Menjalin Cinta Dengan Paman

Menembak Rong Bei



Menembak Rong Bei

0"Suruh mereka pergi."     

Bibir tipis Bo Yan sedikit terbuka, dia melontarkan beberapa kata itu dengan datar tanpa sedikit pun emosi.     

Ah Dong melihat ke arah Rong Bei, Su Chen, dan Fu Jiu sambil berkata, "Kalau kalian tidak ingin mati, cepatlah pergi."     

"Kami tidak akan pergi sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja. Kupikir, kalian juga pasti tidak akan menembak karena di dalam sedang dilakukan operasi. Aku yakin tidak ada yang ingin operasinya mengalami masalah."     

Fu Jiu mengatakan itu dengan suara suram, tidak keras dan tidak pelan. Namun, semua orang mendengarnya dengan jelas.     

An Ge'er terluka. Saat Rong Bei ingin datang ke rumah sakit, Su Chen dan Fu Jiu akhirnya ikut.     

Bagaimanapun, bagi mereka An Ge'er bukan hanya seorang wanita yang disukai Rong Bei. Gadis itu adalah anggota penting dari kelompok mereka, rekan sehidup semati mereka.     

"Kamu...!"     

Ah Dong memelototi wanita di depan matanya, keinginan membunuh melintas di matanya.     

'Benar-benar gegabah.'     

Namun pada saat yang bersamaan, Rong Bei yang terus diam tiba-tiba angkat bicara. Suaranya sangat rendah dan datar, "Bo Yan, kupikir kita perlu berbicara empat mata."     

Begitu kata-kata itu diucapkan, semua orang kecuali Bo Yan terkejut.     

Fu Jiu adalah orang yang paling terkejut. Pasalnya, dia berani menjamin bahwa itu adalah pertama kalinya dia mendengar suara Rong Bei yang begitu serius.     

Keseriusan yang tidak seperti Rong Bei.     

Bo Yan bangkit dan menghadap ke arah Rong Bei di antara begitu banyak orang. Sudut bibirnya yang tipis dan dingin itu melontarkan cemoohan, "Apa menurutmu kamu layak?"     

Bersamaan dengan kata terakhir yang terdengar, Bo Yan tiba-tiba mengangkat tangannya dan menodongkan pistol dengan peredam suara ke arah dada Rong Bei.     

Melihat pemandangan itu, Fu Jiu sedikit mengernyitkan alisnya. Lalu, dia pun saling berpandangan dengan Su Chen.     

Namun Rong Bei tetap tidak bergerak, seakan-akan sengaja membiarkan Bo Yan menembak.     

Bibir Bo Yan terkatup rapat, jarinya agak bergerak. Peluru itu terbang di udara dengan membawa aliran udara yang kuat dan dengan cepat menuju ke dada Rong Bei.     

"Dor!"     

Sebuah belati perak tiba-tiba muncul dari pergelangan tangan dan dengan cepat memblokir peluru yang kecepatannya hampir tidak terlihat oleh mata telanjang itu. Peluru itu mengenai belati dan langsung memantul terbang mengenai betis seseorang. Seketika, orang itu langsung jatuh dengan satu kaki di lantai. Darah terus mengalir dari sana.     

Rong Bei sama sekali tidak bergerak dari awal sampai akhir. Rambut hitamnya yang agak panjang menutupi mata phoenixnya yang memikat, sorot matanya tidak terlihat jelas.     

Semua itu terjadi dalam sekejap.     

Ah Dong melihat seorang rekannya setengah berlutut di lantai sambil menggertakkan giginya tanpa bersuara, darah terus mengalir.     

Saat mengangkat kepalanya lagi, Ah Dong menatap gadis cantik menawan yang menghadang di depan Rong Bei itu dengan terkejut. Matanya memancarkan kewaspadaan.     

Akhirnya, Ah Dong pun sadar bahwa Fu Jiu bukan orang biasa. Dia begitu cepat sampai bisa menghadang peluru.     

Sesaat, suasana tiba-tiba membeku. Pada saat yang bersamaan...     

Pintu ruang gawat darurat tiba-tiba terbuka. Seorang dokter wanita dengan kedua tangan mengenakan sarung tangan bernoda darah muncul. Awalnya, dia terkejut melihat pemandangan di depan pintu. Namun segera setelahnya, dia berkata dengan suara gemetar, "Yang mana keluarga pasien? Limpa pasien pecah dan terjadi pendarahan hebat. Persediaan darah di bank darah tidak cukup."     

Seluruh tubuh Bo Yan membeku. 'Golongan darah An Ge'er…'     

'Golongan darah An Ge'er istimewa, tapi orang tuanya sudah lama…'     

"... Tidak ada kerabat yang memiliki hubungan darah langsung," Bo Yan mengucapkan kata-kata itu dengan susah payah.     

Fu Jiu dan yang lain pun terkejut.     

'Apakah orang tua An Ge'er...?!'     

"Apa golongan darahnya?!" Fu Jiu tiba-tiba bertanya.     

"Golongan darah pasien RhD negatif. Persediaan di bank darah seluruh kota sudah habis. Sementara itu, pengiriman melalui pesawat baru akan sampai beberapa jam lagi. Tapi saat itu… dikhawatirkan... aku tidak berani menjamin..."     

Kata-kata itu mengejutkan semua orang.     

Tubuh ramping Bo Yan terhuyung ke belakang, wajahnya yang tampan memucat.     

Namun saat berikutnya, Fu Jiu tiba-tiba berkata dengan mata melebar, "Rong Bei, bukankah kamu..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.