Menjalin Cinta Dengan Paman

Paman, Gatal



Paman, Gatal

0Apa lebih penting daripada An Ge'er bisa tetap di sisinya?     

Memikirkan segalanya tentang An Ge'er, tetapi hampir membuat gadis itu kehilangan nyawa… Bo Yan membenci dirinya sendiri.     

'Seorang pria yang tidak bisa melindungi dengan baik wanitanya, apa masih bisa disebut laki-laki?'     

'Apa aku masih memenuhi syarat untuk tetap berada di sampingnya?'     

Sesaat, hati Bo Yan dipenuhi dengan rasa pahit dan menyakitkan. Mengetahui bahwa An Ge'er mencintainya saja sudah cukup. Sekarang, baginya yang lain tidak penting lagi. Dia hanya ingin gadis itu tetap berada di sampingnya dengan aman dan tenteram.     

Detik berikutnya, Bo Yan membelai lembut wajah An Ge'er. Dia membungkuk dan mengecup keningnya gadis itu sambil berkata dengan suara parau, "Anak baik."     

Namun, An Ge'er tetap menempel di telapak tangannya yang besar, tidak ingin dia pergi. Gadis itu menggelengkan kepala samar, air mata mengalir membasahi telapak tangan Bo Yan.     

Pada saat dia menghadang peluru yang mengarah ke tubuh Bo Yan, An Ge'er sadar bahwa dirinya benar-benar jatuh cinta kepada pria itu. Dia telah jatuh cinta sepenuhnya…     

***     

Seminggu kemudian.     

An Ge'er melalui seminggu terakhir dengan sangat menderita. Meskipun begitu, lukanya perlahan-lahan mulai menutup dan pulih. Pada saat yang bersamaan, area itu juga terasa sangat gatal dan dia ingin menggaruknya. Namun setiap kali dia ingin menggaruknya, bahkan sebelum sempat menyentuhnya, Bo Yan sudah meraih tangannya dan menyingkirkannya. Bahkan, pencegahan itu juga terjadi saat dia tidur di malam hari…     

Demi merawat An Ge'er, Bo Yan sudah menemaninya makan, minum… juga tidur. Di depannya, gadis itu benar-benar tidak mempunyai privasi sedikit pun.     

Setiap malam sebelum tidur, Bo Yan akan menyeka tubuhnya. Setiap kali kancing baju pasien itu dibuka sedikit demi sedikit oleh jari-jari gioknya yang ramping, An Ge'er hanya bisa merasa malu dan merona di sekujur tubuhnya.     

Baju pasien itu sangat besar dan longgar. Memakaikannya di tubuh An Ge'er selalu membuat Bo Yan merasa tertekan. Ketika dia melepaskan baju An Ge'er, dia tidak pernah terlalu banyak berpikir. Dia adalah gadis kecilnya. Bagaimanapun, luar dan dalam sudah lama menjadi miliknya.     

Tidak ada yang tidak bisa dilihat. An Ge'er terluka dan tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Bo Yan melakukan segenap kemampuannya untuk menggantikan perawat.      

Pakaian An Ge'er dibuka, pakaian dalam juga dibuka. Handuk basah meluncur turun dari lehernya yang putih…     

An Ge'er memejamkan matanya dan berpura-pura mati. Namun ketika merasakan jari-jari Bo Yan menyentuh tempat tidak nyaman di dadanya, perlahan dia membuka matanya.     

Itu adalah bagian yang dioperasi. Ada luka berwarna merah muda di luar kulitnya yang telah tertembak dan limpanya yang terluka. An Ge'er tahu cepat atau lambat itu akan berubah menjadi sebuah bekas luka yang jelek.     

An Ge'er adalah seorang gadis. Tidak ada gadis yang tidak ingin terlihat cantik, apalagi di depan pria yang dicintainya. Tentu saja, dia sangat ingin menunjukkan segala yang terindah dan terbaik dari dirinya. Jadi ketika Bo Yan menyentuh lembut luka itu, seberkas kesedihan melintas di matanya.     

Detik berikutnya, An Ge'er mendengar Bo Yan bertanya, "Masih sakit?"     

"A.. apa?"     

Bo Yan mengecup lembut luka di tubuh An Ge'er itu. Lalu ketika mendongak dan menatap gadis itu lagi, ada kasih sayang yang terpancar di matanya.     

"Berjanjilah padaku, kelak kamu tidak akan melakukan hal bodoh seperti ini lagi. Ya?"     

An Ge'er terkejut, lalu berkata dengan suara pelan, "Paman, kalau aku menghadapi bahaya kematian di depanku, apa kamu akan diam saja? Ini bukan perbuatan bodoh, tapi ini karena… cinta. Meskipun aku berjanji tidak akan melakukannya, sebenarnya aku juga tidak bisa mengendalikan tubuhku…"     

Mendengar itu, sebenarnya Bo Yan ingin mengatakan sesuatu. Namun dia tidak bisa mengeluarkan suara, hanya pandangan matanya yang menjadi semakin dalam.     

Detik berikutnya, dengan cepat Bo Yan membersihkan tubuh An Ge'er dan memakaikan pakaian bersih untuknya. Setelah membersihkan dirinya sendiri, dia pun naik ke tempat tidur dan menemani gadis itu.     

Bo Yan sedikit bersandar di kepala ranjang, sedangkan An Ge'er memiringkan kepala dan berbaring di pelukannya. Bo Yan memegang dokumen dan memeriksanya dengan satu tangan, tangan lainnya membelai rambut panjang An Ge'er dengan lembut.     

Lampu tidur kecil berwarna oranye masih menyala di kepala ranjang. Semuanya terlihat begitu hangat dan nyaman.     

Pada saat itu, An Ge'er lagi-lagi tidak tahan dan ingin mengulurkan tangannya untuk menggaruk lukanya. Dia mengira Bo Yan sedang fokus membaca dokumen dan tidak memperhatikan. Namun saat baru saja dia mengulurkan tangannya, pria itu sudah meraihnya.     

An Ge'er pun merasa sedikit merana dan bergumam, "Paman, gatal."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.