Menjalin Cinta Dengan Paman

Rong Bei, Aku Akan Membunuhmu



Rong Bei, Aku Akan Membunuhmu

0Kenyataan sering kali di luar perkiraan. Awalnya, malam nanti An Ge'er bermaksud untuk bertemu dengan Su Chen, Fu Jiu, dan Rong Bei. Namun beberapa jam sebelum itu terjadi, siapa mengira kalau Rong Bei akan menemukannya lebih awal?     

Saat itu, An Ge'er benar-benar tidak tahan lagi.     

Sekali pun saat ini Rong Bei benar-benar mabuk karena minum terlalu banyak, sekali pun dalam situasi seperti ini pria itu tidak bisa memercayai dirinya sendiri, An Ge'er tetap akan membuka identitasnya.     

"Rong Bei, lepaskan aku! Aku bukan orang biasa, aku adalah..."     

"Ssstt...!"     

Sebuah jari ramping dan putih tiba-tiba ditempelkan ke bibir An Ge'er, memblokir kata-kata yang akan diucapkannya. Rong Bei membelenggu erat tubuhnya, suaranya membawa sedikit makna yang tak terkatakan, "Aku tahu kamu bukan orang biasa… Bahkan, kamu bisa melakukan inses dengan pamanmu sendiri. Tentu saja kamu bukan orang biasa."     

An Ge'er dengan cepat memalingkan kepalanya, menatap Rong Bei dengan bibir terkatup rapat. Pria di hadapannya itu jelas terlihat seperti sedang mabuk, tetapi mata yang sedang menatapnya itu penuh dengan ironi dan cibiran. Bahkan, ada kecemburuan yang tidak bisa disembunyikan.     

"Kenapa? Rahasia kalian ketahuan, ha? Jadi mengapa kamu tidak menyukaiku? Karena kamu menyukai permainan cinta tabu yang mengasyikkan? Kalau begitu, biarkan aku menjadi kakakmu saja. Paman bisa melakukannya pada keponakannya, jadi kakak juga akan melakukannya pada adik. Hmm, rasanya juga tidak terlalu buruk. Bagaimana? Mau tidak..."     

'Mencobanya?'     

"PLAK!"     

Rong Bei mengatakan itu dengan senyuman yang lembut dan berbahaya. Namun sebelum berhasil menyelesaikan perkataannya, wajahnya sudah ditampar dengan keras.     

Kekuatan tamparan itu benar-benar membawa kemarahan yang tak terbatas. Seketika, wajah Rong Bei yang memesona langsung berpaling, ada bekas tamparan di pipinya. Selain itu, ada juga sedikit noda darah di sudut bibirnya.     

Sekujur tubuh Rong Bei membeku.     

An Ge'er sangat marah sampai jarinya gemetar. Dia memegangi pakaiannya yang berantakan untuk menutupi tubuhnya, butiran air mata besar mengalir tanpa bisa ditahannya.     

Dia sangat marah, sangat jijik, dan sangat terhina.     

'Apa Rong Bei benar-benar menyukaiku? Tidak. Dia hanya bisa menghinaku.'     

Tidak bisa mendapatkan Ge'er membuat Rong Bei semakin bersemangat menginjak-injak harga diri gadis itu dan mempermalukannya dengan lancang.     

Detik berikutnya, aura di tubuh Rong Bei juga berubah. Dia mengangkat tangannya dan mengusap sudut bibirnya yang terkoyak, menjilat noda darah berwarna merah itu. Tiba-tiba, dia tertawa ringan. Tawa itu terdengar sangat dingin. Lalu, dia memaksa An Ge'er untuk melihat matanya yang sipit dan berbahaya sambil berkata pelan, "Tahukah kamu? Selama hidup ini, Kakak belum pernah dipukul oleh wanita."     

'An Ge'er adalah yang pertama!'     

'Dan juga akan menjadi yang terakhir!'     

Namun saat Rong Bei baru saja selesai berbicara, detik berikutnya sebuah tamparan menyambar lagi. Pria itu tidak menghindar, dia hanya menerima tamparan itu dalam diam.     

An Ge'er menggeram dengan suara serak dan mata merah, "Hanya saja sayangnya, ini bukan yang terakhir!"     

Mata Rong Bei akhirnya menatap An Ge'er dalam-dalam. "Pukullah."     

Rong Bei memang baru saja minum banyak alkohol. Namun mabuk atau tidak, hanya dia sendiri yang tahu.     

Ada sesuatu yang memang sudah terlalu lama ingin dilakukannya.     

Saat An Ge'er akan menamparnya lagi, Rong Bei berbicara. Suaranya datar, tetapi seperti membawa sedikit makna lain, "Tapi kalau kamu menamparku lagi, aku akan meminta balasan dari tubuhmu ribuan kali lipat dengan cara lainnya!"     

Baru saja Rong Bei mengatakan itu, tiba-tiba dia menekan kedua lengan An Ge'er dan mencoba memisahkan kedua kakinya.     

Sementara itu, An Ge'er seperti binatang kecil yang gila. Dia memukul wajah pria itu dengan panik, menghantam kepalanya, tercekat dan meraung, "Rong Bei, aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!"     

"Baiklah, mati di tangan bunga peony menarik juga… Kalau mampu, bunuh saja aku!"     

Tepat ketika Rong Bei hendak melepas celana dalamnya dan menerjang masuk, pintu tiba-tiba ditendang hingga terbuka...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.