Menjalin Cinta Dengan Paman

Paman, Bergegaslah ke Atas



Paman, Bergegaslah ke Atas

0Pada saat itu, Bo Yan merasa tersentuh. Dia tidak menyangka bahwa An Ge'er mengetahui hari ulang tahunnya. Selain itu, setelah dua puluh tahun lebih, gadis itu memberinya perayaan ulang tahun.     

An Ge'er terkejut. Dia terdiam beberapa saat untuk berpikir sejenak, lalu menjilat bibirnya. Kemudian, dia melirik Bo Yan sambil berkata, "Kamu memang terlalu sibuk setiap hari. Bahkan, ulang tahun pun tidak dirayakan…"     

An Ge'er mengira Bo Yan terlalu sibuk.     

Sesaat setelah itu, Bo Yan berjalan perlahan. Dia mengangkat wajah kecil An Ge'er, membungkuk, lalu mencium bibir merah gadis itu. Ciuman yang sangat dalam.     

Bo Yan membelai telinga An Ge'er dan berbisik, "Apakah kamu tahu mengapa?"     

Suaranya yang samar begitu menyihir, membuat jantung An Ge'er berpacu dengan cepat. "Kenapa… kenapa?"     

Mata Bo Yan menggelap, jemarinya yang lembut seperti giok mengusap bibir An Ge'er. "Karena… aku terus menunggumu datang..."     

Jika tidak ada An Ge'er, bagi Bo Yan merayakan ulang tahun sendirian tidak ada bedanya dengan hari biasa.     

An Ge'er tiba-tiba tersipu. 'Apakah ini kata-kata rayuan cinta?'     

Memikirkan hal itu, An Ge'er tidak bisa menahan rasa malunya. Apalagi, Bo Yan terus menatapnya sepanjang waktu.     

An Ge'er pun dengan cepat mengubah topik pembicaraan, "Hmm, Paman… Jangan sampai kamu menolaknya."     

Sambil menunjuk makanan yang ada di meja, An Ge'er melanjutkan, "Itu semua buatanku, kamu harus mencobanya."     

An Ge'er telah berusaha melakukan yang terbaik. Saat tinggal di apartemen bersama Xia Qiqi, dia jarang memasak. Namun kali ini, dia mempelajarinya keterampilan itu secara khusus. Setelah memanggang steak berkali-kali, dia memilih beberapa yang terbaik.     

Ketika berpikir untuk merayakan ulang tahun Bo Yan, An Ge'er bisa mengira-ngira dan meminimalkan semua hal. Bagaimanapun, dia tahu bahwa pamannya itu suka dengan ketenangan.     

Bo Yan tidak memiliki kebiasaan makan malam. Namun saat ini, dia sedang mencuci tangannya dan duduk untuk makan bersama An Ge'er.     

"Bagaimana, apakah enak?" An Ge'er menatap Bo Yan sambil tersenyum.     

Bo Yan tidak berbicara, hanya menatap An Ge'er sesaat. Kemudian, dia menarik tangan gadis itu untuk duduk dalam pelukannya, melihat lengannya, dan menghela napas dalam.     

"Gadis bodoh, jangan memasak lagi."     

An Ge'er terkejut, tapi dia tidak tahu apa maksudnya.     

Namun detik berikutnya, Bo Yan merentangkan tangan kecil An Ge'er dan menemukan beberapa bintik merah yang merupakan luka akibat percikan minyak panas. Pandangan matanya pun menjadi sedikit lebih dalam.     

"Nantinya, kamu harus mencari cara yang lain. Aku tidak ingin melihatmu terlalu lelah."     

'Sedikit pun tidak boleh…'     

Bo Yan hanya ingin merawat dan memanjakan An Ge'er seumur hidup.     

Hal-hal seperti memasak dan semacamnya, tidak perlu An Ge'er yang mengerjakan. Bo Yan sebagai suaminyalah yang akan melakukannya nanti. Itu khusus dilakukan untuk merawat istrinya.     

Ketika An Ge'er mendengarnya, dia terkejut. Dia tahu bahwa Bo Yan tertekan melihat dirinya bersusah payah memasak.     

An Ge'er tersipu dan bergumam, "Bagaimana mungkin hal seperti itu dilebih-lebihkan? Aku hanya memasak sedikit."     

Berbicara tentang itu, An Ge'er pun berbalik dan menatap Bo Yan. "Paman, kamu belum mengatakannya… Itu, apakah itu lezat atau tidak…"     

Sebelumnya, An Ge'er mencicipinya dan rasanya enak. Sekarang, dia hanya ingin mendengar Bo Yan memuji dirinya.     

Namun, An Ge'er tidak menyangka apa yang dikatakan Bo Yan setelah itu justru membuatnya malu. Seketika, sekujur tubuhnya terasa panas dan pipinya merona.     

Bibir Bo Yan menempel di telinga An Ge'er dan berbisik, "Ini lezat, tapi tidak lebih dari… kelezatanmu"     

Saat Bo Yan mengatakan itu, An Ge'er samar-samar merasakan panas yang membakar di pahanya. Kata-kata rayuan itu membuatnya ingin berpura-pura pingsan, tetapi itu sangat tidak mungkin terjadi.     

Mata An Ge'er menghindari tatapan Bo Yan. Dia tidak tahu apakah itu nyata atau ilusi, tetapi dia merasa bahwa makanan itu mungkin tidak akan dimakan lagi.     

"Pa.. man, kamu makan dulu saja, aku tiba-tiba ingat bahwa aku masih memiliki sesuatu yang harus dikerjakan." An Ge'er melepaskan diri dari dekapan Bo Yan. Dia tersipu dan berbicara dengan sedikit ragu.     

Pada akhir kalimatnya, An Ge'er tidak lupa melemparkan lirikan yang lembut dan malu-malu sambil berkata, "Paman, setelah selesai makan, bergegaslah pergi ke atas..."     

Itu benar… An Ge'er meminta Bo Yan segera pergi ke atas setelah makan…     

'Bergegaslah pergi ke atas…'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.