Menjalin Cinta Dengan Paman

Pertanda Kegilaan



Pertanda Kegilaan

0Sebelumnya An Ge'er sudah berendam terlalu lama di dalam laut, tubuhnya pun sudah lemah. Maka begitu tertembak, dia langsung jatuh pingsan. Wajahnya pucat, seakan tidak ada sedikit pun hawa kehidupan...     

".... Ge'er...?"     

Bo Yan bergumam nyaris tidak percaya. Melihat darah di tangannya, barulah dia seolah menyadari apa yang telah terjadi. Wajah pria itu memucat, dia memeluk tubuh An Ge'er yang terus merosot dengan kedua tangannya yang gemetar.     

Dalam waktu yang begitu singkat, gadis itu jatuh ke dalam pelukannya begitu saja. An Ge'er tertembak untuk melindunginya dirinya…     

Bo Yan memeluk tubuh An Ge'er erat. Dia tiba-tiba menggeram, lalu berlari keluar sambil terus memeluk gadis itu.     

"Bertahanlah, Ge'er bertahanlah...!"     

Semua staf yang berada di luar telah dikendalikan oleh Ai Rui karena takut kejadian tersebut akan bocor ke publik. Mereka pun pergi menjauh dari tempat itu. Namun ketika mendengar suara tembakan dan raungan putus asa dari dalam, mereka langsung terkejut. Detik berikutnya, mereka melihat seorang pria berlari keluar sambil memeluk An Ge'er yang terus mengalirkan darah.     

Semua orang terkejut dan ketakutan.     

Tang Shisan bahkan nyaris pingsan dengan wajah pucat. Dia menggeleng tidak percaya… Dia tidak berani memercayai apa yang telah terjadi karena dia adalah orang yang membocorkan informasi keberadaan mereka!     

Namun bagaimanapun, Tang Shisan juga tidak tahu bahwa hal itu memang tidak bisa dihindari. Apa yang seharusnya terjadi, cepat atau lambat... akan tetap terjadi.     

Ah Dong sebenarnya masih dikurung oleh Bo Yan karena peristiwa pesawat sebelumnya. Namun, Ai Rui tidak punya pilihan lain selain membiarkannya keluar lebih awal.     

Bagaimanapun, Ai Rui membutuhkan bantuan Ah Dong dalam situasi itu. Salah satu dari mereka harus tetap di sana dan memastikan kejadian itu tidak bocor, sedangkan yang lainnya perlu pergi ke rumah sakit untuk menemani Bo Yan.     

Tang Shisan, Stephen, Sutradara dan semua staf telah dikendalikan. Semua alat komunikasi disita, mereka juga diancam.     

"Siapa pun yang membocorkan peristiwa hari ini, maka dia akan diringkus terlebih dahulu!"     

Sementara itu, Rong Bei masih diam di tempat. Setelah menembak, dia tertegun seorang diri di dalam rumah kecil yang seperti usai tersapu badai itu. Pikirannya dipenuhi adegan saat dia menembak dan An Ge'er menerjang untuk menghadang peluru yang mengarah ke Bo Yan.     

Rog Bei memejamkan mata, pemandangan itu terus berkelebat di dalam benaknya. Kepalanya tiba-tiba terasa begitu sakit, dia pun memeganginya dengan kedua tangan untuk beberapa saat. Lalu tiba-tiba, dia melemparkan pistol di tangannya ke tanah.     

"Sialan!" Rong Bei mengumpat dengan marah. Kedua matanya yang sipit memerah, penuh dengan kebengisan.     

Detik berikutnya, Rong Bei menggila. Dia menghancurkan barang-barang di dalam rumah kecil itu sambil terus terengah-engah seperti seekor singa gila.     

'Sialan!'     

Rong Bei hanya ingin mendapatkan An Ge'er. Dia tidak pernah ingin membuat gadis itu kehilangan nyawanya!     

***     

Rumah sakit.     

An Ge'er dibawa ke ruang gawat darurat. Belum diketahui peluru itu mengenai bagian apa di tubuhnya, tetapi terjadi pendarahan hebat dan darah terus mengalir.     

Bo Yan hampir gila melihat aura kehidupan dalam diri An Ge'er yang semakin melemah. Nyawa gadis itu dalam keadaan darurat.     

Beberapa saat kemudian, Ah Dong datang dengan sekelompok orang. Mereka melihat Bo Yan sedang duduk merosot di lantai sambil bersandar pada dinding. Kedua tangannya menutupi wajah, urat-urat biru di punggung tangannya yang ramping seperti batu giok berdenyut samar. Dia terlihat tenang sekaligus mengerikan. Namun, mereka tahu bahwa itu adalah pertanda kegilaan.     

Bo Yan sedang takut dan panik.     

Waktu terus berjalan, Bo Yan begitu takut kalau-kalau dokter yang ada di dalam tiba-tiba keluar dan meminta maaf kepada. Dia takut orang itu akan berkata kalau mereka sudah melakukan yang terbaik, tetapi tidak bisa menyelamatkan An Ge'er.     

Sebelumnya, terlalu banyak darah yang mengalir. Ketika memeluk An Ge'er, Bo Yan bahkan hampir bisa merasakan aura kehidupan gadis itu yang berlalu sedikit demi sedikit...     

Saat semua orang tidak berbicara dan suasananya menjadi semakin sunyi dan menakutkan, lift yang ada di ujung lorong tiba-tiba terbuka.     

Tiga orang berjalan keluar, dua orang pria, satu orang wanita...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.