Menjalin Cinta Dengan Paman

Permintaan Paman Terlalu Berlebihan!



Permintaan Paman Terlalu Berlebihan!

0Bo Yan menahan An Ge'er. Wajahnya seolah tenggelam, matanya dalam dan terbakar. Pada akhirnya, dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Jangan main-main… Jika kamu mau, aku masih bisa memuaskanmu dengan cara lain."     

Mendengar itu, An Ge'er tersipu. 'Dia… apa yang dia inginkan?'     

An Ge'er ingin melakukan segalanya demi Bo Yan.     

"Bo Yan... Apa kamu benar-benar masih bisa menahannya?" An Ge'er sengaja memanggil namanya dan sedikit mencondongkan tubuh ke depan.     

Napas Bo Yan tiba-tiba membeku.     

'Bagaimana An Ge'er bisa memancingku seperti ini? Apa dia sengaja menyiksaku?'     

Pada saat ini, telapak tangan Bo Yan yang besar mendekap pinggang An Ge'er erat untuk mencegahnya bergerak. Detik berikutnya, dia membisikkan beberapa kata yang langsung membuat gadis itu terkejut.     

Mendengar apa yang dikatakan Bo Yan, rasa percaya diri An Ge'er melayang ke langit dan menghilang dalam sekejap. Perlahan-lahan, dia melepaskan diri dari dekapan pria itu.     

Pipinya merona merah… An Ge'er malu, tapi juga sedikit takut.     

Melihatnya seperti itu, Bo Yan tidak tahu apakah An Ge'er merasa lega atau justru menyesal.     

An Ge'er masuk ke dalam selimut dengan patuh, memunggungi Bo Yan. Selimut itu menutupi wajahnya, jantungnya tidak berhenti berdebar kencang. Dia menggigit bibirnya karena malu.     

An Ge'er tidak menyangka bahwa Bo Yan akan membuat permintaan seperti itu. Sebenarnya, pria itu sudah pernah mengatakannya saat An Ge'er masih dirawat di rumah sakit. Namun saat itu, dia tanpa basa-basi mencubit pinggang pamannya beberapa kali.     

Saat itu, An Ge'er mengatakan kepada Bo Yan bahwa dia bahkan tidak boleh memikirkannya.     

Namun sekarang, Bo Yan mengatakan bahwa dia tidak akan benar-benar menginginkannya karena tubuh An Ge'er masih lemah. Kecuali… Jika An Ge'er memang benar-benar ingin memuaskannya dan ingin membantunya…     

An Ge'er berpikir bahwa Bo Yan baru saja menatap bibirnya yang memerah dengan mata yang dalam dan seperti terbakar. Dia sangat takut sampai tidak memiliki sedikit pun keberanian. Akhirnya, gadis itu memilih bersembunyi di selimut.     

'Ini berlebihan!'     

'Bagaimana bisa orang seperti Paman berkata begitu?'     

An Ge'er sangat malu.     

***     

Larut malam, waktu telah berlalu dan suasana sudah menjadi tenang...     

Bo Yan tertidur dengan napas yang stabil dan tenang. Alisnya yang tipis terlihat menawan dan memesona dalam sinar remang. Bahkan saat tidur, pria itu masih terlihat dingin seperti air yang memantulkan cahaya bulan..     

Namun beberapa saat kemudian, Bo Yan tiba-tiba membuka matanya. Entah rangsangan jenis apa yang diterimanya, tetapi kedua tangannya langsung terkepal erat.     

Bo Yan menatap tangan kanannya yang kosong dan hampir merasa tidak percaya. Kemudian, tatapannya beralih ke tubuh itu…     

***     

Pagi hari berikutnya, An Ge'er bangun dengan kesadaran yang masih belum kembali sepenuhnya. Tangannya tiba-tiba menyentuh kulit telanjang di sampingnya dan dia langsung terkejut.     

Detik berikutnya, An Ge'er diam-diam menyentuh pinggangnya sendiri. Namun ketika jari itu masih menyentuh kulit yang tidak terhalang oleh pakaian apa pun, dia menarik tangannya dan menghela napas di lubuk hatinya.     

'Ternyata… Apa yang terjadi tadi malam adalah kenyataan…'     

'Aku benar-benar melakukan hal semacam itu pada Paman…'     

An Ge'er membuka matanya dan diam-diam melirik pria yang sedang tidur lelap sebelahnya.     

Tadi malam, An Ge'er terburu-buru sehingga pakaiannya robek. Akhirnya, dia pun hanya bisa diam-diam turun dari ranjang, mengenakan pakaian dalam, mengambil pakaian robek itu untuk menutupi tubuhnya, dan lari keluar. Semua itu dilakukan ketika Bo Yan masih tertidur!     

'Apakah kemarin aku benar-benar tidak bisa membukanya? Atau… karena hatiku terlalu polos?'     

Bagaimanapun, An Ge'er tidak punya muka untuk bertemu dengan Bo Yan.     

Namun, An Ge'er tidak tahu bahwa saat dia bangun dari tempat tidur dan pergi berlari menuju pintu, Bo Yan yang ada di belakangnya perlahan membuka mata. Pria itu memandangi tubuh indahnya yang sedang melarikan diri dengan pakaian dalam. Pada saat yang bersamaan, sudut bibirnya terangkat. .     

Setelah An Ge'er pergi, Bo Yan bangkit dan berdiri di depan jendela dengan masih mengenakan handuk mandi untuk menutupi tubuhnya. Detik berikutnya, dia membuka tirai dan melihat ke luar.     

Bo Yan merasakan kesegaran fisik dan mental yang luar biasa. Badan dan tulangnya masih bisa merasakan rasa yang dapat mengikis jiwa itu…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.