Menjalin Cinta Dengan Paman

An Ge’er Tertembak



An Ge’er Tertembak

Bo Yan membuang pistol, niat membunuh di matanya sulit diredam. Orang di hadapannya itu adalah pria yang berkali-kali berusaha merebut wanitanya, dia telah bersabar terlalu lama.     

Saat itu juga, Bo Yan ingin membuat Rong Bei tahu bahwa dia tidak seharusnya menginginkan An Ge'er!     

Sementara itu, Rong Bei juga sudah terlalu lama cemburu dan benci pada Bo Yan. Dulu setelah pria itu membuatnya ditabrak truk dan mengalami kecelakaan di jalan lingkar, dia kembali lagi untuk menindasnya. Pemandangan itu masih jelas di matanya.     

Sejak saat itu, Rong Bei sudah memutuskan bahwa urusannya dengan Bo Yan belum selesai!     

Pertikaian itu cepat atau lambat memang pasti akan terjadi!     

Membawa kecemburuan dan kebenciannya, Rong Bei tiba-tiba melompat seperti seekor cheetah. Kemudian, dia dan Bo Yan pun bertarung dengan tangan kosong!     

Satu demi satu pukulan dilancarkan, cepat sekaligus ganas. Semua itu mengejutkan orang-orang di luar pintu dan An Ge'er.     

Tatapan mata Bo Yan dingin dan kejam. Bagaikan angin kencang, tinjunya langsung menyerang tenggorokan Rong Bei dan menerjang wajahnya.     

Rong Bei menghindar dengan cepat sambil terkejut, seperti tidak mengira kalau gerakan Bo Yan akan begitu ganas. Untung saja, dia telah waspada sejak awal dan menghindar dengan cepat. Sekali pun dia telah minum terlalu banyak alkohol, tapi dia tidak sembrono. Seorang ahli harus bertarung dengan tenang dan mempunyai penilaian seratus persen akurat.     

Rong Bei bisa lolos dari serangan sebelumnya, tapi detik berikutnya datang angin kencang di belakangnya. Dia tiba-tiba berbalik dan tinju mereka saling berhadapan, saling menahan.     

Kekuatan Rong Bei dan Bo Yan sangat besar. Pertempuran sengit itu mau tidak mau membuat keduanya mati rasa. Bahkan, dapat terdengar suara tulang yang bergemeretak.     

Namun, pukulan demi pukulan mereka tetap ganas. Mata Bo Yan merah, penuh dengan niat membunuh dan kemarahan yang mengerikan.     

Rong Bei juga tidak menunjukkan kelemahannya, serangannya terus berdatangan.     

Tidak ada yang menunjukkan belas kasihan, pertarungan itu sangat sulit dan sengit. Tidak butuh waktu lama, tubuh Rong Bei dan Bo Yan sudah penuh dengan luka-luka.     

"Sial!"     

Rong Bei mengumpat dengan nada marah. Tinju Bo Yan satu per satu pindah dari tubuh ke wajahnya, menyerang wajahnya dengan keras. Kekuatan itu hampir mematahkan tulangnya. Bahunya sudah tertembak, darahnya masih terus mengalir dan kekuatannya pun sedikit melemah.     

Di sisi lain, Bo Yan seperti memiliki kekuatan yang tidak ada habisnya. Seakan-akan, dia tidak akan berhenti sebelum membunuh Rong Bei.     

Tinju terakhir Bo Yan menghantam perutnya, Rong Bei hanya merasakan rasa manis di tenggorokannya. Seketika, alisnya mengernyit karena organ-organ tubuhnya seakan kram secara bersamaan. Itu sangat menyakitkan. Namun daya tahannya sangat kuat, matanya memancarkan sinar yang garang.     

Rong Bei terhuyung sambil memegangi perutnya. Tiba-tiba, dia mengambil pistol di tanah dan hendak menembak Bo Yan.     

"Dor!"     

"Nona Kecil!" Saat gadis di tangannya tiba-tiba melepaskan diri, Ai Rui berteriak ngeri!     

Momen ketika pistol itu ditembakkan, Bo Yan melihat sesosok tubuh ramping yang terbungkus jas hitam tiba-tiba melesat melintasi matanya.     

Sebenarnya, Bo Yan sudah bersiap-siap saat melihat Rong Bei mengambil pistol itu. Dia jelas-jelas sempat untuk menghindar, tetapi tidak disangka seseorang tiba-tiba melesat dan menghadang di depannya.     

An Ge'er menghambur ke tubuhnya.     

Saat itu, suasana yang tegang dan intens tampaknya seketika membeku.     

Mata Bo Yan seketika melebar, seakan dia tidak berani memercayai kejadian detik sebelumnya. Rong Bei juga terkejut. Ketika melihat sosok itu tiba-tiba menerjang, peluru sudah terbang keluar dari pistolnya. Dia tiba-tiba merasa ketakutan, tetapi sudah terlambat.     

"An... An Ge'er?"     

Tubuh yang melesat itu semula hanya menghadang di depan Bo Yan. Namun kemudian... semakin lama semakin berat...     

An Ge'er jatuh tak terkendali...     

Tangan Bo Yan yang gemetar menopang tubuh kecil An Ge'er. Wajahnya yang jernih itu pucat, kepanikan dan rasa tidak percaya melintas di matanya.     

Tidak diragukan sama sekali, An Ge'er tertembak… Darah mengalir keluar tanpa henti dari dekat dadanya…     

Pakaian gadis itu basah kuyup. Bo Yan memegang erat telapak tangannya, darah mengalir di jari-jarinya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.