terima kasih."     

Setelah mengatakan itu, An Ge'er bersiap untuk berdiri dari lantai karpet.     

Namun...     

Detik berikutnya, yang terjadi masih seperti yang diperkirakan An Ge'er.     

Bo Yan meraih pinggangnya, melepaskan handuk, lalu kedua tangan pria itu memeluknya erat-erat.      

Jari Bo Yan yang ramping bagaikan giok meluncur di kerahnya yang terbuka. An Ge'er tidak memakai pakaian dalam, pria itu meluncur masuk dan langsung sampai di tujuan. Telapak tangannya... menyelubungi...     

Begitu telapak tangan Bo Yan masuk ke dalam, seketika erangan bergairah keluar dari bibir merah mungil An Ge'er. Seluruh tubuhnya lemas di depan dada pria itu.     

Bo Yan mengamuk dengan ganas, tetapi sorot matanya sangat dalam. Tidak ada emosi apa pun yang terdengar dari suaranya, "Gadis kecil, bukankah ini yang kamu inginkan? Kamu sengaja merayuku."     

Tubuh mungil An Ge'er menjadi kaku. Dia jelas bersandar di lengan pria itu, tetapi dia merasakan aura dingin yang samar di punggungnya.     

Jangankan Xu Wei si wanita yang begitu licik itu, An Ge'er yang berada dalam pelukan Bo Yan pun dapat terbaca dengan jelas.     

Memang... bagaimana mungkin Bo Yan tidak bisa melihat rayuan An Ge'er yang disengaja itu?     

Meskipun An Ge'er juga mengetahuinya, tetapi dia ingin tahu apakah Bo Yan bersedia dirayu olehnya...     

'Selama Paman bersedia, maka sebagai perempuan barulah aku mempunyai kesempatan.'      

"Ya... Paman... Tapi apa Paman bersedia dirayu olehku?" An Ge'er sedikit terengah, rona merah yang memikat menyembur di pipinya.     

An Ge'er bagaikan malaikat yang terjatuh dan ditarik oleh Bo Yan untuk masuk ke dalam jurang hasrat yang dalam.     

Bo Yan kesal sekaligus marah. Dia ingin mengendalikan dirinya dan mendorong An Ge'er, tetapi tangannya tetap tidak dapat dikendalikannya, sama sekali tidak bisa berhenti.     

Akhirnya ketika An Ge'er memegang tangannya dan berbalik, Bo Yan tiba-tiba mengutuk rendah dan langsung menjauhkan tubuhnya. Bahkan meskipun bagian bawah tubuhnya mulai berteriak.     

Bo Yan benar-benar dibuat gila oleh keyakinan An Ge'er.     

Demi seorang pria lain, An Ge'er yang tidak pernah proaktif dan mengambil inisiatif untuk merayunya seperti itu. Bo Yan seharusnya berterima kasih kepada pihak lawan atau menertawakan dirinya sendiri?     

Jadi, Bo Yan pun mendorong An Ge'er menjauh dan menolaknya. Kalau tidak, dia pasti akan memiliki dorongan untuk menyiksa gadis itu di atas ranjang.     

Setelah itu, An Ge'er diam di tempatnya, wajahnya agak memucat...     

Selain hal seperti itu, apa lagi yang bisa dilakukannya?     

An Ge'er hanya tidak ingin Bo Ya marah, juga tidak ingin pria itu merasa tidak nyaman.     

Bo Yan tidak mengerti maksudnya, tetapi An Ge'er tidak menyalahkannya. Dia sendiri memiliki kesulitan yang susah dikatakan, bahkan tidak dapat diungkapkannya kepada pamannya itu.     

***     

Malam harinya, Bo Yan membuat sup sederhana, tetapi dia sendiri tidak menyentuhnya. Pria itu meletakkannya di atas meja, menutup pintu kamar dan tidak keluar. Wajahnya yang tampan dan halus tampak dingin, seolah biasa membuat semua yang ditatapnya membeku.     

Sementara itu, An Ge'er tidak jauh berbeda. Setelah ditolak, keberanian yang sebelumnya dibangkitkan dengan tidak mudah itu benar-benar hilang. Dia makan sup tanpa bersuara, lalu pergi tidur di kamar lain.     

An Ge'er mungkin terlalu lelah bekerja di siang hari. Sorenya ketika pulang juga dia diusik oleh kedua pria itu. Maka dari itu, malamnya dia tertidur lelap.     

Namun tanpa sepengetahuan An Ge'er, ketika larut malam dan sepi, sesosok tubuh yang ramping dan tegap berdiri di samping tempat tidurnya. Sosok itu memakai jubah tidur, wajahnya yang memikat membawa kelelahan dan ketidakberdayaan yang tidak dapat diungkapkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.