Menjalin Cinta Dengan Paman

Ingin Mati? Aku akan Mengabulkannya!



Ingin Mati? Aku akan Mengabulkannya!

0Pintu di belakang Rong Bei tiba-tiba ditendang hingga terbuka…     

An Ge'er tidak tahu apa yang dilihatnya saat itu, seperti ada sekelompok orang yang menerjang masuk. Matanya yang merah dan menangis itu penuh kabut sehingga tidak bisa melihat dengan jelas.     

Seketika, An Ge'er merasa beruntung karena lolos dari bencana, tapi dia juga merasa sangat malu.     

Begitu banyak orang yang melihatnya seperti itu, bagaimana... Bo Yan akan berpikir tentangnya?     

Terutama ketika melihat tatapan dingin penuh kemarahan yang menatap lurus kepadanya, An Ge'er benar-benar mendambakan perlindungan dari pria itu. Betapa dia sangat ketakutan saat itu…     

"Sialan!"     

Entah apa yang dilihat oleh pria yang menerjang masuk itu. Seiring dengan suara raungannya, tiba-tiba seolah ada serangan angin kencang. Wajah Rong Bei yang lengah pun terkena serangan itu.     

Tidak ada keraguan, pria yang menerjang masuk itu tidak lain adalah Bo Yan.     

Wajah jernih Bo Yan sangat muram dan kelabu. Matanya yang sipit penuh dengan kemarahan yang mengerikan dan niat membunuh yang kuat.     

An Ge'er meringkuk, mengambil pakaiannya yang compang-camping untuk menutupi tubuhnya. Matanya merah, tetapi dia mati-matian menggigit bibirnya dan tidak mengeluarkan suara apa pun.     

Namun detik berikutnya, sebuah jas hitam membungkus tubuh An Ge'er. Pelukan hangat menghampirinya.     

Bo Yan datang dengan menggila, itu membuat napasnya terengah-engah dan berantakan. Keringat pun merembes di keningnya.     

Saat ini, dia memeluk erat An Ge'er yang meringkuk sambil menangis di dekapannya. Telapak tangannya yang besar terus membelai lembut kepala gadis itu untuk menangkannya.     

Meskipun tampak tenang, tetapi ujung jari Bo Yan yang sedikit bergetar menunjukkan betapa takutnya pria itu di dalam hatinya. Dia takut terjadi sesuatu pada An Ge'er.     

Pada keadaan seperti itu, An Ge'er hanya bisa membiarkan Bo Yan memeluknya erat. Hidungnya masam, air matanya terus mengalir dan membasahi baju di depannya.     

"Pa... Paman, bawa aku pergi..." Suaranya parau dan tersendat-sendat.     

Namun, suara Bo Yan lembut dan menenangkan, "Tenang, jangan takut, sekarang juga aku membawamu pergi."     

Bo Yan mengira dia sangat ketakutan, tetapi dia tidak tahu kalau An Ge'er seperti itu karena tindakannya.     

Bo Yan melepaskannya. Ketika pandangannya tertuju pada Rong Bei, tatapannya dingin, murka, dan membawa niat membunuh.     

Ai Rui langsung menyerahkan pistol. Tanpa menunggu Bo Yan berbicara, dia tahu kalau bosnya itu menyuruhnya untuk membawa pergi An Ge'er meninggalkan medan perang itu.      

Pada saat yang bersamaan, Rong Bei yang sebelumnya menghantam tanah dengan keras sedang mengusap pipinya. Dia menatap Bo Yan dengan muram, berbalik dan duduk di kursi. Detik berikutnya, dia bersandar merosot dengan kedua tangan di sandaran lengan kursi itu.     

Napas Rong Bei terengah-engah, bibirnya tersenyum mengejek sambil berkata, "Wah, kukira siapa! Ternyata Paman sudah datang? Ayo, berikan keponakan kecilmu padaku! Aku juga akan memanggilmu Paman, bagus bukan?"     

Kata-kata itu diucapkan dengan lancang. Saat ini, Rong Bei masih dengan sengaja memprovokasi Bo Yan tanpa peduli hidup dan mati.     

Sementara itu saat orang lain sudah keluar, An Ge'er tidak mau pergi. Dia tidak mau meninggalkan Bo Yan sendirian di ruangan itu.     

Mendengar kata-kata Rong Bei, Bo Yan tidak bicara omong kosong. Dia menatap pria itu dengan buas dan langsung menembak, hendak membunuhnya.     

"Dor!"     

An Ge'er yang akan dibawa secara paksa oleh Ai Rui mendengar suara tembakan. Dia terkejut dan menoleh. Dilihatnya pria yang sedetik sebelumnya masih duduk di kursi sambil mengejek itu bergerak dengan cepat untuk menghindari peluru. Sayangnya, kecepatan peluru terlalu tinggi sehingga peluru itu menyerempet lengan bahunya. Darah menetes, lengan yang telanjang itu pun meluncur jatuh.     

"Apa artinya memakai pistol? Kalau mampu, ayo berduel!" Rong Bei yang sudah tersungkur di tanah menggertakkan giginya dan berkata dengan beringas.     

"Tidak peduli memakai pistol atau tidak, kalau kau ingin mati, aku akan mengabulkannya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.